RENDAH HATI DAN IKHLAS
(Nasehat Seorang Senior Kepada Juniornya)
Rendah hati dan ikhlas itu bagus, sangat bagus, itu karakter santri, karakter DDI; tetapi ketahuilah adik-adik semua bahwa sesungguhnya masa depan DDI itu adalah kalian, maka harus mempersiapkan diri; harus ada terus mendampingi kakak-kakak dan guru-gurumu; keberadaan kalian sangat penting sekarang, di masa transisi ini; saya (memberanikan diri) mewakili generasi mengucapkan terima kasih yang se-besar-besarnya atas kesedian kalian, atas pengorbanan kalian, atas apa yang telah kalian lakukan; selamjutnya persiapkanlah diri kalian untuk menerima tongkat estafet (kepemimpinan DDI) masa datang.
Kalian generasi sekarang, belajarlah dari pengalaman kami; Kami ini lahir dari sebuah masa, akhir masa orde lama dan sepanjang masa orde baru, dengan watak kepemimpinan yang hegemonik dan otoriter; kepemimpinan yang tidak memberdayakan tetapi menguasai dan mendominasi; pada masa hanya ada satu orang yang menjadi pemimpin dan sangat berkuasa, yang mengontrol semuanya, yang lain hanyalah pembantunya, sehingga untuk menjadi sesuatu, untuk memperoleh pijakan orang harus mencari yang terkait dengannya, harus ada restunya untuk menjadi seseorang; itu membuat hirarki yang berjenjang dengan tegas.
Kami dibentuk dengan suasana seperti itu dan itu membentuk watak; kami terbiasa mendongak keatas mencari tempat bergantung, dan untuk kami saling sikut dan saling tendang; kami terbiasa berkelahi untuk memperebutkan itu; dan katena itu kami pun mengabaikan tempat kami berpijak, fondasi kami, masyarakat kami, tempat kami lahir dan dibesarkan; tdk hanya mengabaikannya, bahkan menjadikannya sebagai tunggangan saja.
Efeknya adalah tidak solidaritas, tak penghargaan, tak ada keikhlasan, sementara tempat kami berpijak, tempat lahir, tempat kami dibesarkan, dimana seharusnya kami mengabdi, menjadi terabaikan, semakin luntur warnanya dan retak-retak; sebebarnya wajar kalau merek meniggalkan kami, karena perlakuan kami (menjual mereka untuk kepentingan kami); tetapi karena penghormatannya kepada guru-guru kami kepada orang tua kami, mereka masih mau bersama kami; adik-adik pelajari sejarah itu, dan kalian akan nenjadi lebih baik dari kami.
Kareana situasi masa itu secara pelahan memaksan kami membuat kami kemudian kehilangan karakter (santri dan ke DDI-an), kalian bisa melihat suasan muktamar sepanjang masa orde baru (bandingkalah muktamar-muktamar masa generasi pertama, yang secara jelas menggambarkan semangat pengabdian dan keikhlasan; saling menghargai dan saling mendahulukan); yang ada hanya perebutan dengan cara-cara brutal untuk ukuran organisasi pendidikan dan da'wah, untuk ukuran santri: tak ada rancangan gambar DDI kedepan yang serius: sementara sistem rekruitmen dan promosi juga berubah;, ukuran yang digunakan adalah kedekatan dengan kekuasaan negara.
Struktur dan karakter organisasi pun berubah dan itulah gambar DDI sekarang.
Dari kaca mata saya, yang agak tidak begitu bening, betul ada persoalan internal, tetapi sebebarnya ini adalah bentukan zaman, zaman orba, faktor itu yang dominan merusak karakter DDI.
Hampir semua generasi saya dan generasi diatas saya terkena penyakit itu, hanya sedikit sekali yang lolos; artinya sebenarnya kalian tidak bisa berharap banyak pada generasi kami melakukan perubahan mendasar.
Mangkanya saya bilang masa depan DDI itu ada pada kalian. Kalian beruntung bersentuhan lansung dengan dunia yang lebih terbuka, yang lebih banyak menawarkan alternatif; meskipun juga memiliki virus tersembunyi yang juga sangat membagayakan, virus modernisasi dan liberalisme, dalam bentuk pragmatisme, individualisme, hedonisme dan konsumtif.
Tetapi saya percaya kalian memiliki dasar yang kokoh, ditambah dengan pengenalan kalian terhadap dunia yang lebih luas; kalian bisa mengenali itu, tanpa terperdaya, sehingga bisa memilah milah prinsip-prinsip, warna, dan bentuk-bentuk lebih sesuai denga karakter DDI; saya percaya itu karena saya melihat bahwa meskipun sudah ke-mana-mana dan ada dimana mana, karakter DDI masih kental, belum luntur;
Tetaplah dengan karakter itu, rendah hati, ikhlas, saling menghargai, saling mendahulukan, mengabdi, menghormati guru, apa adanya; dan belajar pada masa lalu, masa Gurutta, masa generasi pertama yang cemerlang, masa generasi saya dan atas saya yang relatif kelam; petik pelajaran dari situ; dari situ kalian melihat kenapa DDI cemerlang dan kenapa DDi buram; dengan begitu kalian akan memiliki visi tentang DDI yang cemerlang di masa akan datang; tahap demi tahap; kemudian gambar itu dengan jelas; tentu saja kalian adalah manusia biasa, tidak luput dari rasa frustrasi, jengkel, marah, tersinggung, dan sebagainya, karena kesalah fahaman, salah kata, salah menempatkan kawan; itu lumrah; karena itu penting selalu instrospeksi, refleksi, dan ingat selalu tujuan dan mimpi kalian tentang Purnama DDi.
Wabillahi Taufiq wal Irsyad.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Salam!