Selasa, Mei 07, 2013

SOSIOLOGI "PASSELLE PASAU" (KHALIFAH) DALAM ISLAM:


Sosiologi Passelle Pasau (Khalifah) Sebagai Tradisi Para Rasul Allah
Oleh: Med HATTA
Prolog
Allah berfirman:
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأرْضِ خَلِيفَةً
Artinya: “ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." (QS: 002: 30).
Passelle Pasau (Khalifah - Arab) adalah jabatan (tugas) tertinggi bagi segenap makhluk Allah yang diemban oleh manusia di muka bumi. Ketika Allah menciptakan langit dan bumi lalu menciptakan para malaikat dan iblis, kemudian berfirma kepada malaikat: "Sesungguh Aku menciptakan di muka bumi khalifah,,,".


Lalu Allah menciptakan Adam (manusia) dan memerintahkan para malaikat dan iblis untuk bersujud kepada Adam sebagai penghormatan kepada pejabat baru yang akan memimpin dan memakmurkan planet bumi, maka para malaikat menghaturkan hormat kecuali iblis yang menolaknya karena sombong, yang kemudian dilaknat oleh Allah.

Khalifah Besar (Passelle Pasau) Sepanjang Masa
Adam sang “passelle pasau” (khalifah) pertama sukses memimpin dan memakmurkan dunia, selanjutnya digantikan secara berkala oleh para "passelle pasau" (khalifatun 'uzma) dari keturunannya hingga sampai kepada Nuh as. Yang terakhir ini mengalami kegagalan karena kezaliman umatnya, meskipun Nuh telah melakukan dakwah sosialisasi marthon selama 950 tahun tapi tetap tidak mampu mengendalikan umat manusia dari kesesatan pada saat itu, sehingga Allah memusnahkan bangsa manusia periode pertama ini secara serentak melalui sebuah banjir besar yang menenggelamkan dunia seluruhnya, yaitu sekitar tahun 2900 SM. Maka tersisa hanya Nuh dan beberapa orang putra serta pengikut-pengutnya yang naik bersamanya di dalam perahu. Oleh karena itu Nabi Nuh as dikenal juga sebagai Bapak Bangsa Manusia periode kedua.

Setelah sekitar lebih dari 1000 tahun kemudian, yaitu antara tahun 1864-1686 SM, Allah mengutus Ibrahim as untuk menjadi passelle pasau (pemimpin) bagi seluruh umat manusia di muka bumi. Allah berfirman kepada Ibrahim: "Sesungguhnya Aku menjadikanmu pemimpin bagi seluruh umat manusia" (QS: 002: 124). Ibrahim tidak serta merta menjawabnya, tetapi ia bercermin dari pengalaman umat-umat sebelumnya mereka dibinasakan Allah karena tidak diwarisi oleh “passelle pasau” sesudahnya (baca: krisis kepemimpinan).

Maka Ibrahim as memohon kepada Allah agar dijadikan baginya “passelle pasau” (pewaris tahta) setelahnya, meskipun Allah menjawabnya dengan bahasa diplomatis kental, dan berfirman: “Janji-Ku tidak meliputi orang-orang zalim” (QS: 002: 124). Dan seperti Adam sebelumnya, Ibrahim sukses mengemban jabatan passelle pasau (pemimpin). Dan sukses melaksanakan regenerasi yang profesional, maka wilayah Qudus dan sekitarnya diwariskan secara berkala kepada keturunan-keturunannya, mulai dari putranya Ishaq, Ya’qub, Yusuf, melalui Musa dan Harun, hingga sampai kepada Isa as, yang kemudian dikenal dengan rasul-rasul bangsa Israil.

Wilayah Madyan dan sekitarnya diwariskan kepada Syuain, yang menurunkan bangsa non-Arab dari garis Sam termasuk bangsa-bangsa Babilon, Achor, Kanan, dan lain-lain. Di wilayah Iraq diwariskan kepada keturunannya bernama Yunus as, yang memimpin bangsa Ninui – Iraq. Sedangkan di Jazirah Arab dilanjutkan Passelle Pasau Ibrahim yang lain yaitu putaranya Ismail as sampai kepada keturunan terbesarnya, yaitu nabi besar dan passelle pasau terakhir - bagi tradisi kerasulan - Muhammad SAW.  Sehingga Ibrahim dikenal sebagai Bapak para Rasul (Baca: Bapak Passelle Pasau).

Krisis Kepemimpinan
Kesuksesan Ibrahim as dalam meletakkan dasar-dasar suksesi kepemimpinan di atas, bukan berarti semuanya mulus seperti yang dibayangkan, tetapi di antara rasul-rasul pemimpin dari keturunan Ibrahim ada juga yang pernah meresahkan passelle pasau (pemimpin) sesudahnya, sebut saja nabi Musa as, yang oleh Allah SWT akhirnya menolongnya dengan menjadikan Harun adik kandungnya sendiri sebagai pendukung dan passelle pasau sesudahnya. 

Lebih parah adalah Zakaria as, yang sampai berusia 109 tahun belum juga mendapatkan passelle pasau yang diharapkan melanjutkan kepemimpinannya, sehingga ia harus bermunajat khusus – siang dan malam - memohon kepada Allah agar dijadikan sesudahnya seorang passelle pasau dari keturunannya, dan berdo’a: “Ya Tuhanku janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri dan Engkaulah pemberi waris yang paling Baik” (QS: 021: 89). Dan Allah kemudian mengabulkan do’anya dengan menjadikan Yahya putranya sebagai passelle pasau-nya.

Siapakah Passelle Pasau-na Gurutta Ambo Dalle?
Salah satu hal yang kurang “dioptimalkan” pada masa kepemiminan Gurutta K.H. Abdurrahman Ambo Dalle, adalah penciptaan kader yang dapat menjadi tokoh dan ditokohkan dengan “1 badan 1000 wajah”, sebagaimana yang terdapat pada diri Beliau yang kini menjadi mitos dalam beribu wujud. K.H. Abdurrahman Ambo Dalle ke mana-mana hanya berbadan satu, tidak ada selain DDI, sebagaimana dalam falsafah populer Beliau: “Anukku anunna DDI, anunna DDI tania anukku”. 

Namun, setelah K.H. Abdurrahman Ambo Dalle meninggal yang ikut terkuburkan ternyata bukan hanya jasad beliau, tetapi badan yang satu, DDI nyaris pula dikafani oleh orang-orang tertentu atau kelompok tertentu yang hanya mengenal beliau dari satu sisi wajah sejarah, tetapi mewujudkannya dalam beribu wajah mitos berdasarkan kepentingan politiknya.

Di era reformasi sekarang harus ada upaya sistimatis untuk tetap menghidupkan dan memakmurkan badan yang satu itu, DDI dengan menciptakan kader sebanyak mungkin yang nantinya dapat menjadi tokoh dan ditokohkan oleh masyarakat. Mungkin wajah (ketokohan) mereka sangat spesifik, tetapi itu cukup penting selama wajah yang spesifik itu terdapat nur DDI. 

Gurutta Ambo Dalle hingga akhir hayatnya tidak menunjuk secara langsung seorang “passelle pasausetelahnya, baik dari anak biologis atau pun anak ideologisnya. Sehingga ada yang beranggapan bahwa Gurutta Ambo Dalle tidak melakukan hal tersebut karena Beliau telah mentransfer seluruh ilmunya kepada anak-anaknya (biaologis dan idiologis) secara merata, dan ingin mentradisikan sistem demokrasi (syura) terlaksana dengan baik di dalam suksesi ditubuh organisasi DDI setelahnya, sebagaimana rasulullah SAW mewariskan kepemimpinannya kepada khalifah-khalifahnya: Abu bakar, Umar, Utsman, dan Ali.

Ada juga versi yang berkembang bahwa Gurutta Ambo Dalle pernah beberapakali memberikan indikator tinggi sebagai “passelle pasau”-nya kepada putra biologisnya Dr. KH. M.A. Rusdy Ambo Dalle, melalui penerbitan sebuah Surat Keputusan (SK), sebagai tradisi dari para rasul pemimpin, namun usaha Gurutta tersebut dibatalkan secara sepihak dan SK yang dikeluarkan Gurutta disembunyikan serta tidak dilegalisasi oleh pengurus DDI waktu itu karena tidak menyetujuinya. 

Kemudian pada Muktamar ke-18 tahun 1998, Gurutta sudah nyaris saja mengumumkan pengganti (passelle pasau)-nya di atas podium kehormata setelah seluruh peserta muktamar memohon kepada Beliau menunjuk langsung penggantinya, namun digagalkan oleh kubu Muiz Kabry dengan membisikinya kalau ada seorang menteri yang datang dari Jakarta ingin menemui Gurutta, padahal itu hanya isapan jempol belaka karena sebenarnya tidak ada seorang menteri atau tamu penting pun yang datang saat itu, hanya akal-akalan dari pembesar kubu ini saja agar gurutta batal mengumumkan passelle pasau-nya.

Konsep Passelle Pasau (Suksesi) Ideal Dalam Organisasi DDI
Organisasi DDI seperti juga ormas-omas besar Islam lainnya mempunyai wadah-wadah pengkaderan yang “militan”, seperti IMDI (Ikatan Mahasiswa DDI), IPDI (Ikatan Pemuda DDI), FADI (Fatayat DDI), IADI (Ikatan Alumni DDI), dan IAPDIKA (Ikatan Alumni Pesantren DDI Kaballangang). Lembaga-lembaga ini harus dibina secara serius oleh PB (Pengurus Besar) DDI, karena generasi muda yang terhimpun di dalam instansi-instansi tersebut sangat potensial melahirkan “Passelle-passelle pasau” (kader-kader yang multi talenta), sehingga pada setiap kesempatan kader-kader DDI dapat tampil prima pada semua lini, dan pada waktunya kader-kader itu dapat tampil sebagai tokoh yang cukup menentukan jalannya sejarah dalam bidang ketokohannya.

Secara internal DDI telah mengatur dalam anggaran dasarnya tentang proses regeranasi dalam kepemimpinan DDI. Maka sangat diharapkan kepada wadah-wadah pengkaderan yang telah disebutkan di atas menjadi elemen yang terencana menuju proses regenerasi ditubuh organisasi DDI. Karena pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mempersiapkan Passelle Pasau” (calon pengganti yang multi talenta).

Kesimpulan
DDI sebagai organisasi massa Islam yang besar, sudah semestinya memberikan perhatian besar terhadap konsep “Passelle Pasau” (regenerasi) yang parmanent, dengan mengacu kepada manhaj rasul-rasul pilihan yang lurus, memprioritaskan yang terbaik dari putra yang terbaik DDI, serta suksesi kepemimpinan ditunjuk dari pigur ulama yang multi talenta, loyal terhadap organisasi dan  memiliki hubungan emosional yang paling dekat dengan founding father DDI yaitu Anregurutta KH. Abdurrahman Ambo Dalle, secara biologis dan idiologis.

Untuk mencapai tujuan ini, maka perlu dibentuk lembaga tertinggi organisasi yang berwibawa, setingkat “Majlis Syuyukh” (Senator), yang ditentukan 40 orang dipilih berdasarkan keterwakilan dari masing-masing: Tokoh-tokoh ulama atau cendekiawan yang paling senior di DDI/Sulawesi, pimpinan-pimpinan pesantren besar DDI, ketua-ketua perguruan tinggi DDI, tokoh-tokoh publik warga Sulawesi yang berpengaruh secara nasional maupun kedaerahan, dan pigur-pigur penting lainnya baik dari pemerintahan maupun swasta.

Majlis Syuyukh atau senator DDI ini yang akan menunjuk pigur tertentu dari kalangan mereka, dan seterusnya akan dipilih dan dibaiat secara massal oleh seluruh warga DDI, dengan demikian akan lahir seorang pemimpin baru yang terbaik untuk menjalankan roda organisasi ke depan.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Salam!