Inspirasi dari Kisah Nabi
Ayyub AS
By: Med
Hatta
Nama nabi Ayub as disebutkan sebanyak 4 (emapt) kali di dalam
Alquran, yaitu (QS. An-Nisa: 163; QS. Al-An'am: 34; QS. Al-Anbiya: 83; dan QS.
Shaad: 41). Dan kisahnya yang terperinci terdapat pada dua surah yang
disebutkan terakhir, yaitu Allah berfirman:
وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَىٰ رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ (83) فَاسْتَجَبْنَا لَهُ فَكَشَفْنَا مَا بِهِ مِن ضُرٍّ ۖ وَآتَيْنَاهُ أَهْلَهُ وَمِثْلَهُم مَّعَهُمْ رَحْمَةً مِّنْ عِندِنَا وَذِكْرَىٰ لِلْعَابِدِينَ
Terjemah Arti: "dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia berseru padaTuhannya, "(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang”. Maka Kami pun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah" (QS. Al-Anbiya: 83-84);
وَاذْكُرْ عَبْدَنَا أَيُّوبَ إِذْ نَادَىٰ رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الشَّيْطَانُ بِنُصْبٍ وَعَذَابٍ (41) ارْكُضْ بِرِجْلِكَ ۖ هَٰذَا مُغْتَسَلٌ بَارِدٌ وَشَرَابٌ (42وَوَهَبْنَا لَهُ أَهْلَهُ وَمِثْلَهُم مَّعَهُمْ رَحْمَةً مِّنَّا وَذِكْرَىٰ لِأُولِي الْأَلْبَابِ (43) وَخُذْ بِيَدِكَ ضِغْثًا فَاضْرِب بِّهِ وَلَا تَحْنَثْ ۗ إِنَّا وَجَدْنَاهُ صَابِرًا ۚ نِّعْمَ الْعَبْدُ ۖ إِنَّهُ أَوَّابٌ
Terjemah Arti: "Dan ingatlah akan hamba Kami Ayyub ketika dia menyeru Tuhannya, "Sesungguhnya aku diganggu setan dengan penderitaan dan bencana; (Allah berfirman) Hentakannlah kakimu, inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum; Dan Kami anugerahi dia ( dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan Kami lipat gandakan jumah mereka, sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang berpikiran sehat; Dan ambilah seikat (rumput) dengan tanganmu, lalu pukullah dengan itu dan janganlah engkau melanggar sumpah. Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik - baik hamba. Sungguh, dia sangat taat (kepada Allah)" (QS. Shaad: 41-44).
Sepintas lalu, jika pembaca mengamati konteks dua seruan nabi
Ayyub as pada dua surah di atas, nampak kedua nadanya berbeda sehingga
mengesankan bahwa nabi Ayyub as telah bermohon pada Tuhannya lebih dari sekali
dalam nada yang berbeda-beda. Namun, seruannya yang dikabulkan oleh Tuhannya
adalah yang menyebutkan sifat kasih sayang Allah: "(Ya Tuhanku),
sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha
Penyayang di antara semua penyayang".
Karena setelah nabi Ayyub as memanjatkan seruan tersebut maka
Allah menjawabnya - langsung - dengan firman-Nya: "Maka Kami pun
memperkenankan seruannya itu". Bahkan Allah memujinya sebagai bagian dari
dari hamba yang taat: "yang menyembah Allah". Oleh karena itu,
dianjurkan setiap bermohon kepada Allah SWT hendaklah menyampaikan permohonan
dengan tulus dan menyertakan sanjungan pada-Nya seperti seruan nabi Ayyub as:
"Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang".
Jenis Penyakit Yang Menimpa Nabi Ayyuv AS
Pada kisah dari dua surah yang berbeda di atas bercerita
tentang dua hal yang berbeda, di dalam surah Al-Anbiya bertajub pujian Allah
terhadap para nabi termasuk nabi Ayyub as, sedangkan pada surah Shad menyajikan
tema tentang cobaan. Maka - khusus - kisah nabi Ayyub as diberikan padanya
kedua hal itu, yaitu diberikan cobaan oleh Allah SWT dan lalu dipujinya.
Cobaan yang ditimpakan pada nabi Ayyub as dapat disimak dari
kedua seruannya yang diabadikan di dalam Alquran; pertama, ia mendirita sebuah
penyakit tertentu (tidak disebutkan jenis penyakitnya), dan yang kedua, ia
mengeluhkan telah diganggu oleh setan dengan menimpakan atas dirinya
penderitaan dan bencana. Namun tidak dijelaskan bentuk gangguan yang
ditimpakannya oleh setan itu yang membuatnya menderita dan tersiksa.
Oleh sebab itu, untuk mengidentifikasi gangguan yang umum
menimpa manusia khususnya yang diakibatkan oleh setan, maka penulis harus
menelusuri ayat-ayat Alquran yang bercerita tentang gangguan-gangguan
(penyakit) bawan setan, denga kata kunci (مَسَّ) seperti keluahan Ayyub (أَنِّي
مَسَّنِيَ الضُّرُّ), seperti
firman Allah:
وَإِذَا مَسَّ الْإِنسَانَ الضُّرُّ دَعَانَا لِجَنبِهِ أَوْ قَاعِدًا أَوْ قَائِمًا فَلَمَّا كَشَفْنَا عَنْهُ ضُرَّهُ مَرَّ كَأَن لَّمْ يَدْعُنَا إِلَىٰ ضُرٍّ مَّسَّهُ ۚ كَذَٰلِكَ زُيِّنَ لِلْمُسْرِفِينَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ يونس أية 12
Terjemah Arti: "Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan" (QS. Yunus: 12);
فَلَمَّا دَخَلُوا عَلَيْهِ قَالُوا يَا أَيُّهَا الْعَزِيزُ مَسَّنَا وَأَهْلَنَا الضُّرُّ وَجِئْنَا بِبِضَاعَةٍ مُّزْجَاةٍ فَأَوْفِ لَنَا الْكَيْلَ وَتَصَدَّقْ عَلَيْنَا ۖ إِنَّ اللَّهَ يَجْزِي الْمُتَصَدِّقِينَ يوسف أية 88
Terjemah Arti: "Maka ketika mereka masuk ke (tempat) Yusuf, mereka berkata: "Hai Al Aziz, kami dan keluarga kami telah ditimpa kesengsaraan dan kami datang membawa barang-barang yang tak berharga, maka sempurnakanlah sukatan untuk kami, dan bersedekahlah kepada kami, sesungguhnya Allah memberi balasan kepada orang-orang yang bersedekah" (QS. Yusuf: 88);
وَمَا بِكُم مِّن نِّعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ ۖ ثُمَّ إِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فَإِلَيْهِ تَجْأَرُونَ (53) ثُمَّ إِذَا كَشَفَ الضُّرَّ عَنكُمْ إِذَا فَرِيقٌ مِّنكُم بِرَبِّهِمْ يُشْرِكُونَ .سورة النحل أية 53
Terjemah Arti: "Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan" (QS. An-Nahl: 53);
وَإِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فِي الْبَحْرِ ضَلَّ مَن تَدْعُونَ إِلَّا إِيَّاهُ ۖ فَلَمَّا نَجَّاكُمْ إِلَى الْبَرِّ أَعْرَضْتُمْ ۚ وَكَانَ الْإِنسَانُ كَفُورًا سورة الإسراء أية 67
Terjemah Arti: "Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kamu seru kecuali Dia, Maka tatkala Dia menyelamatkan kamu ke daratan, kamu berpaling. Dan manusia itu adalah selalu tidak berterima kasih" (QS. Al-Isra: 67).
Dari ayat-ayat Alquran di
atas nampak bahwa bentuk-bentuk penimpaan dalam berbagai konteks ayat semuanya dijelaskan
jenis-jeniasnya. Dan bentuk-bentuk penimpaan tersebut datang dalam berbagai
ragam jenisnya; ada kelompok manusia tertimpa mara bahaya, kecelakaan dan
bencana alam seperti pada ayat ke-12 surah Yunus; keluarga nabi Yusuf (sendiri)
terimpa keadaan fakir dan kelaparan sebagaimana di dalam ayat ke-88 surah
Yusuf; ada kalanya (pula) manusia ditimpakan dengan kenikmatan dan
kesejahteraan pada fisik, jasmani dan rezkinya seperti pada ayat ke-53 surah
An-Nahl. Dan pada kesempatan lain manusia juga bisa tertimpa oleh kondisi yang
buruk seperti diliputi perasaan ketakutan, panik, dan serangan jantung
sebagaimana pada ayat ke-67 surah Al-Isra.
Adapun nabi Ayyub as telah ditimpakan padanya salah satu
bentuk dari jenis-jenis penimpaan (gangguan) di atas, dan penulis mengira bahwa
- besar kemungkinan - jenis gangguan yang menimpanya adalah kelumpuhan pada
salah satu kakinya yang membuatnya tidak berdaya. Dan nabi Ayyub mengadukan itu
disebabkan oleh gangguan setan.
Terapi dan Pengobatan
Penyembuhan
Untuk lebih memastikan jenis
gangguan yang menimpa diri nabi Ayyub tersebut, maka harus melihat – terlebih dahulu
– terapi untuk menyembuhkan penyakit itu. Di dalam ayat Allah memerintahkan
pada hamba-Nya Ayyub untuk berjalan dengan sebelah kakinya. Apa maksud dari
berjalan dengan satu kaki? Allah memerintahkannya untuk berjalan dengan satu
kaki menunjukkan bahwa penyakit yang menimpa nabi Ayyub adalah gangguan pada salah
satu kakinya. Ia pincang berat sehingga tidak bisa bergerak secara sempurna,
tapi masih bisa berjinjit dengan satu kaki. Jadi terapinya adalah harus menggerakan
kaki sebelah yang tidak lumpuh, setidaknya berjinjit-jinjit pergi menemukan obat
sendiri (tanpa menunggu bantuan orang lain).
Terapi Penyakit Gangguan
Jiwa (Psikologis)
Selain ditimpakan gangguan
kelumpuhan kaki sebelah, nabi Ayyub as juga menderita gangguan psikologis akut yang
sudah berlangsung dalam waktu yang cukup lama, dan tentu hal ini juga membutuhkan
terapi khusus untuk memulihkannya. Maka terapi yang paling pantas untuk
mengobati jenis gangguan kejiwaan tersebut adalah mendatangkan seluruh keluarga
terdekatnya di sisinya, atau yang dkienal medis sekarang sebagai “Strategic
Family Theraphy”. Yaitu pendekatan konseling yang dimana dilakukan
dengan taktik-taktik atau strategi yang sudah dirancang dan dilaksanakan sesuai
prosedur serta secara hati-hati. Selain itu pendekatan konseling keluarga ini
langsung menangani masalah-masalah yang ada dikeluarga.
Kesimpulan ini diambil berdasarkan ayat ke-43 surah Shad
(ayat kajian) “Dan Kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan
Kami lipat gandakan jumah mereka, sebagai rahmat dari
Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang berpikiran sehat”. Dan –
dengan nada lain – pada konteks ayat ke-84 surah Al-Anbiya “dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu
rahmat dari sisi Kami dan
untuk menjadi peringatan bagi semua yang
menyembah Allah”.
Terapi Penyakit Gangguan
Jiwa (Psikologis)
Selain ditimpakan gangguan
kelumpuhan kaki sebelah, nabi Ayyub as juga menderita gangguan psikologis akut yang
sudah berlangsung dalam waktu yang cukup lama, dan tentu hal ini juga membutuhkan
terapi khusus untuk memulihkannya. Maka terapi yang paling pantas untuk
mengobati jenis gangguan kejiwaan tersebut adalah mendatangkan seluruh keluarga
terdekatnya di sisinya, atau yang dkienal medis sekarang sebagai “Strategic
Family Theraphy”. Yaitu pendekatan konseling yang dimana dilakukan
dengan taktik-taktik atau strategi yang sudah dirancang dan dilaksanakan sesuai
prosedur serta secara hati-hati. Selain itu pendekatan konseling keluarga ini
langsung menangani masalah-masalah yang ada dikeluarga.
Kesimpulan ini diambil berdasarkan ayat ke-43 surah Shad
(ayat kajian) “Dan Kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan
Kami lipat gandakan jumah mereka, sebagai rahmat dari
Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang berpikiran sehat”. Dan –
dengan nada lain – pada konteks ayat ke-84
surah Al-Anbiya “dan
Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami
lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari
sisi Kami dan untuk menjadi
peringatan bagi semua yang menyembah Allah”.
Kunci Maqbul Do’a Nabi Ayyub AS.
Dari kedua ayat kajian di atas menegaskan bahwa Allah SWT telah
memberikan pada nabi Ayyub lebih dari apa yang ia minta, hal ini terlihat dari kalimat
konteks ayat kedua “kembalikan” menggantikan kalimat “anugerahi”
dari konteks ayat pertama. Karena disamping Allah mengembalikan seluruh
keluarganya yang sudah pernah dimiliki sebelumnya (sesuai harapannya), dan
Allah (juga) menganugerahinya dengan tambahan jumlah anggota keluarga baru
(yang tidak disangka-sangka).
Jika berbicara tentang penganugerahan terhadap para nabi-nabi
Allah di dalam Alquran, maka konotasinya tidak jauh-jauh dari keluarga (terutama
istri) dan anak-anak keturunan. Seperti contoh pada beberapa ayat berikut,
Allah berfirman:
وَوَهَبْنَا لَهُ إِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ ۚ كُلًّا هَدَيْنَا ۚ وَنُوحًا هَدَيْنَا مِن قَبْلُ ۖ وَمِن ذُرِّيَّتِهِ دَاوُودَ وَسُلَيْمَانَ وَأَيُّوبَ وَيُوسُفَ وَمُوسَىٰ وَهَارُونَ ۚ وَكَذَٰلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ
Terjemah Arti: “Dan Kami telah menganugerahkan Ishak dan Yakub kepadanya. Kepada masing-masing telah Kami beri petunjuk; dan sebelum itu Kami telah memberi petunjuk kepada Nuh, dan kepada sebagian dari keturunannya (Ibrahim) yaitu Dawud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa, dan Harun. Dan demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik” (QS. Al-An’am: 84);
فَلَمَّا اعْتَزَلَهُمْ وَمَا يَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللَّهِ وَهَبْنَا لَهُ إِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ ۖ وَكُلًّا جَعَلْنَا نَبِيًّا
Terjemah Arti: “Maka ketika dia (Ibrahim) sudah menjauhkan diri dari mereka dan dari apa yang mereka sembah selain Allah, Kami anugerahkan kepadanya Ishak dan Yakub. Dan masing-masing Kami angkat menjadi nabi” (QS. Maryam: 49);
وَوَهَبْنَا لَهُ مِن رَّحْمَتِنَا أَخَاهُ هَارُونَ نَبِيًّا
Terjemah Arti: “Dan Kami telah menganugerahkan sebagian rahmat dan karunia Kami padanya dengan menjadikan saudaranya, Harun -'alaihissalām- sebagai Nabi; karena mengabulkan doanya ketika memohon hal tersebut” (QS. Maryam: 53);
فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَوَهَبْنَا لَهُ يَحْيَىٰ وَأَصْلَحْنَا لَهُ زَوْجَهُ ۚ إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا ۖ وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ
Terjemah Arti: “Maka Kami kabulkan (doa)nya, dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya, dan Kami jadikan istrinya (dapat mengandung). Sungguh, mereka selalu bersegera dalam (mengerjakan) kebaikan, dan mereka berdoa kepada Kami dengan penuh harap dan cemas. Dan mereka orang-orang yang khusyuk kepada Kami” (QS. Al-Anbiya: 90);
وَوَهَبْنَا لِدَاوُودَ سُلَيْمَانَ نِعْمَ الْعَبْدُ إِنَّهُ أَوَّابٌ
Terjemah Arti: “Dan kepada Dawud Kami anugerahkan (anak bernama) Sulaiman; dia adalah sebaik-baik hamba. Sungguh, dia sangat taat (kepada Allah)” (QS. Shad: 30).
Ayat-ayat Alquran yang baru saja dibaca di atas semua bertema
tentang anugera/karunia Allah pada nabi-nabi Nya, dan umumnya dilatar belakangi
oleh ketiadaan kepemilikan terhadap sesuatu yang dianugerahkan itu sebelumnya,
dan atau ketidak berdayaannya untuk memiliki anugerah tersebut; Seperti kasus
nabi Ibrahim as yang dianugerahi oleh Allah keturunan setelah sebelumnya sudah
tidak mampu untuk memilikinya karena usianya sudah uzur dan kemandulan
istrinya; begitu juga nabi Zakaria dianugerahi kepadanya putranya Yahya as
setelah seluruh rambutnya memutih dan uzur istrinya mandul; Dan nabi Musa as
dianugerahkan Allah padanya saudaranya Harun sebagai pendampingnya setelah
sebelumnya kesulitan menjalankan dakwahnya seorang diri.
Kemudian, yang paling menarik perhatian dari kontek-konteks
ayat di atas adalah Allah memberikan anugerah yang bernilai tersebut kepada
nabi-nabi Nya setelah mereka khusu’ memanjatkan do’a kepada Allah SWT. Dan
jika kita memperhatikan secara seksama bahwa para nabi-nabi Allah selalu berdo’a
memohon sesuatu yang diharapkannya setelah sampai pada titik ketidak
berdayaannya – secara natural – untuk meraih apa yang diinginkannya.
Maka pada kisah nabi Ayyub as, yang kita kaji sekarang, diketahui
bahwa yang paling dibutuhkan oleh nabi Ayyub pada saat-saat kritis dalam
melawan penyakit yang dideritanya adalah istrinya yang tercinta. Tetapi istri
melakukan suatu pelanggaran yang membuat nabi Ayyub murka dan bersumpah untuk
memukulnya karena pelanggaran itu. Tidak disebutkan jenis pelanggarang yang
dilakukan istri Ayyub, tetapi kemungkinan yang paling ril adalah meninggalkan
dirinya ketika penyakitnya semakin parah sehingga membuatnya putus harapan.
Lalu datang anugerah besar dari Allah pada waktu yang tak
terduga, dan bukan saja hanya istrinya yang dikembalikan tapi seluruh anak-anak
dan keluarga yang lain berkumpul kembali bersamanya di dalam rumah tangga. Dan
tentu saja anugerah berkumpulnya keluarga secara utuh di dalam rumah dalam
kondisi sakit parah akan sangat membantu untuk memulihkan penderitaan secara
psikologi terutama, dan secara tidak langsung menjadi terapi khusu untuk
mengobati penyakit fisik. Karena keberadaan istri tercinta dan seluruh
keluarganya tersebut dapat membuat hati Ayyub senang, bahagia, dan menghibur
serta membangkitkan semangatnya untuk segera sembuh total.
Pukulan Mesra Kepada Istri Tercinta
Allah berfirman:
وَخُذْ بِيَدِكَ ضِغْثًا فَاضْرِب بِّهِ وَلَا تَحْنَثْ ۗ
Terjemah Arti: “Dan ambilah seikat (rumput) dengan tanganmu, lalu pukullah dengan itu dan janganlah engkau melanggar sumpah” (QS. Shaad: 44).
Menurut legenda yang sering ditemukan pada literature-literatur
kuno bahwa ketika nabi Ayyub as merasa kecewa ditinggalkan pergi oleh istri
tercinta pada saat-saat kritis penyakitnya bersumpah jika ia sembuh akan
memukul istrinya sebanyak 100 kali pukulan. Tapi setelah benar-benar sembuh ia
merasa iba dan tidak tega lagi memukul sang
istri tercinta karena kehadirannya merupakan anugerah terbesar baginya dan
membantunya sembuh dari penyakitnya.
Namun karena sumpah seorang nabi seperti dirinya wajib
dilaksanakan, maka Allah memberinya keringanan dengan memerintahkan Ayyub
mengambil 100 biji rumput jerami kering dijadikan 1 ikat, dan lalu
memukulkannya dengan itu 1 kali pada bagian tubuh istrinya yang ia sukai. Maka seperti
jika ia telah memukul istrinya 100 kali dan membuat istrinya semakin cinta
padanya, serta terlepas pula dari sumpahnya.
Wallahu A’lam!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Salam!