WALI ALLAH MENUJU KE BAITULLAH
By: MyBuku Kuning
ADALAH Malik bin Dinar, tokoh alim ulama, sufi, zuhud periode Tabi'in, lahir pada masa Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthalib Al Hasyimi menjadi wali di Bashrah - Irak (36 - 39 H), pada periode Kekhalifahan Sidina Ali bin Abu Thalib ra., dan pernah belajar di majelis Imam Anas bin Malik di Bashrah. Malik bin Dinar masa mudanya dikenal lama bertualang dengan berbagai corak kehidupan gelap dan bertaubat dan memilih kehidupan Zuhud. Sisa hidupnya merantau ke India untuk menyebarkan Islam, hingga wafat tahun 127 H. (Lihat: Imam Addzahabi).
Suatu ketika Malik bin Dinar bercerita bahwa pada suatu tahun dalam musim haji dia bersama rombongan besar melakukan perjalanan menuju ke Baitullah untuk menunaikan ibadah haji ...
Ditengah perjalanan Malik bin Dinar menjumpai seorang "hamba Allah" berjalan kaki seorang diri tanpa membawa bekal apa-apa laiknya seorang musafir. Maka Malik bin Dinar menyapanya dengan salam dan dijawabnya salam tersebut sebagai pembuka dari sebuah dialog indah di antara dua wali Allah yang agung :
*Malik bin Dinar (MD): Maaf, dari manakah asal anda?
*Hamba Alla (HA): Aku dari sisi - Nya
*DM: Hendak pergi ke mana?
*HA: mau pergi ke rumah - Nya
*DM: mana perbekalan anda?
*HA: ada pada - Nya
*DM: Hmm,,, ketahuilah, sesungguhnya perjalanan menuju ke Baitullah masih sangat jauh dan tidak mungkin menempuhnya tanpa ada bekel (makanan dan minuman) yang memadai dan harus dengan tumpangan (kendaraan), apakah anda membawa sesuatu seperti itu?
*HA: Iya, aku telah mempersiapkannya ketika berangkat dari negeriku dengan bekal 5 huruf...
*DM: Apakah bekal 5 huruf itu?
*HA: Allah berfirman: (كهيعص)...
DM: Boleh tau apa maksudnya?
Lalu, Hamba Allah menjelaskan: (ك: الكافي), artinya: Yang Maha Pemberi Kecukupan; (ها: الهادي), artinya: Yang Maha Pemberi Petunjuk; (ي: الموءوي), artinya Yang Maha Pemberi Perlindungan; (ع: العالم), artinya Yang Maha Mengetahui; dan (ص: الصادق), artinya Yang Selalu Benar.
Jadi (lanjut Hamba Allah) barang siapa yang menempuh sebuah perjalanan dengan ditemani oleh: Yang Maha Pemberi Kecukupan, Pemberi Petunjuk, Pemberi Perlindungan, Yang Maha Mengetahui dan Maha Yang Benar, niscaya ia tidak akan merasa khatir dan tersia-siakan, meskipun tidak membawa bekal dan kendaraan.
Mendengar penjelasan yang sangat dahsyat itu, sahabat Malik bin Dinar langsung takjub, dan langsung membuka bajunya dan dipakaikan pada Hamba Allah tersebut...
Namun, lagi-lagi Malik bin Dinar dibuat terkejut karena Hamba Allah itu menolak diberikan baju dan mengatakan: 'Ya, syekh! Bagiku lebih baik telanjang dari pada memakai baju dari mu, di dunia ini yang halal akan di hisab dan yang haram akan di azab..."
Pada saat tengah malam di dalam perjalanan itu dan di tengah padang pasir nan luas, sahabat Malik bin Dinar memergoki Hamba Allah tersebut mengangkat kedua tangannya menengadahkan mukanya ke langit seraya bermunajat:
"يا من لا تنفعه الطاعات ولا تضره المعاصي هب لي ما لا ينفعك واغفرلي ما لا يضرك"
Artinya: "Duhai, Yang tidak bermanfaat bagi-Nya segala ketaatan, dan Yang tidak tercederai oleh dosa-dosa, anugerahilah padaku yang tidak bermanfaat bagi-Mu dan maafkanlah daku dari yang tidak mencederai-Mu"
Kata Malik bin Dinar (menyambung cerita), dari semenjak itu kami tidak berpisah lagi dan melanjutkan perjalanan bersamanya hingga sampai ke Baitullah melakukan tawaf sama-sama. Dan setelah itu kami baru berpisah dan lama tidak bertemu hingga tiba hari puncak pelaksanaan ibadah haji tahun itu. Aku menemuinya di samping tempat pelontaran jama'ah haji di Mina, ia duduk khusu' menangis tersedu-sedu sambil mengucapkan bait-bait pujian yang panjang kepada sang kekasih... Dan, yang terakhir saya tangkap dari nadanya yaitu lafadz do'a yang diucapkannya, berbunyi:
اللهم إن الناس ذبحوا وتقوبوا إليك بضحاياهم وهداياهم وأنا ليس لي سوى نفسي أتقرب بها إليك فتقبلها مني
Artinya: Ya, Allah! Sesungguhnya orang-orang telah menyembelih (hewan) dan mereka mendekatkan diri kepada Mu dengan kurban dan persembahan-persembahannya, sedangkan aku tidak mempunyai apa-apa selain jiwa ini aku mendekatkan diri dengannya kepada Mu maka terimalah jiwa ini dari ku.
Lalu memalingkan mukanya ke langit dan menangis.... Kemudian, tiba-tiba kepalanya merunduk ke tanah lemas dan dia telah menghembuskan nafasnya yang terakhir dengan Husnul khatimah. Maka sahabat Malik bin Dinar mengurus jenazahnya dan memakamkannya dengan baik. Rahimahullah....
Malam harinya, jelang tidur (sambung Malik bin Dinar),,, aku sibuk memikirkan hal - ihwal almarhum Hamba Allah tersebut hingga tertidur dan mimpi bertemu dengannya. Aku tanya padanya: Bagaimana Allah memperlakukanmu...?
Kata hamba Allah (dalam mimpi): Allah memperlakukan layaknya seperti para syuhada perang Badar, dan bahkan Allah masih lebih mengistimewakanku dari mereka. Kata Malik: lho, kok bisa? Jawab Hamba Allah: Karena mereka para syuhada Badar itu terbunuh oleh pedang orang-orang kafir, sedangkan aku terbunuh oleh cinta Yang Maha Perkasa...!!!
#KitabRaudhurrayyahin By: #Imam_Syafi'i.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Salam!