Sabtu, Oktober 11, 2014

GALILEO GALILEI & NENE' MALLOMO:

LELE BULU TELLELE ABIASANG
(Gunung Berpindah Kebiasaan Tidak Berpindah)
Oleh: Med HATTA

"LELE BULU TELLELE ABIASANG": Ini adalah sebuah pameo Bugis klasik yang 'kemungkinan' besar diperkenalkan pertama kali oleh budayawan, ahli hukum dan sains Bugis legendaris NENE' MALLOMO (Teteaji - Allekkuang) pada abad ke-16 M. Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia standard maka artinya kurang lebih: (Pindah gunung tak pindah kebiasaan),,,


Lalu, apa hubungan Nene' Mallomo dengan ilmuan besar Italia Galileo Galilei seperti pada tema di atas?

Entah kebetulan atau taqdir yang mengatur, Galileo Galilei dan Nene' Mallomo hidup dalam kurun waktu yang hampir bersamaan, meski keduanya dipisahkan oleh jarak yang terbentang sangat jauh, yaitu sekitar 20 Ribu Mile dari ujung Barat bumi hingga ke ujung Timurnya ,,,,
 
Galileo Galilei lahir di Pisa - Toscana, ITALY pada 15 Agustus 1564 - Wafat di Arcetri, Toscana 8 Januari 1642. Sedangkan Nene' Mallomo diperkirakan lahir di Teteaji, Sidrap - INDONESIA sekitar tahun 1577 - Wafat di Allekkuang, Sidrap tahun 1654. Dan yang menyatukan keduanya adalah objek bernama "GUNUNG".

Dengan teleskop karya monumentalnya, meskipun ia bukan yang pertama kali memperkenalkan alat ajaib itu melaikan menyempurnakan dari karya Nicolaus Copernicus sebelumnya, Galileo Galilei adalah orang yang pertama kali melaporkan adanya GUNUNG dan lembah di bulan, yaitu dengan melihat pola bayangan yang ada dipermukaan ,,,

Ia berkesimpulan dari hasil pengamatannya tersebut bahwa bulan itu "kasar dan tidak rata, layaknya seperti permukaan bumi kita juga". Berbeda pendahulunya Aristoteles yang mengamggap bahwa bulan itu adalah bola sempurna ,,,

Namun, meski telah bekerja keras dalam bidang penemuannya yang satu ini, namun Galileo Galilei nampaknya tidak mendapatkan perhatian istimewa dari pemerhati sains terutama bidang astronomi karena mereka lebih suka observasi ke benda-benda langit yang lebih jauh dijagad raya, apalagi di era modern setelah ditemukan teleskop digital yang yang jauh lebih canggih dari karya Gelileo Galilei tersebut.

Bahkan pada awal 60-an abad lalu pun ketika manusia menjajaki pertama kali permukan bulan tahun 1962, mereka tidak banyak memberikan perhatian khusus tentang GUNUNG dipermukaan bulan itu,,,

Hal yang berbeda dengan GUNUNG di mata Nene' Mallomo. Yang terakhir ini memang tidak berusaha menjelaskan teorinya secara ilmiah, karena ia memang menyampaikannya sebatas filsafat etika mutlak. Tetapi belakangan diketahui ternyata ungkapan populer dalam masyarakat Bugis itu sarat dengan muatan sains yang bernilai tinggi, serta dibuktikan kebenarannya 3 abad kemudin oleh geosains modern.

Manusia Bugis jaman Nene' Mallomo mungkin tidak pernah memikirkan kalau GUNUNG itu dapat berpindah-pindah tempat seperti kura-kura raksasa. Maka ketika Nene' Mallomo pun mengatakan "LELE BULU TELLE ABIASANG,,, LELE MOA MABIASA E NASABA ABIASANG TOPA" (pindah gunung tak pindah kebiasaan,,, kebiasaan boleh pindah (berubah) oleh kebiasaan pula), masyarakat Bugis tidak menganggapnya apa-apa kecuali hanya selalu menyanyikannya saja saat menina bobokan anak dalam ayunan, sebagai petuah-petuah moral tentang merubah kebiasaan etika buruk di masyarakat,,,

FAKTA ILMIAH GUNUNG:
Geosains modern kini telah membuktikan bahwa GUNUNG dapat berubah dan bergerak meninggalkan tempatnya, sebagaimana tepi samudera dapat bergeser;

Dasar teorinya adalah bahwa tanah/ batuan begitu pula air atau cairan yang membentuk bumi ini tidak pernah mengalami penambahan dan pengurangan secara kuantitas (kadar) semenjak diciptakan bumi hingga digulung kembali oleh Sang Penciptanya (kiamat). Sebabnya adalah adanya gaya grafitasi bumi yang mengawasi keluarnya partikel sekecil apapun dari teretorial bumi,,,

Maka setiap terjadi peruntuhan atau letusan dahsyat sebuah GUNUNG yang mengakibatkan kehancurannya (hilang) dari posisi aslinya, maka pasti akan muncul gunung atau gunung-gunung baru di tempat lain,,

CONTOH, ketika meletus dahsyat GUNUNG KRAKATAU di Indonesia sekitar 200 tahun lalu, para ahli geologi dunia langsung mengumumkan hilangnya gunung krakatau (induk), serta mendeklarasikan lahirnya gunung-gunung baru lebih kecil yang mereka sebut "anak-anak Krakatau", tersebar di selat antara pulau Sumatera dan Jawa, serta mayoritas berpotensi aktif kapan saja.

Begitu pula hukum tepi samudera, yaitu apabila terjadi abrasi atau penipisan satu sisi bagian samudera maka pasti terjadi penebalan di sisi samudara bagian lain disebelahan.

SEMUA di atas tentu hanya teori dan eksperimen atau kumpulan data dan fakta emperis yang melahirkan sebuah ilmu 'relatif'. Yang lebih dikenal gejala 'sebab akibat'. Tetepi yang jarang kita sadari adalah jauh sebelumnya lebih 15 abad lalu, Al Quran umat Islam sudah mendeklarasikan tentang fenomena GUNUNG bergerak seperti dijelaskan oleh sains modern bahkan lebih dari hanya sekedar bergerak saja. Misalnya GUNUNG berjalan seperti awan dan terbanbang di atas kepala, seperti Allah berfirman:

1. "Dan engkau melihat gunung-gunung, yang engkau kira tetap di tempatnya, padahal ia berjalan (seperti) awan berjalan ,,," (QS. 27 : 88);
2. "Dan (ingatlah) ketika Kami mengangkat (terbang) gunung ke atas mereka, seakan-akan (gunung) itu naungan awan dan mereka yakin bahwa (gunung) itu akan jatuh menimpa mereka ,,," (QS. 7 : 171);
3. (Dan fenomena - fenomena gunung terbang lainya di dalam Alquran). Lihat: (QS. 2 : 63) dan (QS. 4 : 154).

K E S I M P U L A N :
JIKA anda sudah menerima semua keterangan di atas, bahwa - tidak diragukan - GUNUNG itu ril dapat berpindah (berubah) dengan mudah, maka demikian pula lah 'KEBIASAN' (etika buruk) pasti mudah dirubah, seperti diharapkan oleh Nene' Mallomo di atas,,,

Ingatlah, Jangan menunggu momen ataupun malaikat dari langit merubah diri anda, karena; "sesungguhnya Allah tidak akan merubah (kebiasaan/ mentalitas) suatu bangsa sehingga (bangsa) itu sendiri memperbaiki internalnya" (ayat).
‪#‎RevolusiMental_JKWJK‬
Trim's semua yang ‪#‎LIKE‬ & Komentar,,,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Salam!