Kera-Kera Percobaan
By: Med Hatta
Kemudian ahli etologi itu menarik keluar seekor kera dan menggantinya dengan kera yang baru, dan sebagai pendatang baru ia semangat langsung mau naik ke tangga mengambil pisang tapi - tentu - dicegat dan dupukuli oleh kera-kera senior karena mereka tahu akibatnya akan disiram air dingin. Setelah beberapa kali berusaha naik ke tangga dan selalu dipukuli oleh teman-temannya maka mengertilah kera baru itu bahwa ia tidak boleh naik ke tangga itu meskipun tidak tahu apa sebabnya...
Demikian seterusnya sehingga kelima kera yang pertama sudah tergantikan semua oleh kera-kera baru yang sama sekali tidak pernah merasakan disiram air dingin. Meskipun demikian mereka selalu sigap memukul siapapun di antara mereka yang berusaha mencoba naik ke tangga tanpa mengetahui sebab mengapa harus memukul temannya sendiri ?
Maka seperti itulah ilustrasi bagaimana merekayasa suatu pembodohan agama, politik, sosial dan budaya kepada korban (cuci otak)! Jika kita bertanya kepada kelompok kera-kera yang terakhir itu mengapa mereka memukul setiap anggotanya yang mencoba naik ke tangga? Pasti mereka akan menjawab: kami tidak tahu akan tetapi begitulah yang kami dapati dari pendahulu-pendahulu kami melakukan seperti itu! Dan, seperti itulah halnya masa "jahiliyah" bermula, maka Islam datang melarang "TAKLID BUTA", seperti kera-kera yang telah dicuci otaknya..?!
Namun, seiring perkembangan fisik dan mental menuju kedewasaan (baligh), seseorang sedikit demi sedikit akan mulai memahami perkataan dan tindakan apa saja yang ia lakukan. Pada titik ini ia dituntut untuk mempertimbangkan berbagai hal yang akan dilakukan. Ia akan mempertanggungjawabkan akibat dari semua perkataan maupun perbuatannya. Pada tahap ini hukum dan norma telah berlaku baginya...
Pada fase inilah setiap orang harus cermat dalam mengikuti dan mengamalkan tradisi. Karena para orang tua sebagai agen pembawa tradisi tidak mustahil keliru dalam tindakannya, baik akibat kelengahan, kebodohan, atau keteperdayaan oleh setan. Di dalam sebuah hadits Shahih nabi bersabda :
مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ
Artinya: "Tidak ada yang dilahirkan kecuali di atas fitrah, lalu kedua orang tuanya menjadikannya Yahudi, atau Nasrani, atau Majusi." (H.R. Bukhari dan Muslim).
Yang dimaksud dengan fitrah dalam hadits di atas adalah keadaan asal saat manusia diciptakan, yaitu bertauhid, sebagaimana firman Allah:
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ
Terjemah Arti: "Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus." (QS. Ar-Rum: 30).
Oleh karena itu Islam mengecam pelaku taklid buta seperti yang dilakukan oleh orang-orang musyrik yang berdalih kepada setiap nabi atau rasul yang diutus kepada mereka. Allah berfirman :
إِنَّا وَجَدْنَا آبَاءَنَا عَلَىٰ أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَىٰ آثَارِهِمْ مُقْتَدُونَ
Terjemah Arti: "Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka" (QS. Az-Zukhruf: 23).
قَالُوا بَلْ وَجَدْنَا آبَاءَنَا كَذَٰلِكَ يَفْعَلُونَ
Terjemah Arti: "Mereka menjawab, "Sebenarnya kami mendapati nenek moyang kami berbuat demikian" (QS. Asy-Syu'ara: 74).
Perilaku taklid buta dilarang di dalam Islam karena itu adalah sifat orang-orang musyrik, bodoh dan yang telah dicuci otaknya. Tetapi wajib bagi umat Islam adalah belajar dan bertanya kepada ahli apabila tidak mengetahui hakikat sesuatu, terutama yang berhubungan dengan agama. Allah berfirman :
فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
Terjemah Arti: "maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui" (QS. An-Nahl: 43).
Wallahul Musta'an wa Alaihit Tiklan !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Salam!