SAMBUTAN
DUTA BESAR LB RI UNTUK KERAJAAN MAROKO
Untuk
Penerbitan Buku
UNTAIAN
CERITA DARI NEGERI AL-MAGHRIBI
Ketika
Pemerintah Republik Indonesia menetapkan saya sebagai Duta Besar Luar Biasa dan
Berkuasa Penuh (LBBP) RI untuk Kerajaan Maroko, kesan awal saya, Maroko bagian
dari Afrika, terletak di pojok barat daya benua Afrika, sebelahbarat dibatasi
lautan Atlantik, sebelah utara berbatasan dengan Spanyol yg dipisah oleh selat
Gibraltar dan Laut Mediterian/Laut Tengah dan sebelah Timur Aljazair dan
sebelah Selatan berbatasan dengan Mauritania.
|
| Dibayangkan kehidupan dan penduduknya tidak beda dengan penduduk Afrika pada umumnya. Apalagi hadirnya sejumlah warga negara Nigeria dan penduduk Afrika lainnya di kawasan pasar Tanah Abang, dikenal oleh masyarakat Jakarta sebagai berperawakan besar, tinggi, hitam pekat, pedagang gelap narkoba dan penjual dollar palsu. Itulah kesan awal kebanyakan orang Indonesia terhadap Afrika.
| Dibayangkan kehidupan dan penduduknya tidak beda dengan penduduk Afrika pada umumnya. Apalagi hadirnya sejumlah warga negara Nigeria dan penduduk Afrika lainnya di kawasan pasar Tanah Abang, dikenal oleh masyarakat Jakarta sebagai berperawakan besar, tinggi, hitam pekat, pedagang gelap narkoba dan penjual dollar palsu. Itulah kesan awal kebanyakan orang Indonesia terhadap Afrika.
Sesungguhnya hubungan Indonesia - Maroko sudah berlangsung sejak abad
pertengahan pada kurun waktu awal penyebaran Islam di berbagai pelosok dunia
termasuk ke Nusantara (baca: Indonesia). Tercatat pengelana dunia yg pertama
adalah Ibnu Batutah datang dan singgah di Samudra Pasai atau Aceh sampai dua
kali dalam perjalanan keliling dunia. Dia adalah warga Maroko. Selanjutnya
diikuti oleh ulama-ulama Maroko lainnya untuk berdakwah mengembangkan Islam.
Hubungan itu berkembang sampai di era Perang Dunia II dari hubungan
persaudaraan sesama Islam kemudian berkembang ke sosial politik dalam
melepaskan diri dari kungkungan penjajahan.
Seperti tercatat ketika Konferensi Asia Afrika Th.1955 di
Bandung, Maroko masih dijajah oleh Perancis diberi kesempatan oleh Presiden
Soekarno untuk hadir pada konferensi itu, yang kemudian mendapat kemerdekaan
dari Perancis 1 tahun kemudian (1956). Masyarakat Maroko sampai saat ini tetap
memberikan penghargaan kepada Indonesia, bahwa kemerdekaan yg mereka dapat
tidak dapat dilepaskan dari peranan dan pengaruh Konferensi AA Bandung.
Hubungan dan kerjasama Indonesia - Maroko secara resmi dimulai tahun 1960.
Hubungan persahabatan yg dibangun oleh kedua masyarakat sudah begitu lama,
mengapa beberapa dekade terakhir seakan hilang terendam oleh hiruk pikuk pekik
politik yg menenggelamkan PERSAHABATAN ANTAR DUA MASYARAKAT, DUA BANGSA,
kecuali sebatas formalistik hubungan diplomatik yg tidak memberi rasa
persaudaraan lebih mendalam.
Membaca kilas balik itu, kiranya menjadi tugas Duta Besar yang mewakili rakyat
dan Pemerintah Indonesia untuk mengangkat kembali, mendorong untuk mmengangkat
kembali hubungan dan persahabatan yang terendam selama ini dengan thema
"INDONESIA - MAROKO: KERJASAMA MEBANGUN JEMBATAN PERADABAN ANTARA DUA
MASYARAKAT DAN DUA BANGSA".
Berbagai bentuk kerjasama mulai dikembangkan, melanjutkan
yang telah berjalan dengan baik dan mengangkat kembali yang hilang, termasuk
membangun kerjasama informasi melalui berbagai penerbitan yg dapat menjangkau
masyarakat kedua bangsa. Dikalangan diplomat dikenal sebagai "public
diplomacy" serta melahirkan duta-duta bangsa dari berbagai profesi.
Pada tahun 2010, terbit buku terjemahan kedalam Bahasa Indonesia, karya
Budayawan yang juga mantan Menteri Kebudayaan Maroko Bensalem Himmich berjudul
“IBNU KHALDUN, SANG MAHAGURU’ (Judul Asli : Al-‘Allamah), Tahun
ini 2012, telah terbit Novel Islam: "OUHIBOUKI, ARETA" Karya anak
muda Indonesia tentang hubungan mahasiswa Indonesia Maroko dengan segala latar
belakangnya yang memberikan gambaran dan kondisi masyarakat Maroko yang
sesungguhnya. Dan akhir Juli 2012 akan diluncurkan buku "INDONESIA -
MAROKO: LEBIH DARI SEKEDAR PERSAHABATAN (Antologi 111 Karya terbaik mahasiswa
dan pelajar Indonesia) sebagai gambaran dan harapan masyarakat Indonesia
terhadap pentingnya hubungan kedua negara.
Selanjutnya beberapa minggu kedepan akan terbit
"UNTAIAN CERITA DARI NEGERI AL-MAGHRIBI" karya Arita Agustina - Med HATTA, istri
seorang mahsiswa Maroko. Dengan harapan agar informasi melalui tulisan dan
buku-buku itu akan menghapus kesan kurang nyaman seperti ungkapan diatas dan
selanjutnya akan membangkitkan kembali hubungan dan kerjasama persaudaraan
antar kedua bangsa sebagai bagian dari sumbangan kepada masyarakat. Ikut
membangun masyarakat yang satu sama lainnya saling bersilaturahim membangun
masyarakat KHAIRA UMMAH.
Saya secara cermat mengikuti persiapan dan proses
penerbitan dari ke-empat buku ini, tidak lain adalah untuk ikut membangun
kembali kerjasama jembatan peradaban antar kedua bangsa, sebagai ikhtiar, kata
petatah Sumatera Barat berupaya "MENGANGKAT BATANG (PERADABAN) YANG
TERANDAM". Semoga buku “UNTAIAN CERITA DARI NEGERI AL-MAGHRIBI” akan
melengkapi buku-buku yang terbit sebelumnya dan akan merubah kesan/gambaran
yang kurang nyaman, sekaligus melengkapi informasi tentang indahnya Maroko. Al
Maghribi, Negeri Seribu Benteng yang dipimpin oleh Raja sekaligus Habib (baca:
keturunan Nabi) yang dalam kebijaksanaan pemerintahannya sangat memperhatikan
kepentingan seluruh rakyatnya. Subhanallah.......!!!
SELAMAT MEMBACA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Salam!