Rabu, Juni 24, 2020

PENYAKIT BAWAAN SETAN dan CARA MENGOBATINYA (KISAH-KISAH ALQURAN):

Inspirasi dari Kisah Nabi Ayyub AS
By: Med Hatta

Nama nabi Ayub as disebutkan sebanyak 4 (emapt) kali di dalam Alquran, yaitu (QS. An-Nisa: 163; QS. Al-An'am: 34; QS. Al-Anbiya: 83; dan QS. Shaad: 41). Dan kisahnya yang terperinci terdapat pada dua surah yang disebutkan terakhir, yaitu Allah berfirman:

وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَىٰ رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ (83) فَاسْتَجَبْنَا لَهُ فَكَشَفْنَا مَا بِهِ مِن ضُرٍّ ۖ وَآتَيْنَاهُ أَهْلَهُ وَمِثْلَهُم مَّعَهُمْ رَحْمَةً مِّنْ عِندِنَا وَذِكْرَىٰ لِلْعَابِدِينَ
Terjemah Arti: "dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia berseru padaTuhannya, "(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang”. Maka Kami pun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah" (QS. Al-Anbiya: 83-84); 
وَاذْكُرْ عَبْدَنَا أَيُّوبَ إِذْ نَادَىٰ رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الشَّيْطَانُ بِنُصْبٍ وَعَذَابٍ (41) ارْكُضْ بِرِجْلِكَ ۖ هَٰذَا مُغْتَسَلٌ بَارِدٌ وَشَرَابٌ (42وَوَهَبْنَا لَهُ أَهْلَهُ وَمِثْلَهُم مَّعَهُمْ رَحْمَةً مِّنَّا وَذِكْرَىٰ لِأُولِي الْأَلْبَابِ (43) وَخُذْ بِيَدِكَ ضِغْثًا فَاضْرِب بِّهِ وَلَا تَحْنَثْ ۗ إِنَّا وَجَدْنَاهُ صَابِرًا ۚ نِّعْمَ الْعَبْدُ ۖ إِنَّهُ أَوَّابٌ
Terjemah Arti: "Dan ingatlah akan hamba Kami Ayyub ketika dia menyeru Tuhannya, "Sesungguhnya aku diganggu setan dengan penderitaan dan bencana; (Allah berfirman) Hentakannlah kakimu, inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum; Dan Kami anugerahi dia ( dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan Kami lipat gandakan jumah mereka, sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang berpikiran sehat; Dan ambilah seikat (rumput) dengan tanganmu, lalu pukullah dengan itu dan janganlah engkau melanggar sumpah. Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik - baik hamba. Sungguh,  dia sangat taat (kepada Allah)" (QS. Shaad: 41-44).
Sepintas lalu, jika pembaca mengamati konteks dua seruan nabi Ayyub as pada dua surah di atas, nampak kedua nadanya berbeda sehingga mengesankan bahwa nabi Ayyub as telah bermohon pada Tuhannya lebih dari sekali dalam nada yang berbeda-beda. Namun, seruannya yang dikabulkan oleh Tuhannya adalah yang menyebutkan sifat kasih sayang Allah: "(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang".

Karena setelah nabi Ayyub as memanjatkan seruan tersebut maka Allah menjawabnya - langsung - dengan firman-Nya: "Maka Kami pun memperkenankan seruannya itu". Bahkan Allah memujinya sebagai bagian dari dari hamba yang taat: "yang menyembah Allah". Oleh karena itu, dianjurkan setiap bermohon kepada Allah SWT hendaklah menyampaikan permohonan dengan tulus dan menyertakan sanjungan pada-Nya seperti seruan nabi Ayyub as: "Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang".

Jenis Penyakit Yang Menimpa Nabi Ayyuv AS
Pada kisah dari dua surah yang berbeda di atas bercerita tentang dua hal yang berbeda, di dalam surah Al-Anbiya bertajub pujian Allah terhadap para nabi termasuk nabi Ayyub as, sedangkan pada surah Shad menyajikan tema tentang cobaan. Maka - khusus - kisah nabi Ayyub as diberikan padanya kedua hal itu, yaitu diberikan cobaan oleh Allah SWT dan lalu dipujinya.

Cobaan yang ditimpakan pada nabi Ayyub as dapat disimak dari kedua seruannya yang diabadikan di dalam Alquran; pertama, ia mendirita sebuah penyakit tertentu (tidak disebutkan jenis penyakitnya), dan yang kedua, ia mengeluhkan telah diganggu oleh setan dengan menimpakan atas dirinya penderitaan dan bencana. Namun tidak dijelaskan bentuk gangguan yang ditimpakannya oleh setan itu yang membuatnya menderita dan tersiksa.
Oleh sebab itu, untuk mengidentifikasi gangguan yang umum menimpa manusia khususnya yang diakibatkan oleh setan, maka penulis harus menelusuri ayat-ayat Alquran yang bercerita tentang gangguan-gangguan (penyakit) bawan setan, denga kata kunci (مَسَّ) seperti keluahan Ayyub (أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ), seperti firman Allah:
وَإِذَا مَسَّ الْإِنسَانَ الضُّرُّ دَعَانَا لِجَنبِهِ أَوْ قَاعِدًا أَوْ قَائِمًا فَلَمَّا كَشَفْنَا عَنْهُ ضُرَّهُ مَرَّ كَأَن لَّمْ يَدْعُنَا إِلَىٰ ضُرٍّ مَّسَّهُ ۚ كَذَٰلِكَ زُيِّنَ لِلْمُسْرِفِينَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ   يونس أية 12
Terjemah Arti: "Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan" (QS. Yunus: 12);
فَلَمَّا دَخَلُوا عَلَيْهِ قَالُوا يَا أَيُّهَا الْعَزِيزُ مَسَّنَا وَأَهْلَنَا الضُّرُّ وَجِئْنَا بِبِضَاعَةٍ مُّزْجَاةٍ فَأَوْفِ لَنَا الْكَيْلَ وَتَصَدَّقْ عَلَيْنَا ۖ إِنَّ اللَّهَ يَجْزِي الْمُتَصَدِّقِينَ    يوسف أية 88
Terjemah Arti: "Maka ketika mereka masuk ke (tempat) Yusuf, mereka berkata: "Hai Al Aziz, kami dan keluarga kami telah ditimpa kesengsaraan dan kami datang membawa barang-barang yang tak berharga, maka sempurnakanlah sukatan untuk kami, dan bersedekahlah kepada kami, sesungguhnya Allah memberi balasan kepada orang-orang yang bersedekah" (QS. Yusuf: 88);
وَمَا بِكُم مِّن نِّعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ ۖ ثُمَّ إِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فَإِلَيْهِ تَجْأَرُونَ (53) ثُمَّ إِذَا كَشَفَ الضُّرَّ عَنكُمْ إِذَا فَرِيقٌ مِّنكُم بِرَبِّهِمْ يُشْرِكُونَ .سورة النحل أية 53
 Terjemah Arti: "Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan" (QS. An-Nahl: 53);
وَإِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فِي الْبَحْرِ ضَلَّ مَن تَدْعُونَ إِلَّا إِيَّاهُ ۖ فَلَمَّا نَجَّاكُمْ إِلَى الْبَرِّ أَعْرَضْتُمْ ۚ وَكَانَ الْإِنسَانُ كَفُورًا   سورة الإسراء أية 67
Terjemah Arti: "Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kamu seru kecuali Dia, Maka tatkala Dia menyelamatkan kamu ke daratan, kamu berpaling. Dan manusia itu adalah selalu tidak berterima kasih" (QS. Al-Isra: 67).
Dari ayat-ayat Alquran di atas nampak bahwa bentuk-bentuk penimpaan dalam berbagai konteks ayat semuanya dijelaskan jenis-jeniasnya. Dan bentuk-bentuk penimpaan tersebut datang dalam berbagai ragam jenisnya; ada kelompok manusia tertimpa mara bahaya, kecelakaan dan bencana alam seperti pada ayat ke-12 surah Yunus; keluarga nabi Yusuf (sendiri) terimpa keadaan fakir dan kelaparan sebagaimana di dalam ayat ke-88 surah Yusuf; ada kalanya (pula) manusia ditimpakan dengan kenikmatan dan kesejahteraan pada fisik, jasmani dan rezkinya seperti pada ayat ke-53 surah An-Nahl. Dan pada kesempatan lain manusia juga bisa tertimpa oleh kondisi yang buruk seperti diliputi perasaan ketakutan, panik, dan serangan jantung sebagaimana pada ayat ke-67 surah Al-Isra.

Adapun nabi Ayyub as telah ditimpakan padanya salah satu bentuk dari jenis-jenis penimpaan (gangguan) di atas, dan penulis mengira bahwa - besar kemungkinan - jenis gangguan yang menimpanya adalah kelumpuhan pada salah satu kakinya yang membuatnya tidak berdaya. Dan nabi Ayyub mengadukan itu disebabkan oleh gangguan setan.

Terapi dan Pengobatan Penyembuhan
Untuk lebih memastikan jenis gangguan yang menimpa diri nabi Ayyub tersebut, maka harus melihat – terlebih dahulu – terapi untuk menyembuhkan penyakit itu. Di dalam ayat Allah memerintahkan pada hamba-Nya Ayyub untuk berjalan dengan sebelah kakinya. Apa maksud dari berjalan dengan satu kaki? Allah memerintahkannya untuk berjalan dengan satu kaki menunjukkan bahwa penyakit yang menimpa nabi Ayyub adalah gangguan pada salah satu kakinya. Ia pincang berat sehingga tidak bisa bergerak secara sempurna, tapi masih bisa berjinjit dengan satu kaki. Jadi terapinya adalah harus menggerakan kaki sebelah yang tidak lumpuh, setidaknya berjinjit-jinjit pergi menemukan obat sendiri (tanpa menunggu bantuan orang lain).

Obat penyembuhannya adalah jenis air (tertentu) yang sudah familiar oleh masyarakat dan nabi Ayyub sendiri, karena ayat menyebutkan “ini-lah air”, yaitu jenis air tertentu. Mungkin yang dimaksud adalah Air Zam-Zam (masih perlu pendalaman khusus), tetapi yang penulis ketahui bahwa nabi Ayyub adalah masih keturunan –langsung – dari nabi Ibrahim as, dan Air Zam-Zam sudah populer sebagai obat terapi mujarab atas berbagai penyakit dari semenjak masa nabi Ibrahim as. Nabi Ayyub diperintahkan untuk mencuci kakinya yang sakit dengan Air Zam-Zam dan meminum dari sebagian air tersebut setelah didinginkan terlebih dahulu.


Terapi Penyakit Gangguan Jiwa (Psikologis)
Selain ditimpakan gangguan kelumpuhan kaki sebelah, nabi Ayyub as juga menderita gangguan psikologis akut yang sudah berlangsung dalam waktu yang cukup lama, dan tentu hal ini juga membutuhkan terapi khusus untuk memulihkannya. Maka terapi yang paling pantas untuk mengobati jenis gangguan kejiwaan tersebut adalah mendatangkan seluruh keluarga terdekatnya di sisinya, atau yang dkienal medis sekarang sebagai “Strategic Family Theraphy”. Yaitu pendekatan konseling yang dimana dilakukan dengan taktik-taktik atau strategi yang sudah dirancang dan dilaksanakan sesuai prosedur serta secara hati-hati. Selain itu pendekatan konseling keluarga ini langsung menangani masalah-masalah yang ada dikeluarga.

Kesimpulan ini diambil berdasarkan ayat ke-43 surah Shad (ayat kajian) “Dan Kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan Kami lipat gandakan jumah mereka, sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang berpikiran sehat”.  Dan – dengan nada lain – pada konteks ayat ke-84 surah Al-Anbiya “dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah”.

Terapi Penyakit Gangguan Jiwa (Psikologis)
Selain ditimpakan gangguan kelumpuhan kaki sebelah, nabi Ayyub as juga menderita gangguan psikologis akut yang sudah berlangsung dalam waktu yang cukup lama, dan tentu hal ini juga membutuhkan terapi khusus untuk memulihkannya. Maka terapi yang paling pantas untuk mengobati jenis gangguan kejiwaan tersebut adalah mendatangkan seluruh keluarga terdekatnya di sisinya, atau yang dkienal medis sekarang sebagai “Strategic Family Theraphy”. Yaitu pendekatan konseling yang dimana dilakukan dengan taktik-taktik atau strategi yang sudah dirancang dan dilaksanakan sesuai prosedur serta secara hati-hati. Selain itu pendekatan konseling keluarga ini langsung menangani masalah-masalah yang ada dikeluarga.

Kesimpulan ini diambil berdasarkan ayat ke-43 surah Shad (ayat kajian) “Dan Kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan Kami lipat gandakan jumah mereka, sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang berpikiran sehat”.  Dan – dengan nada lain  – pada konteks ayat ke-84 surah Al-Anbiya “dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah”.

Kunci Maqbul Do’a Nabi Ayyub AS.
Dari kedua ayat kajian di atas menegaskan bahwa Allah SWT telah memberikan pada nabi Ayyub lebih dari apa yang ia minta, hal ini terlihat dari kalimat konteks ayat kedua “kembalikan” menggantikan kalimat “anugerahi” dari konteks ayat pertama. Karena disamping Allah mengembalikan seluruh keluarganya yang sudah pernah dimiliki sebelumnya (sesuai harapannya), dan Allah (juga) menganugerahinya dengan tambahan jumlah anggota keluarga baru (yang tidak disangka-sangka).

Jika berbicara tentang penganugerahan terhadap para nabi-nabi Allah di dalam Alquran, maka konotasinya tidak jauh-jauh dari keluarga (terutama istri) dan anak-anak keturunan. Seperti contoh pada beberapa ayat berikut, Allah berfirman:
وَوَهَبْنَا لَهُ إِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ ۚ كُلًّا هَدَيْنَا ۚ وَنُوحًا هَدَيْنَا مِن قَبْلُ ۖ وَمِن ذُرِّيَّتِهِ دَاوُودَ وَسُلَيْمَانَ وَأَيُّوبَ وَيُوسُفَ وَمُوسَىٰ وَهَارُونَ ۚ وَكَذَٰلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ
Terjemah Arti: “Dan Kami telah menganugerahkan Ishak dan Yakub kepadanya. Kepada masing-masing telah Kami beri petunjuk; dan sebelum itu Kami telah memberi petunjuk kepada Nuh, dan kepada sebagian dari keturunannya (Ibrahim) yaitu Dawud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa, dan Harun. Dan demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik” (QS. Al-An’am: 84);
فَلَمَّا اعْتَزَلَهُمْ وَمَا يَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللَّهِ وَهَبْنَا لَهُ إِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ ۖ وَكُلًّا جَعَلْنَا نَبِيًّا 
Terjemah Arti: “Maka ketika dia (Ibrahim) sudah menjauhkan diri dari mereka dan dari apa yang mereka sembah selain Allah, Kami anugerahkan kepadanya Ishak dan Yakub. Dan masing-masing Kami angkat menjadi nabi” (QS. Maryam: 49);
وَوَهَبْنَا لَهُ مِن رَّحْمَتِنَا أَخَاهُ هَارُونَ نَبِيًّا
Terjemah Arti: “Dan Kami telah menganugerahkan sebagian rahmat dan karunia Kami padanya dengan menjadikan saudaranya, Harun -'alaihissalām- sebagai Nabi; karena mengabulkan doanya ketika memohon hal tersebut” (QS. Maryam: 53);
فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَوَهَبْنَا لَهُ يَحْيَىٰ وَأَصْلَحْنَا لَهُ زَوْجَهُ ۚ إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا ۖ وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ
Terjemah Arti: “Maka Kami kabulkan (doa)nya, dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya, dan Kami jadikan istrinya (dapat mengandung). Sungguh, mereka selalu bersegera dalam (mengerjakan) kebaikan, dan mereka berdoa kepada Kami dengan penuh harap dan cemas. Dan mereka orang-orang yang khusyuk kepada Kami” (QS. Al-Anbiya: 90);
وَوَهَبْنَا لِدَاوُودَ سُلَيْمَانَ نِعْمَ الْعَبْدُ إِنَّهُ أَوَّابٌ
Terjemah Arti: “Dan kepada Dawud Kami anugerahkan (anak bernama) Sulaiman; dia adalah sebaik-baik hamba. Sungguh, dia sangat taat (kepada Allah)” (QS. Shad: 30).
Ayat-ayat Alquran yang baru saja dibaca di atas semua bertema tentang anugera/karunia Allah pada nabi-nabi Nya, dan umumnya dilatar belakangi oleh ketiadaan kepemilikan terhadap sesuatu yang dianugerahkan itu sebelumnya, dan atau ketidak berdayaannya untuk memiliki anugerah tersebut; Seperti kasus nabi Ibrahim as yang dianugerahi oleh Allah keturunan setelah sebelumnya sudah tidak mampu untuk memilikinya karena usianya sudah uzur dan kemandulan istrinya; begitu juga nabi Zakaria dianugerahi kepadanya putranya Yahya as setelah seluruh rambutnya memutih dan uzur istrinya mandul; Dan nabi Musa as dianugerahkan Allah padanya saudaranya Harun sebagai pendampingnya setelah sebelumnya kesulitan menjalankan dakwahnya seorang diri.

Kemudian, yang paling menarik perhatian dari kontek-konteks ayat di atas adalah Allah memberikan anugerah yang bernilai tersebut kepada nabi-nabi Nya setelah mereka khusu’ memanjatkan do’a kepada Allah SWT. Dan jika kita memperhatikan secara seksama bahwa para nabi-nabi Allah selalu berdo’a memohon sesuatu yang diharapkannya setelah sampai pada titik ketidak berdayaannya – secara natural – untuk meraih apa yang diinginkannya.

Maka pada kisah nabi Ayyub as, yang kita kaji sekarang, diketahui bahwa yang paling dibutuhkan oleh nabi Ayyub pada saat-saat kritis dalam melawan penyakit yang dideritanya adalah istrinya yang tercinta. Tetapi istri melakukan suatu pelanggaran yang membuat nabi Ayyub murka dan bersumpah untuk memukulnya karena pelanggaran itu. Tidak disebutkan jenis pelanggarang yang dilakukan istri Ayyub, tetapi kemungkinan yang paling ril adalah meninggalkan dirinya ketika penyakitnya semakin parah sehingga membuatnya putus harapan.

Lalu datang anugerah besar dari Allah pada waktu yang tak terduga, dan bukan saja hanya istrinya yang dikembalikan tapi seluruh anak-anak dan keluarga yang lain berkumpul kembali bersamanya di dalam rumah tangga. Dan tentu saja anugerah berkumpulnya keluarga secara utuh di dalam rumah dalam kondisi sakit parah akan sangat membantu untuk memulihkan penderitaan secara psikologi terutama, dan secara tidak langsung menjadi terapi khusu untuk mengobati penyakit fisik. Karena keberadaan istri tercinta dan seluruh keluarganya tersebut dapat membuat hati Ayyub senang, bahagia, dan menghibur serta membangkitkan semangatnya untuk segera sembuh total.

Pukulan Mesra Kepada Istri Tercinta
Allah berfirman:
وَخُذْ بِيَدِكَ ضِغْثًا فَاضْرِب بِّهِ وَلَا تَحْنَثْ ۗ
Terjemah Arti: “Dan ambilah seikat (rumput) dengan tanganmu, lalu pukullah dengan itu dan janganlah engkau melanggar sumpah” (QS. Shaad:  44).
Menurut legenda yang sering ditemukan pada literature-literatur kuno bahwa ketika nabi Ayyub as merasa kecewa ditinggalkan pergi oleh istri tercinta pada saat-saat kritis penyakitnya bersumpah jika ia sembuh akan memukul istrinya sebanyak 100 kali pukulan. Tapi setelah benar-benar sembuh ia merasa iba dan tidak  tega lagi memukul sang istri tercinta karena kehadirannya merupakan anugerah terbesar baginya dan membantunya sembuh dari penyakitnya.

Namun karena sumpah seorang nabi seperti dirinya wajib dilaksanakan, maka Allah memberinya keringanan dengan memerintahkan Ayyub mengambil 100 biji rumput jerami kering dijadikan 1 ikat, dan lalu memukulkannya dengan itu 1 kali pada bagian tubuh istrinya yang ia sukai. Maka seperti jika ia telah memukul istrinya 100 kali dan membuat istrinya semakin cinta padanya, serta terlepas pula dari sumpahnya.
Wallahu A’lam!




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Salam!