Minggu, April 14, 2013

TOSARI WIDJAJA MEMBACA UNTAIAN CERITA DARI NEGERI AL-MAGHRIBI:


SAMBUTAN DUTA BESAR LB RI UNTUK KERAJAAN MAROKO
Untuk Penerbitan Buku
UNTAIAN CERITA DARI NEGERI AL-MAGHRIBI

Ketika Pemerintah Republik Indonesia menetapkan saya sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (LBBP) RI untuk Kerajaan Maroko, kesan awal saya, Maroko bagian dari Afrika, terletak di pojok barat daya benua Afrika, sebelahbarat dibatasi lautan Atlantik, sebelah utara berbatasan dengan Spanyol yg dipisah oleh selat Gibraltar dan Laut Mediterian/Laut Tengah dan sebelah Timur Aljazair dan sebelah Selatan berbatasan dengan Mauritania.

|
| Dibayangkan kehidupan dan penduduknya tidak beda dengan penduduk Afrika pada umumnya. Apalagi hadirnya sejumlah warga negara Nigeria dan penduduk Afrika lainnya di kawasan pasar Tanah Abang, dikenal oleh masyarakat Jakarta sebagai berperawakan besar, tinggi, hitam pekat, pedagang gelap narkoba dan penjual dollar palsu. Itulah kesan awal kebanyakan orang Indonesia terhadap Afrika.

Sesungguhnya hubungan Indonesia - Maroko sudah berlangsung sejak abad pertengahan pada kurun waktu awal penyebaran Islam di berbagai pelosok dunia termasuk ke Nusantara (baca: Indonesia). Tercatat pengelana dunia yg pertama adalah Ibnu Batutah datang dan singgah di Samudra Pasai atau Aceh sampai dua kali dalam perjalanan keliling dunia. Dia adalah warga Maroko. Selanjutnya diikuti oleh ulama-ulama Maroko lainnya untuk berdakwah mengembangkan Islam. Hubungan itu berkembang sampai di era Perang Dunia II dari hubungan persaudaraan sesama Islam kemudian berkembang ke sosial politik dalam melepaskan diri dari kungkungan penjajahan.


Seperti tercatat ketika Konferensi Asia Afrika Th.1955 di Bandung, Maroko masih dijajah oleh Perancis diberi kesempatan oleh Presiden Soekarno untuk hadir pada konferensi itu, yang kemudian mendapat kemerdekaan dari Perancis 1 tahun kemudian (1956). Masyarakat Maroko sampai saat ini tetap memberikan penghargaan kepada Indonesia, bahwa kemerdekaan yg mereka dapat tidak dapat dilepaskan dari peranan dan pengaruh Konferensi AA Bandung. Hubungan dan kerjasama Indonesia - Maroko secara resmi dimulai tahun 1960.

Hubungan persahabatan yg dibangun oleh kedua masyarakat sudah begitu lama, mengapa beberapa dekade terakhir seakan hilang terendam oleh hiruk pikuk pekik politik yg menenggelamkan PERSAHABATAN ANTAR DUA MASYARAKAT, DUA BANGSA, kecuali sebatas formalistik hubungan diplomatik yg tidak memberi rasa persaudaraan lebih mendalam.


Membaca kilas balik itu, kiranya menjadi tugas Duta Besar yang mewakili rakyat dan Pemerintah Indonesia untuk mengangkat kembali, mendorong untuk mmengangkat kembali hubungan dan persahabatan yang terendam selama ini dengan thema "INDONESIA - MAROKO: KERJASAMA MEBANGUN JEMBATAN PERADABAN ANTARA DUA MASYARAKAT DAN DUA BANGSA".


Berbagai bentuk kerjasama mulai dikembangkan, melanjutkan yang telah berjalan dengan baik dan mengangkat kembali yang hilang, termasuk membangun kerjasama informasi melalui berbagai penerbitan yg dapat menjangkau masyarakat kedua bangsa. Dikalangan diplomat dikenal sebagai "public diplomacy" serta melahirkan duta-duta bangsa dari berbagai profesi.

Pada tahun 2010, terbit buku terjemahan kedalam Bahasa Indonesia, karya Budayawan yang juga mantan Menteri Kebudayaan Maroko Bensalem Himmich berjudul “IBNU KHALDUN, SANG MAHAGURU’  (Judul Asli : Al-‘Allamah), Tahun ini 2012, telah terbit Novel Islam: "OUHIBOUKI, ARETA" Karya anak muda Indonesia tentang hubungan mahasiswa Indonesia Maroko dengan segala latar belakangnya yang memberikan gambaran dan kondisi masyarakat Maroko yang sesungguhnya. Dan akhir Juli 2012 akan diluncurkan buku "INDONESIA - MAROKO: LEBIH DARI SEKEDAR PERSAHABATAN (Antologi 111 Karya terbaik mahasiswa dan pelajar Indonesia) sebagai gambaran dan harapan masyarakat Indonesia terhadap pentingnya hubungan kedua negara.


Selanjutnya beberapa minggu kedepan akan terbit "UNTAIAN CERITA DARI NEGERI AL-MAGHRIBI" karya Arita Agustina - Med HATTA, istri seorang mahsiswa Maroko. Dengan harapan agar informasi melalui tulisan dan buku-buku itu akan menghapus kesan kurang nyaman seperti ungkapan diatas dan selanjutnya akan membangkitkan kembali hubungan dan kerjasama persaudaraan antar kedua bangsa sebagai bagian dari sumbangan kepada masyarakat. Ikut membangun masyarakat yang satu sama lainnya saling bersilaturahim membangun masyarakat KHAIRA UMMAH.

Saya secara cermat mengikuti persiapan dan proses penerbitan dari ke-empat buku ini, tidak lain adalah untuk ikut membangun kembali kerjasama jembatan peradaban antar kedua bangsa, sebagai ikhtiar, kata petatah Sumatera Barat berupaya "MENGANGKAT BATANG (PERADABAN) YANG TERANDAM". Semoga buku “UNTAIAN CERITA DARI NEGERI AL-MAGHRIBI” akan melengkapi buku-buku yang terbit sebelumnya dan akan merubah kesan/gambaran yang kurang nyaman, sekaligus melengkapi informasi tentang indahnya Maroko. Al Maghribi, Negeri Seribu Benteng yang dipimpin oleh Raja sekaligus Habib (baca: keturunan Nabi) yang dalam kebijaksanaan pemerintahannya sangat memperhatikan kepentingan seluruh rakyatnya. Subhanallah.......!!!

SELAMAT MEMBACA.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Salam!