Asal Usul Manusia Bugis
By: Sandi Alfath Sfc
Manusia Bugis memiliki ciri khas yang unik dan
sangat menarik. Mereka adalah contoh yang langka terdapat di wilayah nusantara
bahkan di dunia. Mereka mampu mendirikan kerajaan-kerajaan yang sama sekali
tidak mengandung pengaruh india dan tanpa mendirikan kota sebagai pusat
aktivitas mereka.
Bugis juga memiliki kesustraan yang bernilai tinggi,
baik itu lisan maupun tulisan. Berbagai sastra Bugis berkembang seiring dengan
tradisi sastra lisan. Hingga kini masih tetap dibaca dan disalin ulang, perpaduan
antara tradisi sastra dan tulis itu kemudian menghasilkan salah satu epos
sastra terbesar di dunia yaitu I LA GALIGO yang naskahnya jauh lebih panjang
dari epos Mahabharata.
Sejak awal - mungkin 50.000 tahun - yang lalu Sulawesi
Selatan sebagaimana daerah lain di Asia Tenggara telah dihuni manusia se-zaman
dengan manusia WAJAK di pulau Jawa. Mereka mungkin tidak terlalu beda dengan
penghuni Australia pada masa itu di Asia Tenggara, mereka mengalami proses
penghalusan bentuk wajah dan tengkorak kepala meski memiliki fenotipe australoid
Pada permulaan abad 20, penjelajah asal Swiss Paul Sarasin
dan sepupuhnya Fritz Sarasin mengemukakan sebuah hipotesis bahwa to ale'
(penghuni hutan) sekelompok kecil manusia yang hidup di berbagai gua di
pegunungan di Lamocong (Bone bagian selatan) adalah keturunan langsung dari
manusia penghuni gua pra-sejarah dan ada hubunganya dengan manusia veddah di Srilanka
(Lihat: Suryadin Laoddang).
PENAMAAN BUGIS
Bugis adalah suku yang tergolong ke dalam suku-suku
melayu (deutero) masuk ke nusantara setelah gelombang imigrasi pertama dari
daratan Asia tepatnya Yunan (cina). Kata “Bugis” berasal dari kata “To Ugi” yang
berarti orang Bugis. penamaan Ugi merujuk pada raja pertama kerajaan cina yang
terdapat di Pammana saat itu yaitu La Suttumpugi.
Ketika rakyat La Suttumpugi menamakan dirinya
merujuk pada raja mereka dan menjuluki dirinya sebagi to ugi atau pengikut La Suttumpugi.
BIOGRAFI LA SUTTUMPUGI
La Sattumpugi adalah ayah We Cudai dan bersaudara
dengan Batara Lattu ayah dari Sawerigading. Dan Sawerigading sendiri adalah
suami We Cudai yang melahirkan beberapa anak termasuk LA GALIGO yang karyanya
di sebut I LA GALIGO dengan jumlah sekitar 9000 halaman folio yang terkenal
itu. (BERSAMBUNG)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Salam!