Rabu, September 04, 2013

PESANTREN DAN MADRASAH-MADRASAH DDI PILAR PENDIDIKAN ISLAM NASIONAL:



Membangun Pilar-Pilar DDI Sebagai Simbol Pendidikan Islam Nusantara
(Dimana Ada Komunitas Sulawesi di Situ Ada DDI)

Oleh: Dr. KH. M.A. Rusdy Ambo Dalle

الحمد لله الذي بنعمته تتم الصالحات، اللهم صلي على سيدنا محمد صلى الله عليه وسلم، وبعد!
قال تعالى: وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً فَلَوْلا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ
صدق الله العظيم.

Bapak-Bapak Yang Terhormat




Dewasa ini, gelombang peradaban masyarakat modern telah mengalami perubahan yang begitu cepat dan pesatnya. Arus informasi dan teknologi menjadi kekuatan dan kekuasaan yang dapat menentukan dinamika kehidupan masa kini. Menurut Alvin Toffler mengatakan bahwa ”siapa yang menguasai informasi maka ia akan menguasai kehidupan”. Shimon Peres pun berpendapat bahwa di era informasi, ada tiga kekuatan yang dominan: Pertama, ilmu pengetahuan; kedua, teknologi sebagai penerapan ilmu pengetahuan; ketiga, informasi. Ketiga dominasi kekuatan ini tidak mengenal batas-batas teritorial bangsa dan negara, kekuatannya bagaikan arus gelombang yang tidak ada yang dapat menghentikan dan menghambatnya.

Perubahan dan dinamika kehidupan masyarakat modern menuntut bangsa-negara untuk menguasi informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi. Bangsa yang tidak menguasinya maka dengan sendirinya akan terhegemoni oleh bangsa-negara maju yang menguasai gelombang peradaban informasi. Indonesia sebagai salah satu negara dunia berkembang tentu memerlukan kesiapan dan kemampuan anggota masyarakatnya berupa daya adaptasi dengan nilai-nilai baru, daya saing/kompetisi, dan kreativitas untuk dapat eksis di era peradaban informasi. Pendidikan adalah media strategis untuk melakukan transformasi sosial dalam menyiapkan human resources yang cerdas, dinamis, progresif , inovatif-kreatif dan tentu mempunyai basis spiritualitas dan akhlak mulia. 

Maka TDK syak lagi, pendidikan merupakan pilihan strategis untuk melakukan proses perubahan sosial menuju masyarakat yang cerdas, beradab, adil, makmur dan sejaktera. Pendidikan berfungsi membentuk watak peradaban sebuah bangsa yang beradab dan bermartabat. Dan menjadikan pendidikan sebagai agenda utama kebijakan pemerintah adalah pilihan stategis untuk menghadapi tantangan arus peradaban informasi. Namun, tentu ilmu pengetahuan modern saja tidak cukup mesti dibarengi dengan iman. Alangkah indah dan nikmatnya ketika ilmu pengetahuan dibarengi dengan iman. Allah berfirman: “Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat” (QS: al-Mujaadilah: 114).

Oleh karena itu, Anregurutta Ambo Dalle dengan DDI-nya semenjak awal dakwahnya telah berusaha maksimal mengisi kekosongan tersebut, yaitu dengan mendirikan madrasah-madrasah Islam dan mengirim guru-guru syariat keberbagai wilayah nusantara sebagai pion dan pilar-pilar perdana DDI, yang membawa misi pengembangan  pendidikan Islam yang lebih luas, terutama kepada komunitas-komunitas Bugis – Makassar – Mandar di Sulawesi Selatan dan negeri-negeri rantau di seluruh persada Indoneia. Sehingga dalam waktu relatif singkat – sampai akhir hayat Beliau – telah mencetuskan sekitar 1700 madrasah pendidikan Islam di seluruh wilayah NKRI.  Sebagai sebagai semboyan Anregurutta Ambo Dalle: Di mana ada komunitas Sulawesi di situ ada DDI.

Anregurutta Ambo Dalle menyadari bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Untuk mencapai tujuan mulia pendidikan ini, tentu saja tidak cukup dengan membekali peserta didik dengan pengetahuan umum dan teknologi modern, tetapi harus disenergikan dengan pendidikan moral keagamaan yang kental, maka Anregurutta Ambo Dalle memulai menerapkan metodeloginya yaitu mengacu kepada firman Allah SWT:
وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً فَلَوْلا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ (١٢٢)
Artinya: “tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya” (QS: At-Taubah: 122).
Sepintas ayat ke-122 dari surah at-Taubah ini menyarankan kepada mukminin untuk tidak monoton pergi berperang mengejar power dan kekuasaan, tetapi memberikan alternatif kepada pendalaman pengetahuan agama untuk menyeimbangkan power dan kekuasaan tersebut. Sehingga tercapai perubahan hakiki meraih kemakmuran dan kebahagian dunia dan akhirat.

Ayat di atas juga lebih jauh mewajibkan kepada setiap golongan, bangsa, suku, komunitas dan kelompok untuk mendelegasikan kepada salah satu putra terbaiknya pergi menuntut ilmu agama. Yaitu ilmu agama merupakan fardhu ‘ain, harus ada di antara salah satu putra setiap golongan/ komunitas mengambil spesialisasi pendidikan agama, karena kalau tidak akan mewariskan dosa kolektif pada golongan atau komunitas tersebut. Oleh karena itu, menjadi kewajiban setiap kepala daerah, camat, lurah/ desa dan tokoh-tokoh masyarakat untuk setiap tahun mempersiapkan beberapa putra daerahnya mewakili komunitas masing-masing keluar menuntut ilmu agama, sebagaimana menganjurkan yang lain pergi menuntut ilmu pengetahuan umum.

Mega Proyek IAPDIKA Untuk Mengembangkan Pendidikan DDI

DDI yang telah dibangun oleh Anregurutta Ambo Dalle selama hidupnya, dengan sangat menyesal, telah mengalami kemunduran multidimensi, bukan saja terpecah-pecah setelah kepergian Gurutta, tetapi kuantitas dan kualitas madrasah-madrasah DDI secara fisik dan ruh juga telah mengalami penurunan drasistis. Dari data statistik yang ada bahwa madrasah-madrsah DDI yang masih bertahan di seluruh Indonesia hingga sekarang tinggal 400 buah madrasah dari sebelumnya tercatat sekitar 1700 madrasah, dan 400 itu pun tidak semuanya dalam kondisi sehat/ baik tetapi kebanyakan dalam kondisi memprihatinkan, baik dari segi fisik bangunan, prasarana pendukung belajar mengajar dan jumlah siswa yang diterima setiap tahun juga menurun.

Dengan demikian, untuk membangung kembali DDI sebagaimana amanah dan cita-cita Anregurutta Ambo Dalle mengembagkan pendidikan berbasis Islam terbesar di negeri ini, maka IAPDIKA disamping akan membenahi sistem managemen organisasi terpadu juga berusaha menerapkan sistem semi otonomi pesantren perwilayah DDI, atau pilar-pilar yang akan menjadi standard pendidikan DDI di setiap wilayah. Pilar-pilar tradisional DDI yang telah dikenal selama ini seperti: Mangkoso, Pare-Pare dan Kaballangang akan lebih dikembangkan menjadi madrasah-madrasah unggulan serta menjadi standard bagi madrasah-madrasah DDI di wilayah masing-masing.

Adapun di luar Sulawesi Selatan akan dikembangkan pilar-pilar baru yang akan menjadi standard pula di wilayah-wilayah otoritas masing-masing, seperti pesantren yang akan kita bangun sekarang di Tanah Bumbu ini, diharapkan akan menjadi pilar utama DDI yang akan mengayomi seluruh pesantren dan madrasah-madrasah DDI se Kalimantan Selatan. Begitu pula di daerah lain seperti Kaltim, Jambi, Riau, Sulbar, Sulteng dan lain-lain. Setiap daerah harus ada satu pilar DDI untuk mengayomi madrasah-madrasah binaan yang ada di wilayah otoritasnya.

Disamping itu, IAPDIKA juga akan membangun beberapa perguruan tinggi DDI sebagai menara keilmuan dan dakwah Islam yang dikembangkan oleh organisasi DDI. Wilayah-wilayah potensial untuk mendirikan perguruan tinggi DDI dapat saya sebutkan – sebagian sudah dalam dalam tahap proses – seperti perguruan tinggi DDI di Mamuju Sulbar, Palu Sulteng, Tanah Bumbu Kalsel, Samarinda Kaltim dan tentunya beberapa perguruan tinggi lainnya di wilayah Sulawesi Selatan.

Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu
Itu adalah sebagian dari program-program dibidang pengembangan pendidikan DDI yang diusung oleh IAPDIKA, dan masih banyak lagi program lain yang lebih kreatif inovatif yang tidak bisa saya presentasikan semua dalam waktu yang sangat terbatas di sini. Sisanya akan kami sajikan lewat jurnal dan tabloid-tabloid yang digarap oleh rekan-rekan di IAPDIKA. Dan tentunya mega proyek ini amat berat dan kami tidak sanggup mengembannya sendiri tanpa dukungan, partisifasi dan doa dari seluruh warga DDI. Oleh karena itu, besar harapan saya memohon kepada seluruh warga DDI Tanah Bumbu khususnya dan Kalimantan Selatan umumnya untuk turut berpartisipasi mensukseskan mega proyek IAPDIKA ini untuk sama-sama menyongsong Purnama DDI yang kita impikan semua. SEKIAN
Wassalam.

NOTE: Ceramah disampaikan pada acara Halal Bihalal & Peletakan Batu Pertama Pesantren DDI Terpadu di Batulicin - Kalsel.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Salam!