Larangan Berperasangka Buruk :
By: Med Hatta
SOCRATES (469 SM - 399 SM) adalah filsuf dari Yunani yang merupakan salah satu figur paling penting dalam tradisi filosofis Barat. Socrates lahir di Athena, dan merupakan generasi pertama dari tiga ahli filsafat besar dari Yunani selain Plato dan Aristoteles. Socrates adalah guru Plato, kemudian Plato pada gilirannya mengajar Aristoteles. Semasa hidupnya, Socrates tidak pernah meninggalkan karya tulisan, sehingga sumber utama mengenai pemikiran Socrates berasal dari tulisan muridnya, Plato.
Tujuan filosofi Socrates ialah mencari kebenaran yang berlaku untuk selama-lamanya. Ia meyakini bahwa dalam mencari kebenaran itu tidak memikir sendiri, melainkan setiap kali berdua dengan orang lain, dengan jalan tanya jawab. Orang yang kedua itu tidak dipandangnya sebagai lawannya, melainkan sebagai kawan yang diajak bersama-sama mencari kebenaran.
Kebenaran harus lahir dari jiwa kawan bercakap itu sendiri. Ia tidak mengajarkan, melainkan menolong mengeluarkan apa yang tersimpan di dalam jiwa orang. Sebab itu metodenya disebut maieutik.
Socrates mencari kebenaran yang tetap dengan tanya-jawab sana dan sini, yang kemudian dibulatkan dengan pengertian, maka jalan yang ditempuhnya ialah metode induksi dan definisi. Kedua-duanya itu bersangkut-paut. Induksi yang menjadi metode Socrates ialah memperbandingkan secara kritis. Ia tidak berusaha mencapai dengan contoh dan persamaan, dan diuji pula dengan saksi dan lawan saksi.
Salah satu contoh kesimpulan dari metode induksi atau logika induktif Socrates yang mencengangkan pakar Islam, yaitu tentang kasus "prasangka", karena persis sama dengan pesan Alquran yang melarang prasangka buruk :
Alkisah! Suatu hari datang seseorang kepada Socrates untuk melaporkan sebuah kasus asusila yang merebak di tengah-tengah masyarakat. Maka Socrates mengajaknya berdialog :
* PELAPOR: Wahai guru Socrates, perempuan itu (menunjuk pada seorang perempuan yang dituduh) adalah perempuan pezina (buruk).
** SOCRATES: Apakah kamu mengenalnya ?!
* PELAPOR: Tidak.
** SOCRATES: Apa yang membuatmu yakin kalau dia perempuan buruk ?!
* Pelapor: Karena pakaiannya yang sangat seksi.
** SOCRATES: Bagaimanakah menilai sesuatu itu baik, apakah yang zalim atau yang benar ?!
* PELAPOR: Tentu saja yang benar.
** SOCRATES: Apakah menuduh dengan prasangka merupakan cara yang zalim atau benar ?!
* PELAPOR: itu cara yang zalim
** SOCRATES: Apakah kamu menuduh perempuan itu sebagai pezina (buruk) dengan dalil prasangka atau keyakinan ?!
* PELAPOR: Ya, hanya prasangka wahai guru Socrates
** SOCRATES: Siapakah yang paling mendekati keburukan, di antara orang yang menuduh dengan prasangka dan melihat secara lahiriyah atau yang berdiam saja ?!
* PELAPOR: yang menuduh dengan prasanka dan melihat secara lahiriyah
** SOCRATES: Lalu, siapakah yang buruk sekarang, kamu atau perempuan itu.
Demikianlah Socrates menyimpulkan melalui metode induksinya bahwa menuduh seseorang dengan berprasangka buruk dan pandangan lahiriyah saja adalah perbuatan buruk. Sesuai dengan firman Allah :
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًاۗ اَيُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ
Terjemah Arti: "Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang" (QS. Al-Hujurat: 12).
#TAMAT: Trim's semua Komentar Like dan Share !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Salam!