Kamis, Desember 31, 2015

ISLAMIC CENTER dan AMBO DALLE CENTER?



Islamic Center; Peluang dan Tantangan Dakwah Islamiah
Oleh: Rusdy Ambo Dalle[1]
Prolog
 
Islamic Center; tentu saja bukanlah produk Negara-negara Islam, bahkan belum pernah dikenal dalam sejarah Islam sebelumnya. Istilah ini justru muncul pertama kali di negara-negara barat, disebabkan oleh keresahan umat muslim yang minoritas yang mengalami kesusahan dalam beribadah dan bersilaturahmi dengan umat muslim lainnya. Karena mereka tidak memiliki masjid di dekat tempat tinggal mereka. Akhirnya masyarakat muslim minoritas dari beberapa daerah di luar negeri berkumpul mendirikan Islamic Center yang menjadi pusat untuk menampung kegiatan shalat, ceramah agama atau kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan ke-Islaman.


1.       Ketua Umum Pengurus Besar Darud Dakwah wal-Irsyad (DDI).






Pencetusan Islamic Center sebagai pusat umat Islam di luar negeri inilah yang kemudian diadopsi di Indonesia. Di nusantara dan di mancanegara, Islamic Center memiliki beberapa nama yang sejenis seperti; Center For Islamic Studies, Islamic Studies Center, Islamic Cultural Center, Markaz Islamic Center, Religious organization. Masjid Islamic Centre, Al-Markaz Al-Islami. Ada pula yang setelah lslamic Center diikuti dengan nama tokoh Ulama Salaf, ada pula ulama Khalaf, ada pula nama seseorang tersendiri, juga ada nama sebuah organisasi.
Secara garis besar pengertian dasar Islamic Center bagi masyarakat Indonesia adalah: “Sebuah lembaga keagamaan yang dalam fungsinya sebagai pusat pembinaan dan pengembangan Agama Islam, yang berperan sebagai mimbar Pelaksanaan Dakwah dalam Era Pembangunan”. [1]
Oleh karena itu di kompleks Islamic Center umumnya terdapat berbagai elemen bangunan dan badan Islam. Yang paling vital adalah Masjid sebagai pusat segala aktivitas, perpustakaan Islam dan umum, lembaga manajemen ZISWA (Zakat, Infak, Shadaqah, dan Wakaf), dan gedung PUSDIKLAT (Pusat Pendidikan dan Latihan). Tak jarang juga terdapat sekolah/madrasah dari tingkat PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) sampai dengan universitas, pondok pesantren, ruang serba guna, ruang audio visual atau multimedia. Ada pula penerbitan, percetakan, studio rekaman, audiovisual, rumah sakit dan klinik kesehatan, koperasi, kantin, laboratorium komputer bahasa dan Alquran, auditorium, asrama, bimbingan manasik dan sebagainya. Dengan kekayaan manajemen Islamic Center seperti ini maka sangat layak menjadi pusat dakwah Islam modern.
Peluang dan Tantangan Dakwah Islamiah
Peluang dakwah Islam dalam kehidupan masyarakat di era globalisasi saat ini, sepanjang pengamatan penulis setidaknya ada tiga sektor strategis yang patut menjadi perhatian dakwah di dalam kehidupan modern di Indonesia, yaitu: Pertama, sektor keilmuan dan teknologi, yaitu dengan berkembangnya semangat religiusitas (keislaman di kampus-kampus dan pusat-pusat kajian ilmiah); kedua, sektor politik kekuasaan dan birokrasi dengan tumbuhnya semangat religiusitas dari pusat pemerintahan sampai ke desa-desa; dan ketiga, sektor wirausaha dan industri dengan mulai banyaknya keterlibatan tokoh-tokoh interpreneurship dan pelaku industri tingkat nasional dalam kegiatan dakwah dan pemberian fasilitas dakwah di pusat-pusat kegiatan kerja mereka.
Jika Islamic Center sebagai pelopor Dakwah Islam merintis akses kuat pada ketiga sektor strategis tersebut maka akan mempunyai peluang besar dalam mengaktifkan kegiatan dakwahnya di dalam kehidupan masyarakat dewasa ini, dan tentunya sangat strategis karena dakwah tidak hanya bertujuan menanamkan doktrin dan nilai-nilai Islam semata, tetapi juga banyak mengaktualisasikan doktrin dan nilai-nilai keislaman itu sendiri ke dalam realisasi sosial, sehingga agama tidak mutlak menjadi faktor normatif dalam realitas kehidupan, tetapi adalah sebagai faktor penting yang relevan dan signifikan lainnya seperti faktor-faktor motivatif, inovatif dan integratif. Dengan demikian dakwah secara fungsional lebih berperan dalam proses tranformasi serta mempunyai pengaruh yang lebih efektif dalam dinamika kehidupan.
Namun, tentu setiap usaha yang dikembangkan dalam mencapai setiap tujuan pastilah mendapat hambatan dan tantangan untuk mewujudkannya, apalagi melaksanakan sebuah missi suci berupa dakwah atau seruan demi tegaknya hukum Tuhan di muka bumi. Oleh sebab itu sebuah Islamic Center menjadi sangat penting untuk selalu reaktualisasi dan revitalisasi dakwah khususnya pada saat ini dan masa datang mengingat berbagai masalah dan tantangan yang dihadapi. Beberapa tantangan dakwah yang harus dicermati Media Center, seperti:
1.      Pertama, masalah-masalah yang tumbuh di masayarakat semakin kompleks seperti krisis moral di berbagai bidang kehidupan, kekerasan dalam bermacam-macam bentuk, perilaku sosial yang semakin beraneka-ragam lepas atau semakin menjauh dari nilai-nilai keagamaan, penindasan manusia atas manusia dalam beragam corak, pengrusakan lingkungan dan alam kehidupan yang semakin semena-mena, dan berbagai penyakit kehidupan lainnya dari yang terselubung hingga terang-terangan. Itulah gambaran dari kehidupan yang anomali (penuh penyimpangan) dan mengalami disorientasi (keterputusan nilai dan arah kehidupan), sehingga manusia semakin menyerupai perilaku hewan yang buas tetapi cerdik, bahkan dalam Alquran dikatakan ”bal hum adhallu”, malahan jauh lebih ganas ketimbang binatang.
2.   Kedua, semakin berkembangnya berbagai pemikiran yang ekstrim atau radikal dari yang cenderung radikal konservatif-fundamentalistik hingga radikal liberal-sekularistik, yang menimbulkan pertentangan yang kian tajam dan hingga batas tertentu kehilangan jangkar teologis dan moral yang kokoh dalam menghadapi gelombang kehidupan modern yang dahsyat. Setiap radikalisme atau ekstrimitas apapun bentuknya selalu melahirkan ketimpangan dan mengundang banyak benturan. Ekstrim konservatif memang memberi peneguhan pada kemapanan beragama, tetapi menjadi naif dan kehilangan kecerdasan dalam menghadapi kehidupan yang serba kompleks. Esktrim liberal memberi horizon yang cerdas atau luas tetapi sering kehilangan pijakan nilai dan moral yang kokoh sehingga memberi ruang pada sekularisasi bahkan nihilisme kehidupan. Di sinilah pentingnya wawasan baru pemikiran dan gerakan dakwah yang berdimensi pemurnian (purifikasi) sekaligus pembaruan (tajdid, dinamisasi) yang harus semakin kaya (bergizi tinggi) tanpa harus terseret pada polarisasi yang ekstrim.
3.   Ketiga, semakin berperan dan meluasnya para juru dakwah kontemporer di media massa elektronik dan majelis-majelis taklim yang mempengaruhi ruang publik umat sedemikian rupa. Kehadiran dakwah media-elektronik dan majelis-majelis taklim maupun majelis-dzikir yang menguasai ruang publik umat dan masyarakat saat ini seungguh merupakan fenomena baru yang berhasil menggeser peran-peran dakwah konvensional yang selama ini dilakukan oleh Islamic Center dan ormas-ormas Islam besar nasional sepert NU, Muhammadiyah, DDI, dan lainnya. Memang fenomena dakwah kontemporer tersebut merupakan hal positif dan bahkan dapat dijadikan kekuatan untuk berlomba-lomba dalam kebaikan (fastabiqul khairat). Namun di sisi lain juga memunculkan dampak berupa agama yang cenderung “instan”, tak ubahnya obat generik yang sekadar memblok rasa sakit. Tetapi dakwah yang seperti itu apapaun kekurangannya kini jauh lebih populer dan mengalahkan model-model dakwah maupun sosok juru dakwah gaya lama. Di sinilah pentingnya pembaruan model dakwah di tengah tuntutan pasar yang sedemikian dihinggapi budaya populer tetapi harus bersifat mencerdaskan, mencerahkan, dan membebaskan.
4.   Keempat, semakin berperannya media massa baik cetak apalagi elektronik dalam mempengaruhi, membentuk, dan mengubah orientasi hidup manusia modern saat ini. Dengan kata lain media massa modern tersebut sebenarnya telah menjelma menjadi ”organisasi dakwah” yang berwajah lain, sekaligus menjadi pesaing tangguh Islamic Center yang selama ini berkiprah di belantara kehidupan umat dan masyarakat. Pengaruh dan daya jelajah media massa bahkan sangat spektakuler, sehingga dalam hitungan detik per detik dapat menjangkau setiap relung kehidupan manusia di mana pun dan kapan pun tanpa harus permisi atau minta izin. Televisi misalnya secara anarkhis atau bebas sebebas-bebasnya dapat langsung mengunjungi balita, remaja, orangtua, dan sispapun tanpa harus ketuk pintu. Hal itu sangat berbeda dengan kegiatan dan langkah Islamic Center yang konvensional, yang datang ke rumah siapapun harus minta izin terlebih dulu. Televisi bukan hanya dapat dengan sekejap membangkitkan orang untuk hidup, tetapi pada saat yang sama dapat membunuh orang tanpa prosedur apapun. Di sinilah kedahsyatan peran media massa modern, yang menjadi lawan tanding Islamic Center, sekaligus sebenarnya dapat dimanfaatkan sebagai alat dakwah paling canggih.
Penutup

Meski Islamic Center menghadapi berbagai tantangan, seperti dikemukakan di atas, peluang bagi dakwah Islamiah jelas masih tetap besar. Situasi sosiologis umat Islam Indonesia, yang setidak-tidaknya dalam dua dasawarsa terakhir menemukan “new attachment” kepada Islam merupakan modal yang sangat berharga bagi Islamic Center, dan lembaga-lembaga dakwah Islam umumnya.
Fenomena kemunculan Islamic Center, dan sejenisnya merefleksikan, bahwa dakwah Islam yang diperankan oleh Islamic Center tetap mendapat tempat yang semakin kuat. Kini tinggal bagi Islamic Center untuk memberdayakan dirinya untuk mampu benar-benar menjadi “media dakwah alternatif” yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif dalam menghadapi arus modernisasi dan globalisasi.
Sejalan dengan itu, Islamic Center tetap harus me-revitalisasi dakwah sebagai proses penguatan kembali langkah-langkah dakwah baik yang bersifat kuantitas maupun kualitas dalam seluruh aspek kehidupan menunju terwujudnya kehidupan yang Islami. Peningkatan intensitas (kuantitas) dan kualitas dakwah yang semakin tinggi dan maju, diharapkan agar dakwah benar-benar berpengaruh langsung dalam membentuk kehidupan masyarakat yang Islami. Dengan kehidupan masyarakat yang Islami maka akan terbentuk masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

Islamic Center harus yakin bahwa dakwah berkembang di tangan orang-orang yang memiliki militansi, semangat juang yang tak pernah pudar. Ajaran yang mereka bawa bertahan melebihi usia mereka. Boleh jadi usia para mujahid pembawa misi dakwah tersebut tidak panjang, tetapi cita-cita, semangat dan ajaran yang mereka bawa tetap hidup sepeninggal mereka.


1.       Lihat: Buku Petunjuk Pelaksanaan Proyek Islamic Center di seluruh Indonesia oleh Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama R.I.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Salam!