Jumat, Agustus 25, 2017

POMPEII DAN SODOM KOTA LGBT YANG TERLAKNAT


Ibrah Bagi Umat Jaman NOW:
فَالْيَوْمَ نُنَجِّيكَ بِبَدَنِكَ لِتَكُونَ لِمَنْ خَلْفَكَ آيَةً ۚ وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ عَنْ آيَاتِنَا لَغَافِلُونَ
Artinya: “Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami”. (QS. Yunus: 92).

Kisah Kota Pompeii (Lihat: Sambungan)

Kisah Kota Pompeii
RAIB kurang lebih dua millenium raib, Pompeii secara tak sengaja ditemukan tahun 1748. Ketika itulah misteri hilangnya kota Pompeii selama ribuan tahun akhirnya terbongkar. Bahkan lebih mengejutkan adalah artefak yang ditemukan tidak hanya berupa tembikar dan barang kuno, tetapi juga puluhan jasad dalam kondisi mengejutkan.

Ajaib! Jasad-jasad ditemukan dalam kondisi utuh nyaris tanpa kerusakan. Kita bahkan bisa menyaksikan mimik wajah warga Pompeii yang ketakutan saat menghadapi maut. Mayat-mayat dengan segala pose itu mengeras, membatu dan diawetkan oleh abu. Seakan-akan Allah melindungi jasad-jasad itu sebagaimana telah menyelamatkan jasad Firaun ribuan tahun sebelumnya, untuk menjadi ibrah otentik bagi manusia yang datang belakangan. Benar firman Allah:

فَالْيَوْمَ نُنَجِّيكَ بِبَدَنِكَ لِتَكُونَ لِمَنْ خَلْفَكَ آيَةً ۚ وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ عَنْ آيَاتِنَا لَغَافِلُونَ
Artinya: “Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami”. 

Penemuan jasad-jasad yang telah menjadi batu ini mengungkapkan karakteristik penduduk kota yang kaya raya pada waktu itu, Kota itu juga ternyata melegalkan perzinaan. Bahkan bisa diyakini telah menjadi surga bagi kaum homoseksual. Pompeii penuhi dengan lokasi perzinahan atau prostitusi yang menyebar di segala penjuru kota. Oleh karena saking banyaknya hingga susah membedakan tempat pelacuran umum dan kawasan rumah biasa.
Penduduk Pompeii pada saat itu dikatakan mengamalkan kepercayaan ‘Mithra’ yang menyakini bahwa alat kelamin serta persetubuhan tidak seharusnya dilakukan secara sembunyi tetapi harus dilakukan di tempat terbuka. Tak heran jika Pompeii dijuluki ‘kota maksiat’. Oleh karena itu Allah memberikan azab yang pedih pada kaum tersebut tanpa mereka perhitungkan.
Menurut ilmuwan dilansir Live Science, sebelum kota ini hancur terkubur, penduduk di waktu itu tidak menggubris tanda-tanda akan terjadinya letusan dashyat Gunung Vesuvius. Mereka tidak ambil pusing dengan gempa kecil dan besar yang mengeringkan sumur dan sumber mata air sebelumnya. Sementara anjing-anjing menggonggong sedih atas diamnya burung-burung.
Wajah wajah Ketakutan, putus asa dan apa pun yang mereka lakukan pada saat itu secara sempurna diawetkan dalam abu dan lava yang mengeras. Hal ini menguntungkan para arkeolog karena mereka dapat melihat hampir secara sempurna pula sejarah budaya kuno ini – jendela ke dalam kehidupan orang-orang yang hidup pada waktu itu.

Perhatikan bagaimana tubuh tubuh abu mereka menggambarkan usaha mereka yang berupaya mati-matian untuk menutup mulut mereka, melindungi anak-anak mereka yang belum lahir, atau mencoba untuk menjaga diri dari serangan puing-puing dan batuan vulkanik.

Para Dokter diketahui dari alat bedah yang mereka genggam, “dominas”, atau wanita kaya, terlihat pada perhiasan mahal dan pusaka yang mereka pakai, sedangkan budak ditemukan dengan cincin besi di sekitar pergelangan kaki mereka. Item seperti ini memberi wawasan berharga bagi arkeolog untuk menentukan milik siapakah tubuh tubuh yang pernah hidup tersebut, dan sebagai apakah mereka ketika masih hidup.

Kisah Bangsa Sodom
HAL serupa juga Allah pernah perlakukan pada bangsa Sodom beberapa abad sebelumnya. Tentu anda masih ingat kisah Nabi Luth yang menghadapi kaumnya yang penuh maksiat di kota Sodom sampai akhirnya Allah memusnahkan kota tersebut dengan bencana…

Seperti kota Pompeii yang diceritakan di atas, di Kota Sodom juga masyarakatnya bebas melakukan maksiat tanpa batasan sampai melakukan penyimpangan seksual dimana hampir seluruh kaum laki-lakinya hanya tertarik kepada sesamanya dan begitu juga kaum wanitanya. Kedua jenis kemungkaran ini begitu merajalela di dalam masyarakat sehingga hal tersebut merupakan suatu kebudayaan bagi kaum Sodom.

Kelakuan para masyarakat Sodom ini diabadikan di dalam Al-Qur’an:
أَتَأْتُونَ الذُّكْرَانَ مِنَ الْعَالَمِينَ، وَتَذَرُونَ مَا خَلَقَ لَكُمْ رَبُّكُمْ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ ۚبَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ عَادُونَ.
Artinya: Mengapa kamu mendatangi jenis lelaki di antara manusia, dan kamu tinggalkan isteri-isteri yang dijadikan oleh Tuhanmu untukmu, bahkan kamu adalah orang-orang yang melampaui batas“. (QS. Asshuara: 165-166).

Berkali-kali nabi Luth menyerukan kepada mereka untuk meninggalkan kebudayaan menyimpang mereka, namun karena sudah terlanjur hancur moral masyarakat disana merekapun tidak mau mendengar perkataan nabi Luth. Hanya sebagian kecil saja yang mau mengikuti ajaran nabi Luth.

DEMIKIAN, dua kisah dari dua kota legendaris di atas semoga dapat menjadi ibrah dan pelajaran bagi umat jaman NOW!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Salam!