Rabu, Desember 28, 2016

MENGENANG SRIKANDI DDI KHj. SITI ZAINAB BINTI MAS'UD (1930-2003):



Bangga Menjadi Cucu Nenenda Petta Hj. St. Zainab
Membaca tulisan yang diposting Pamanda H. Maqbul di salah satu grup Facebook beberapa waktu lalu, membuka kembali lembaran kenangan kebersamaan bersama Nenenda Petta Hj. St. Zainab binti Mas'ud semasa hidupnya. Sebagai cucu dari Beliau, saya betul-betul merasakan dan menyaksikan langsung bagaimana pengabdian Beliau untuk DDI. Nenenda tak sungkan-sungkan mengorbankan waktu dan materi demi kemajuan DDI.

Kami diajarkan banyak hal terutama nilai keikhlasan. Untuk nilai yang satu ini, Beliau selalu berpesan pada saya "ikhlas itu ketika senyum di wajah kita tak beda sedikitpun dengan apa yang ada di hati kita... ikhlas itu ketika tidak takut kehilangan apapun demi sesuatu yang sangat kita cintai... kita cinta DDI, maka kita harus ikhlas bekerja untuk DDI apapun konsekuensinya".
Saya yang pernah tinggal bersama Beliau selama beberapa waktu, banyak menimba pelajaran berharga darinya. Tak hanya tentang ilmu agama, namun terlebih lagi tentang etika dan kehidupan sosial. Dari nenenda saya belajar menjadi seorang "perempuan"... Sebab, bersama beliau saya diajari berbusana muslimah, terampil di dapur untuk masak dan buat kue, termasuk bagaimana seorang perempuan harus mempunyai bekal keterampilan sepanjang hayat yaitu menjahit pakaian (termasuk menyulam lambang DDI, namun keterampilan yang satu ini saya gagal untuk menguasainya)...
Saya betul-betul merasakan hikmah dibalik ketegasan nenenda mendidikku semasa tinggal bersamanya. Beliau juga mengajarkan saya untuk tidak kikuk menghadapi orang banyak. Bangga nian menjadi cucu Beliau. Nilai-nilai yang diajarkannya dahulu, kini terasa sangat bermanfaat. Beliau adalah ibu teladan, yang berhasil mendidik keenam putra-putrinya menjadi anak-anak sholeh dan sholehah yang berhasil...
Nenenda selalu berkata padaku (dulu), "saya tak mewariskan harta berlimpah kepada anak cucuku, tapi ilmu yg bermanfaat. Sebab dengan ilmu, segalanya akan dapat kita raih". Betapa merindunya hati ini akan hadirnya... Beliau adalah figur perempuan tegar yang tak lemah oleh tantangan apapun.
*** Sebagaimana kata ust. Med Hatta dalam goresannya tentang Beliau: "DDI sejak dahulu dikenal sebagai gudangnya ulama kaliber Sulawesi dan nasional tapi tidak banyak mencetak ulama perempuan, dan salah satu ulama perempuan yang langka dari rahim DDI tersebut adalah Gurutta (almaghfurata laha) KHj. St. Zainab binti Mas'ud. Beliau adalah srikandi DDI perintis beberapa cabang DDI di daerah-daerah Sulawesi Selatan dan luar Sulsel.
Kalau di NKRI ini dikenal ibu Fatmawati Soekarno (istri Presiden Pertama RI) sebagai penjahit bendera pusaka merah putih, maka DDI telah mencatat juga dengan tinta emas ustadzah Hj. Zainab sebagai penyulam pertama lambang DDI di atas kain dari design langsung Gurutta Ambo Dalle." Sungguh mulia nian perjuanganmu nenendaku tercita!
Petta Hj. St. Zainab binti Mas'ud. Nama ini selalu mengisi relung hati dan memenuhi ingatanku. Mengenang beliau, mengingatkanku akan Pettaji Mama tercinta yang juga telah tiada. Petta Hj. St. Zainab binti Mas'ud dan KH. M. Arib bin Mustary, terima kasih telah melahirkan Pettaji Mama dan mendidiknya menjadi ibu terbaik bagi kami anak-anaknya…. Bangga menjadi Anak Pettaji Mama, dan cucu Pettaji Zainab dan Pettaji Arib... Alfatihah untuk semuanya.... AMIN!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Salam!