Sabtu, Juli 27, 2013

FITNAH MEMBAWA PETAKA BESAR LA SO’NI RAJA SIDENRENG KE-12:



Kisah Tragis Sang Patriot Sidenreng La So’ni Karaeng Massepe

Penulis: Pemerhati Sejarah & Budaya Sidrap

Setelah La So'ni karaeng Massepe dan La Tenri Tatta Arung Palakka berhasil mengalahkan Gowa dalam peperangan, maka kedekatan kedua bangsawan ini tak terpisahkan, namun rasa iri anggota HADAT BONE meretakkan hubungan baik itu dengan berusaha menyingkirkan La So'ni dari sisi La Tenri Tatta Arung Palakka dengan cara menyebarkan fitnah bahwa La So'ni telah berselingkuh dengan salah seorang istri La Tenri Tatta yang bernama I Sarampa.




Hal ini pun sampai ke telinga sang To ri Sompae La Tenri Tatta Arung Palakka yang menyebabkannya amat murka. Ia pun memerintahkan seorang algojo dari Lise yang bernama Janggo' Pance menghukum mati La So'ni dengan cara memenggal lehernya. Ketika sang algojo menyampaikan perintah itu La So'ni pun meminta agar sebelum di eksekusi ia menitip pesan kepada To risompae La Tenri Tatta, sbb:
Pauwwangngi puang ri Bone-ta, engkanaga to lebba pole makkada cappuni sawung kannae nari pattajeng ewangengnge, na ri roppo wala-walae, na ri lebbo manu'-manu' katiangnge, tenna engngerranni siyala bela ri wettunna tudang caradakkadang ri turungeng massamoe, salo-salo tenna jongkari, padang-padang tennaliweng, LA SO'NI mi karaeng Massepe betta masolasollai resoi alena mangaru' ri tengngana padang cukkae”.
Artinya: “Sampaikan kepada raja Bone yang dipertuan, apakah ada orang syirik yang menyampaikan bahwa perang sudah selesai, sehingga ayam jago yang handal hendak dibinasakan, apakah tidak ingat lagi ketika menghadapi musuh besar (Gowa) La So'ni mi karaeng Massepe sang pemberani tampil dalam peperangan mengamuk di tengah medan laga yang berkecamuk”.

Namun, sang algojo tidak menghiraukan pesan La So'ni, dan ada juga riwayat lain mengatakan bahwa tim algojo mengutus “suro” (pembawa berita) ke La Tenri Tatta di Bone tetapi di tengah jalan “suro” ini terhalang oleh banjir besar sehingga tidak memungkinkan mereka menyeberang di sungai yang sedang meluap airnya, sehingga mereka memutuskan pulang dengan mengarang cerita-cerita tidak benar yang tidak berpihak kepada La So’ni.

Maka sang algojo pun tidak ada pilihan kecuali tetap melaksanakan tugasnya memenggal leher La So’ni yang teguh memegang adat “POLO PANG POLO PANNI NAREKKO ELONA TO RI ASETTA” (Pasrah menerima tanpa syarat kalau memang itu kemauan/perintah raja..)

Kepala La So'ni kemudian di antar kehadapan La Tenri Tatta Arung Palakka, dan terjadi peristiwa aneh yaitu wajah La So'ni selalu berputar membelakangi sang raja dan setiap kali dihadapkan wajah itu terus membelakangi mangkau'e, sang algojo dan anggota hadat mulai ketakuan. La tenri Tatta pun bertanya: Apa gerangan yang telah terjadi? Janggo' Pance pun berterus terang bahwa ada pesan (almarhum) yang tidak dihiraukan.

Setelah mendengar pesan La So'ni, maka La Tenri Tatta menjadi amat menyesal dan murka karena mengetahui La So'ni adalah korban fitnah. Dan sebagai imbalanya maka Janggo' Pance harus dibunuh pula tujuh turunan. Lalu, La tenri Tatta pula yang kemudian mengantar kepala La So'ni ke Massepe untuk dimakamkan secara layak menurut tradisi pemakaman raja-raja Bugis pada masa itu. *****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Salam!