Jumat, April 02, 2021

ABU NAWAS PENYAIR BESAR SASTRA ARAB KLASIK :

Abu Nawas Penyair "Gila"

By: My Buku Kuning


ADALAH Abu Nawas yang dikenal selama ini sebagai sosok yang kocak, kontroversi dan "tau Lise'na Arab E, bahkan ada yang menganggapnya tokoh fiktif dalam kisah Seribu Satu Malam. Sesungguhnya dia adalah salah seorang ulama bijaksana dan sekaligus pujangga terbesar sastra Arab klasik. Nama fiqhinya dikenal sebagai Abu-Ali Al-Hasan bin Hani Al-Hakami, alias Abu Nuwas atau kita baca Abu Nawas (756-814 M). Dia dilahirkan di kota Ahvaz di negeri Persia, dengan darah Arab dan Persia mengalir di tubuhnya.

Dalam riwayat Abu Nawas sering disebut sebagai tokoh penyair terbesar sastra Arab klasik, dan terkadang (juga) digambarkan sosok yang bijaksana sekaligus kocak. Abu Nawas juga muncul beberapa kali dalam kisah Seribu Satu Malam; dalam salah satu cerita ia pernah berpura pura gila karena tidak ingin menjadi kadi - setelah mendengar wasiat ayahnya - dengan cara menaiki batang pisang seperti kuda-kudaan, ia juga sering ditantang oleh raja Harun Ar-Rasyid maupun oleh teman-temanya dengan hal-hal yang aneh, berisiko dan bahkan tidak mungkin terjadi seperti memindahkan istana raja ke puncak gunung, mengirimkan cangkokan 'kentutnya' melalui sebuah botol ke raja dan lain lain. 

Saya tertarik mengangkat kisah Abu Nawas di MyBukuKuning kita hari ini karena secara kebetulan menemukan beberapa bait syairnya yang unik yang membuatnya sebagai tokoh kontroversi di masanya, dia dipanggil sebagai orang gila, pemabuk, munafik dan bahkan Imam Syafi'i ra menuduhnya murtad dan kafir. Bunyi syairnya dalam bahasa Arab : 

دع المساجد للعباد يسكنها 

وطف بنا حول الخمار ليسقينا 

ما قال ريك ويل للذين سكروا 

ولكنه قال ويل للمصلينا...

Da'il masaajida lil-ubbaadi yaskunuha...

Wathif binaa Haulal khammari li-yusqiina...

Maa qaala rabbuka wailun lil-ladziina sakaruu...

Walakinnahu qaala wailun lil-mushaliinaa..


Makna
(Biarkanlah masjid-masjid menjadi tempat tinggal para pemuja; mari kita kongko-kongko di meja bir berpesta minum; Tuhan-mu tidak mengatakan "celakalah bagi orang-orang mabuk"; tetapi, Tuhan berfirman "celakalah bagi orang-orang yang sembahyang" di antara kita...) 

Mendengar bait ini, Khalifah Abbasiyah raja Harun Ar-Rasyid sontak murka besar dan segera memerintahkan penangkapan Abu Nawas. Maka sambil menghunuskan pedangnya ingin menebas batang leher Abu Nawas, raja Harun Ar-Rasyid bertanya pada Abu Nawas: Hai, Abu Nawas! apakah benar kamu yang mengatakan syair 'kotor' yang disebut-sebut orang itu...?! Dan, bukanlah Abu Nawas kalau tidak memiliki jawaban pamungkas, dan - dengan sangat tenang - menjawab: Tidak-kah yang mulia raja mengetahui firman Allah (membaca Ayat AlQuran) : 

وَأَنَّهُمْ يَقُولُونَ مَا لا يَفْعَلُونَ

Terjemah Arti: "dan bahwa mereka (penyair) mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mengerjakan(nya)" (QS. As-Syu'ara: 226).

Mendengar jawaban itu raja Harun Ar-Rasyid menarik kembali pedangnya dan memaafkan Abu Nawas. Namun, yang tak kalah dramatis adalah respon keras dari Imam besar umat Islam, Imam Syafi'i ra yang mengecam bait syair Abu Nawas itu, dan menuduhnya sebagai kafir. Imam Syafi'i ra bahkan bersumpah "Tidak akan shalat di depan jenazah Abu Nawas bila tewas". Kemudian beberapa tahun kemudian Abu Nawas meninggal dunia dan seperti sumpahnya Imam Syafi'i melarang umat Islam men-shalati jenazahnya karena dianggap kafir. 

Namun, ketika orang-orang mengangkat jenazah Abu Nawas tiba-tiba seorang keluarganya menemukan secarik kertas yang berisikan beberapa bait syair di bawah bantalnya, maka kertas itu - langsung - dibawa ke Imam Syafi'i dan membacanya sambil meneteskan air mata. Setelah itu sang imam besar mencabut sumpahnya dan memeritahkan murid-muridnya melayat dan men-shalati jenazah Abu Nawas...

Apakah gerangan bunyi bait syair Abu Nawas yang membuat luluh hati seorang Imam besar sekaliber Imam Syafi'i ra itu...?! Abu Nawas di akhir hayatnya menulis syair (baru)nya yang terkenal berbunyi : 

يا رب إن عظُمت ذُنُوبي كَثرةً 

         فقد علمتُ بأن عفوك أعظم" 

إن كان لا يرجوك إلا مُحسِنٌ .. 

       فبمن يلوذُ ويستَجِيرُ المُجرِمُ"

أدعوك ربي كما أمرت تَضرُعاً

      فإذا رَدَدتُّ يدي فمن ذَا يَرحمُ"

مالي إليك وسيلةٌ إلا الرَجَا 

       وجَميلُ عَطفِكَ ثم إني مُسلِمُ"

Yaa, Rabbi ! In 'adzumat dzunuubii katsratu,,,

Fa-qade 'alimtu bi anna 'afwa-Ka a'dzamu;

In kaana laa yarjuu-Ka Illa muhsinu,,, 

Fa-biman yaluudzu wa-yastajiirul mujerimu; 

Ade'uu-Ka rabbii kamaa amar-Ta tadharru'aa,,,

Fa-idzaa radade-Ta yadii fa-man dzaa yarhamu;

Maa lii ilai-Ka wasiilatun illaar rajaa,,, 

Wa-jamiilu 'athfi-Ka tsumma innii muslimu.

Makna

"Duhai, Tuhan-ku ! jika pun dosa-dosaku terlampau besar,,,

Tetapi aku tahu bahwa ampunan-Mu jauh lebih besar!

Jika hanya orang baik yang bisa berharap belas kasih-Mu,,,,

Lalu kepada siapa pendosa bisa mengharap belas kasih-Mu!

Aku berdo'a kepada-Mu, Tuhan, dengan segala kerendahan hati sebagaimana Engkau Titahkan,,,

Jika Engkau Menepis tanganku, lalu siapa lagi yang akan mengasihiku!

Aku tidak punya cara lagi untuk sampai kepada-Mu kecuali harapan,,,

dan kasih sayang-Mu, kemudian aku pun pasrah..." 

T A M A T !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Salam!