Selasa, Juni 10, 2008

GALAKSI BIMA SAKTI III | PLANET BUMI :

Bumi dan Sifat-Sifatnya
By: Med Hata


Allah berfirman : 

وَالْاَرْضِ وَمَا طَحٰىهَاۖ
Terjemah Arti: "demi bumi serta penghamparannya" (Al-Syams: 6)

وَالْاَرْضِ ذَاتِ الصَّدْعِۙ 
Terjemah Arti: "dan bumi yang mempunyai tumbuh-tumbuhan" (QS. At-Thariq: 12)


Bumi adalah planet ketiga dari delapan planet dalam Tata Surya. Diperkirakan usianya mencapai 4,6 milyar tahun. Jarak antara Bumi dengan matahari adalah 149.6 juta kilometer atau 1 AU (ing: astronomical unit). Bumi mempunyai lapisan udara (atmosfer) dan medan magnet yang disebut (magnetosfert) yang melindung permukaan Bumi dari angin matahari, sinar ultraungu, dan radiasi dari luar angkasa.

Lapisan udara ini menyelimuti bumi hingga ketinggian sekitar 700 kilometer. Lapisan udara ini dibagi menjadi Troposfer, Staratosfer, Mesosfer, Termosfer, dan Eksosfer.

Lapisan ozon, setinggi 50 kilometer, berada di lapisan Staratosfer dan Mesosfer dan melindungi bumi dari sinar ultraungu. Perbedaan suhu permukaan bumi adalah antara -70°C hingga 55°C bergantung pada iklim setempat. Sehari di dibagi menjadi 24 jam dan setahun di bumi sama dengan 365, 2425 hari. Bumi mempunyai Massa seberat 59.760 milyar ton, dengan luas permukaan 510 juta kilometer persegi. Berat jenis Bumi (sekitar 5.500 kilogram per meter kubik) digunakan sebagai unit perbandingan berat jenis planet yang lain, dengan berat jenis Bumi dipatok sebagai 1.

Bumi mempunyai diameter sepanjang 12.756 KM. Grafitasi Bumi diukur sebagai 10 N kg-1 dijadikan unit ukuran grafitasi planet lain, dengan grafitasi Bumi dipatok sebagai 1. Bumi mempunyai 1 satelit alami yaitu Bulan. 70,8% permukaan bumi diliputi air. Udara Bumi terdiri dari 78% nitrogen, 21% oksigen, dan 1% uap air, karbondioksida, dan gas lain.

Bumi diperkirakan tersusun atas inti dalam bumi yang terdiri dari besi nikel beku setebal 1.370 kilometer dengan suhu 4.500°C, diselimuti pula oleh inti luar yang bersifat cair setebal 2.100 kilometer, lalu diselimuti pula oleh mantel silika setebal 2.800 kilometer membentuk 83% isi bumi, dan akhirnya sekali diselimuti oleh kerak bumi setebal kurang lebih 85 kilometer.

Kerak bumi lebih tipis di dasar laut yaitu sekitar 5 kilometer. Kerak bumi terbagi kepada beberapa bagian dan bergerak melalui pergerakan tektonik lempeng (teori Continental Drift) yang menghasilkan gempa bumi.Titik tertinggi di permukaan bumi adalah Gunung Everest setinggi 8.848 meter, dan titik terdalam adalah Palung Mariana di Samuder Pasifik dengan kedalaman 10.924 meter. Danau terdalam adalah Danau Titicaca, dan laut terbesar adalah Laut Kaspia.

Demikian sekedar gabaran tentang bumi dari sumber Wikipedia berbahasa Indonesia dan beberapa sumber lain terpisah-pisah. Kaitannya dengan ayat ke-6 surah Asy-Syams yang kita kaji ini, Allah bersumpah: “Demi bumi dan penghamparannya». Dan “Demi bumi yang mempunyai retakan-retakan” pada ke-12 surah Ath-Thaariq:


1. Bumi Terhampar:
Allah SWT Bersumpah
وَالْاَرْضِ وَمَا طَحٰىهَاۖ

Terjemah Arti: "demi bumi serta penghamparannya" (Al-Syams: 6)

Sifat-sifat bumi: Ayat ke-6 dari surah Asy-Syams ini sangat agung karena Allah SWT Bersumpah demi fenomena bumi dan sifatnya, sebagaimana telah penulis telah berulang-ulang menjelaskan pada kajian-kajian sebelumnya bahwa apabila Allah Bersumpah atas nama makhluk-NYA pasti-lah yang disumpahkan tersebut memiliki keistimewaan khusus. Pada kajian baru lalu diatas telah dijelaskan tentang keistimewaan bumi, sekarang penulis akan mencoba mengkaji tentang sifat bumi : 

Untuk memahami ayat ”Demi bumi dan penghamparannya” pada kajian ini, penulis cenderung mengomentari sifat-sifat bumi yang lain tersebut diberbagai tempat di dalam Alquran, karena ayat-ayat Alquran saling menafsirkan satu sama lain - dikenal dengan Tafsir Alquran bil-Quran -.

Selain bumi bersifat terhampar sebagaimana pada ayat kajian, bumi juga disifati beberapa sifat dan keistimewaan-keistimewaan lain, seperti: Bumi itu datar, tersedia diatasnya jalan-jalan, memudahkan kehidupan dipermukaannya dan stabil, Firman Allah : “Bukankah Kami telah menjadikan bumi sebagai hamparan, dan gunung-gunung sebagai pasak” (Q.S: An-Naba’: 6-7). 

Dan sebagian dari bumi itu kering apabila disirami hujan maka hidup dan suburlah bumi itu serta tumbuh berbagai jenis flora, Firman Allah : “…dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan hujan dipermukaannya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah” (Q.S: Al-Hajj: 5). 

Serta sebahagian lagi bumi itu ada yang tandus tidak dapat tumbuh jenis tanaman dan rumput-rumputan, Firman Allah : “Dan apakah mereka tidak memperhatikan, bahwa Kami mengontrol (awan yang mengandung hujan) ke bumi yang tandus, lalu Kami tumbuhkan dengan air hujan itu tabaman-tanaman yang dari padanya (dapat) makan binatang-binatang ternak mereka dan mereka sendiri. Maka apakah mereka tidak memperhatikan?” (Q.S: As-Sajadah: 27).

Serta sifat-sifat yang lain sebagaimana tertera pada ayat-ayat berikut:
  • Dan Allah telah meratakan bumi untuk makhluk (NYA)” (Q.S: Ar-Rahman: 10).
  • Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu” (Q.S: Al-Baqarah: 22).
  • Dan bumi itu Kami hamparkan; maka sebaik-baik yang menghamparkan (Adalah Kami)” (Q.S: Az-Zariyat: 48).
  • Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan Yang telah menjadikan bagimu di bumi itu jalan-jalan, dan menurunkan hujan dari langit. Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam” (Q.S: Thaha: 53).
  • Atau siapakah telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, dan menjadikan sungai-sungai dicelah-celahnya, dan yang menjadikan gunung-gunung untuk (mengokohkan)nya…” (Q.S: An-Naml: 61).
  • Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah Sebahagian dari rezkinya…” (Q.S: Al-Mulk: 15).
  • Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan” (Q.S: Nuh: 19).
  • Bukankah Kami menjadikan (tempat) berkumpul” (Q.S: Al-Mursalat: 25).
Ayat-ayat diatas menunjukkan pada tiga fakta utama: Pertama, tentang pembentukan bumi pada tahap awal, kedua, diberdayakan oleh Allah SWT untuk mempersiapkan kehidupan diatas permukaannya – khususnya kepada umat manusia – dengan dijadikan-NYA bumi sebagai hamparan, rehatan, tempat berdiam dan dijadikan langit yang membentang diatasnya sebagai sebuah bangunan yang kokoh, saling terkait satu sama lain dan tertutup rapat melindungi bumi dari segala benda-benda langit yang setiap saat mengancamnya. Dan fakta ketiga, diturunkannya air dari awan sehingga subur dapat ditanami dan mengembang-biakkan serta buat kehidupan.

2. Bumi Mempunyai Retakan:
Allah SWT Bersumpah:
وَالْاَرْضِ ذَاتِ الصَّدْعِۙ 
Terjemah Arti: "dan bumi yang mempunyai tumbuh-tumbuhan" (QS. At-Thariq: 12)) 

Ayat ini sangat agung karena Allah bersumpah demi bumi dan penomena geologi yang dahsyat yaitu ash-shada’ (belahan atau retakan[1].

Semenjak dari awal abad ke-20 ahli geologi telah mengamati bahwa kulit bumi dan lapisan-lapisan dibawahnya tidak-lah terdiri dari satu petak saja, tetapi terdiri dari lempengan-lempengan. Dan lempengan-lempengan tersebut dipisahkan satu sama lain dengan retakan besar yang kadang panjangnya mencapai ribuan kilo-meter. Maka mulailah menggariskan peta khusus dengan jaringan retakan atau belahan-belahan menggambarkan lempengan-lempengan tersebut. 

Namun yang sangat menakjubkan mereka menemukan retakan raksasa, pengamat geologi telah menemukan retakan di bumi yang panjangnya lebih dari 40.000 km, dan menamakan dengan rantai api (Pacific Ring of Fire). Ratai ini terdapat di dasar perairan samudera Pasifik terbentang sepanjang pantai barat Amerika melewati Alaska kemudian Jepang, Filipina, Indonesia seterusnya melalui samudera Pasifik bagian selatan-barat daya dan New Seland.

Bahwa aktifitas gempa pada jalur ini terjadi akibat benturan lempengan-lempengan bumi satu sama lain. Ahli geologi menegaskan bahwa 90 % dari gunung berapi dunia terpusat pada rantai ini, sebagaimana 90 % aktifitas gempa bumi dunia terpusat di rantai tersebut (menurut Pusat Geologi Amerika USGS).

Rantai ini merupakan retakan bumi terpanjang di dunia, yaitu merupakan daerah-daerah paling berbahaya atau dalam istilah pakar geologi Penomena Geologi yang aneh dan langkah di permukaan bumi. Oleh karena itu Allah menceritakan retakan ini kepada kita dan bahkan bersumpah dengan penomena alam yang tidak diketahui oleh manusia waktu dan sebelum turunnya Al Qur’an. Maha Benar Allah dalam Firman-NYA : «demi bumi yang mempunyai retakan» (QS : At-Thaariq : 12).

Retakan-retakan Bumi Membentuk Benua:Berkat proses pelepasan, pendekatan dan pemisahan yang terjadi pada lempengan-lempengan lithosphere pada dasar samudera yang selalu berkesinambungan, bahkan terjadi juga pengikisan pada pinggiran, perantara dan tengah benua-benua, misalnya laut merah melebar 3 Cm/ tahun, belahan teluk California sekitar 6 Cm/ tahun. Dan akibat benturan lempengan India dan Eropa-Asia setelah terjadi kerapuhan lempengan kedua samudera tersebut maka terbentuklah pegunungan Himalaya yang merupakan puncak paling tinggi dipermukaan bumi.

Adalah retakan-retakan yang memecah lapisan bumi bagian dasar perairan panjangnya mencapai ribuan Km dari segala penjuru, dan yang bagian paling dalam mencapai 65-150 Km merupakan ciri khas yang paling menonjol bagi bola bumi. Retakan-retakan ini belum ditemukan kecuali setelah perang dunia II, dan disosialisasikan sebagai teori lempengan bumi yang mulai di peta-kan pada akhir tahun 60-an dan awal 70-an dari abad ke-20.

Retakan-retakan ini menciptakan jaringan dari kawasan-kawasan retakan tersebut meliputi bola bumi. Sepanjang retakan ini terjadi proses (pelepasan, pendekatan dan pemisahan) antara lempengan-lempengan lithosphere satu sama lain. Sebagaimana juga retakan-retakan tersebut merupakan saluran pembuangan panas yang tersimpan dibawah lapisan lithosphere (secara berkesinambungan dan damai) untuk menetralisir terjadinya penumpukan lumpur panas. Cairan terakhir ini meningkat disebabkan oleh kurangnya ketebalan pada beberapa tempat panas pada kedalaman lapisan luar bumi, kemudian menurun lagi setelah pendinginan yang menyebabkan terjadi pembentukan aliran pembawa panas (connection currents), Dan tegangan ini mengakibatkan pada gerakan lempengan-lempengan lithosphere dan pergerakan tersebut menciptakan proses (pelepasan, pendekatan dan pemisahan) tadi, yaitu terjadi pelepasan pada bagian yang tinggi aliran pembawa panas dan terjadi pendekatan pada bagian yang rendah.

Dahulu kala dalam perut bumi lebih jauh panas dari pada sekarang karena adanya penumpukan materi-materi sejenis bara api, seperti U235 dan K40 dalam skala sangat besar dan ditambah aliran pembawa panas yang super cepat sehingga menyebabkan percepatan aktifitas semua fenomena yang menyertainya dari aktifitas gunung berapi, gempa, pergerakan lempengan-lempengan lithosphere, gerakan yang menyebabkan pembentukan pegunungan dan benua atau dikenal dengan (ocean-continent cycle) atau (geosynclinal/mountain-building aycle) pada fase ini terjadi penyerapan gas (outgassing) dari lapisan udara dan air.

Benua-benua pada sekitar 500 juta tahun lalu berada pada tempat yang berbeda dengan posisinya sekarang, adalah aliran pembawa panas yang menggerakkan benua-benua baru ini sehingga terpecah satu sama lain pada sekitar 200 juta tahun lalu; Tadinya hanya ada satu benua raksasa saja dinamakan para ahli dengan Pangea dan satu samudera raksasa dinamakan Panthalassa.

Lapisan lithosphere mencegah pengendapan panas di dalam perut bumi, dan aliran panas yang tertahan menyebabkan terjadinya retakan-retakan besar pada belahan benua induk dan semakin membesar dengan perjalanan waktu sehingga terpisah antara bagian utara Amerika dan utara Afrika sejak 180 juta tahun lalu, dan diantaranya dan Eropa pada 150 tahun lalu, kemudian terpisah Amerika Selatan dari Afrika sejak 110 tahun lalu, serta memisahkan Greenland dari Norwegia sekitar 65 tahun lalu ketika itu mulai terbentuk Iceland. Dan pada awal pemisahan ini, perairan mulai berbentuk seperti teluk yang disebut para ahli dengan Tethys yang mengalir perlahan-lahan diatas Benua Pengea membelahnya menjadi dua benua besar, satu dibagian utara disebut Luarasia dan disatunya lagi di selatan disebut Gondwana. Dari rentetan pemisah dari retakan-retakan bumi ini maka terjadilah benua-benua yang kita kenal sekarang ini.

Retakan-retakan Bumi Faktor Penting Kehidupan:Dari Penjelasan diatas diketahui bahwa jaringan raksasa dari system retakan-retakan yang meliputi bola bumi berkisar puluhan ribu kilo-meter dari seluruh penjuru menyebabkan pemecahan lithosphere kepada lempengan-lempengan (besar-sedang dan kecil) adalah merupakan cirri khas bumi yang paling istimewa, tanpa proses tersebut tidak mungkin tersedia kehidupan di bumi kita.

Sebabnya karena retakan-retakan tersebut dahulu kala dan masih berfungsi sampai sekarang sebagai penyerap gas dari lapisan udara dan air bola bumi, sebagaima juga berfungsi pada pembentukan dan pemisahan benua, pembentukan pegunungan dan memperkaya lapisan bumi dengan kandungan besi baru secara teratur serta menggerakkan lithosphere. Dan seterusnya melepaskan panas di dalam perut bumi secara berkala. Ini sebuah kenyataan ilmiyah yang pasti – yang menggambar suatu keserasian sempurna tentang eksestensi keberadan bola bumi dan selanjutnya keberadaan kita diatas permukaannya – tentu sangat pantas diabadikan di dalam Al Qur’an sebagai suatu tanda-tanda bagi Pencipta-NYA.

Fenomena langkah ini tidak menjadi perhatian para ahli geologi kecuali setelah perang dunia II, dan belum banyak diketahui hingga akhir tahun 60-an dan awal 70-an abad ke-20. Tetapi jauh sebelumnya semenjak 14 abad lalu Al Qur’an telah memproklamirkannya dan menjadikan sebagai salah satu tanda-tanda kekuasaan Pencipta-NYA, serta kebenaran kenabian penghulu kita nabi besar Muhammad SAW. Wallahua’lam....

Catatan:
1. Al Qur’an terjemahan Indonesia, menerjemahkan ayat ini: “Demi bumi yang mempunyai tumbuh-tumbuhan”, merujuk dari penafsiran bahwa petani apabila menanam biji di dalam tanah kemudian menutupi dan menyiram dengan baik, maka tunas-tunas halus warna hijau akan keluar dari biji-bijinya dan muncul dari selah-selah retakan tanah.

LAPISAN BUMI (PARTIKEL DEBU DAN AIR)
Allah berfirman : 

 وَالذّٰرِيٰتِ ذَرْوًاۙ
Terjemah Arti: "Demi (angin) yang menerbangkan debu" (QS. Al-Dzariaat: 1)

فَالْحٰمِلٰتِ وِقْرًاۙ
Terjemah Arti: "dan awan yang mengandung (hujan)" (QS. Al-Dzariaat: 2)

Pada dua ayat dari surah Adz-Dzariyat di atas Allah SWT bersumpah -- Yang Maha Kaya dari segala Sumpah-SumpaNya: “Demi (angin) yang menerbangkan partikel-partikel debu dengan sekuat-kuatnya, dan awan yang mengandung air”.

Fakta ilmiyah: menerangkan bahwa sabuk cahaya yang terang tebalnya tidak mencapai 200 km di atas permukaan laut di separoh permukaan bumi yang menghadap ke matahari. Dan sabuk cahaya tipis dari lapisan gas bumi ini sangat ramah lingkungan, dan ketebalannya semakin berkurang setiap meningkat ketinggian di atas permukaan bumi. Sedangkan ketebalan akan bertambah meliputi partikel-partikel debu dan butir-butir air setiap mendekat kepermukaan bumi.

Dengan proses tersebut diatas dan ditambah dengan partikel-pertikel debu tadi membantu menyulut sumbu matahari, dan proses yang terjadi terus-menerus sehingga menampakkan warna putih gemerlap membedakan siang sebagai sumber cahaya yang timbul dari bagian bawah lapisan gas bumi pada separoh bagian yang menghadap ke matahari. Sementara sebagian besar alam semesta yang dapat dijankau diselimuti oleh kegelapan. Matahari nampak setelah melewati cahaya siang sebagai bola biru berlatar hitam pekat.

Oleh karena itu Al Qur’an Allah Berfirman: “Demi siang apabila menampakkannya (matahari)”, bahwa sianglah yang penyingkap matahari. Kita ada kajian khusus – Insya Allah -- pada Bab VI berikut tentang siang dan matahari ini.

Dari uraian diatas diketahui bahwa “partikel-partikel debu yang diterbangkan oleh angin dan butir-butir air yang dibawah oleh awan” mempunyai peranan sangat vital membantu sabuk cahaya siang yang berasal dari lapisan gas bumi menyulut sinar matahari. Dengan demikian diketahui pula bahwa sianglah yang menampakkan matahari, bukan matahari yang menampakkan siang sebagaimana diyakini manusia sebelum abad ke-20. Maha Besar Allah, telah mengungkapkan kenyataan alam semesta ini sejak lebih dari 14 abad yang lalu, yang tidak dijangkau oleh sains modern kecuali setelah paroh terakhir abad ke-20 lalu. WAllahua’lam


BACA JUGA :
  • SIMBOL SAINS DI DALAM AL QUR'AN (MUKADDIMAH)
  • 4O SUMPAH TERDAHSYAT DALAM AL-QURAN
  • BULAN SATELIT BUMI DI DALAM ALQURAN:
  • MATAHARI PUSAT TATA SURYA DI DALAM ALQURAN:
  • BUMI TERHAMPAR DI DALAM ALQURAN:
  • BULAN PURNAMA MEMICU BENCANA ALAM
  • Fenomena Waktu (Siang dan Malam)
  • GEOSCIENCE AL-QUR’AN: AS-SHADA’ (LEMPENGAN BUMI)
  • Bukit Thur Sinai dan Segitiga Bermuda
  • CAHAYA SENJA DAN KIAMAT 2012
  • STRUKTUR LANGIT DALAM AL-QUR'AN
  • Bintang-Bintang di Ruang Angkasa
  • JARINGAN COSMOS (COSMIC WEB) DALAM AL-QUR’AN
  • LAPISAN UDARA (ATMOSFER) DI DALAM ALQURAN:
  • LUBANG HITAM (BLACK HOLES) DALAM AL-QUR’AN
  • Langit dan Sifat-Sifatnya
  • RASI BINTANG DALAM AL-QUR’AN
  • BINTANG SIRIUS DALAM AL-QUR’AN
  • ROTASI BINTANG-BINTANG DALAM AL-QUR’AN
  • BINTANG AT-THAARIQ (PULSARS) DALAM AL-QUR'AN
  • KEKAYAAN ALAM DALAM AL-QUR’AN
  • KHASIAT BUAH TIN DAN ZAITUN DALAM ALQURAN
Artikel yang berhubungan:
  1. Langit 7 Susun dan Bumi 7 Lapis
  2. Fenomena Waktu dalam Al-Qur'an
  3. Bukit Thuur Sinai dan Segitiga Bermuda
  4. Langit dan Sifat-Sufatnya dalan Al-Qur'an 
  5. Keajaiban Angka-angka Dalam Alquran
  6. Kekayaan Alam dalam Al-Qur'an

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Salam!