Senin, Juni 01, 2015

MELURUSKAN PEMIKIRAN HARUN NASUTION :


Dr. EPW Menggugat Harun Nasution
Oleh: Med HATTA

SEDIKIT sekali ilmuan dan akademisi dari Perguruan Tinggi Islam Indonesia yang secara terbuka, ilmiah, dan sistematis mengkritisi pemikiran Prof. Dr. Harun Nasution – sosok yang oleh banyak orang dianggap sebagai pelopor pembaruan studi Islam di Indonesia, bahkan sebagian sudah mengkultuskan Prof. Harun dan tidak menyoal berbagai pemikirannya. Dari sedikit orang yang kritis itulah, nama Dr. Eka Putra Wirman (EPW) terbilang sangat menonjol. Tidak tanggung-tanggung, jebolan Universitas Al Karaouiyinne – Maroko dan Dosen Teologi Islam IAIN Imam Bonjol Sumatera Barat ini telah menulis sejumlah artikel, makalah, dan buku ilmiah yang “mengupas” dan meluruskan pemikiran Harun Nasution.  



EPW menegaskan bahwa usaha Harun Nasution selama berpuluh tahun dalam mensosialisasikan paham Muktazilah dan upayanya yang ‘terselubung’ menggusur Ahlussunnah wal-Jamaah telah gagal bahkan berpengaruh buruk. Mitos Muktazilah yang diklaimnyasebagai pembawa kemajuan umat Islam sangatlah keliru.  Belum lagi, lanjut EPW, Harun Nasution telah sengaja mencatut nama besar Muhammad Abduh dalam mempromosikan teologi Muktazilah-nya. Dan Disertasi Harun Nasution di McGill University, yang menyimpulkan bahwa Muhammad Abduh adalah penganut Muktazilah, begitu pula pernyataannya yang populer mengatakan bahwa Muhammad Abduh lebih Muktazilah daripada penganut tradisional Muktazilah itu sendiri, dikritik keras oleh Dr. EPW. 

Tidak sampai di situ saja, EPW melakukan kajian khusus terhadap Kitab Hasyiah karya monumental Muhammad Abduh, kemudian hasilnya ia tuangkan dalam sebuah buku berjudul Kesaksian Hasyiah terhadap Teologi Muhammad Abduh (Padang: Puslit Press IAIN Imam Bonjol Padang, 2011).  Dalam buku setebal 187 halaman ini, Dr. EPW menyimpulkan: “Buku Hasyiah menjadi saksi bahwa Muhammad Abduh adalah pengikut setia al-Asyari dan berusaha menjelaskan secara rasional-filosofis gagasan-gagasan teologis yang diungkapkan oleh al-Asyari. Pembacaan yang serius terhadap buku ini dengan mudah mementahkan pendapat beberapa penulis teologi di Indonesia bahwa Muhammad Abduh adalah pengikut paham Muktazilah, atau lebih dekat kepada pemikiran Muktazilah, apalagi lebih Muktazilah dari Muktazilah.” 

Dalam berbagai kesempatan Dr. EPW menganalogikan posisi Muhammad Abduh dengan Imam al-Asyari seperti Ibnu Rusyd dengan Aristoteles di bidang filsafat. Muhammad Abduh dan Ibnu Rusyd berperan sebagai penyambung lidah yang “jujur” (lisan al-shidq)  dari tokoh yang diikuti dan diidolakannya. Jadi selama ini, karena terlalu dikultuskan, pendapat Prof. Harun Nasution diikuti saja oleh banyak akademisi secara ‘taqlid buta’, lanjut EPW. Saat ditanya, mengapa kekeliruan itu seolah-olah dibiarkan saja selama puluhan tahun, EPW menjawab:  “Saya yakin, banyak pengagum Pak Harun yang tidak membaca Hasyiah.  Membaca pun belum tentu paham, karena tidak mudah memahami kitab-kitab dalam teologi.”
 
Kitab Hasyiah karya Muhammad Abduh, menurut jebolan Universitas tertua di dunia ini, merupakan bukti nyata bahwa Muhammad Abduh sama sekali bukan penganut Muktazilah.  Bahkan Kitab ini justru mengkritik tajam paham Muktazilah. Maka orang yang mengatakan Muhammad Abduh Muktazilah adalah golongan yang “al-mahjubun” (terhalang dari kebenaran), lanjut EPW.  Kitab ini mengangkat pemahaman Ahlussunnah wal-Jamaah yang dikemas dengan rasionalitas yang tinggi, tambahnya.  Oleh karena itu, EPW menerbitkan buku barunya yang lebih serius dan komprehensif  yang ia beri judul “Restorasi Teologi: Meluruskan Pemikiran Harun Nasution.”

Menurut pengamatan EPW, sekarang banyak akademisi pengikut Prof. Harun yang mengalami keterpecahan antara pemikiran dan perbuatan. Secara pemikiran ia Muktazilah, karena menganggap Allah tidak campur tangan lagi dalam urusan kehidupan manusia. Tetapi, pada sisi lain, dia juga beramal secara Ahlussunnah, seperti berdoa meminta pertolongan Allah. Itu artinya ia mengundang campur tangan Tuhan yang bertentangan dengan kepercayaan Muktazilah.  Jadi tampak lucu. Pemikirannya ikut Harun Nasution dengan Muktazilahnya, amalnya ikut Ahlussunnah, kata EPW. 

EPW : 
Dr. Eka Putra Wirman, alumnus Pesantren Gontor, lulus strata 1 (s1) dari Al Azhar University Cairo - Egypt, menyelesaikan program doktornya di Al Karaouiyinne University Morocco (2003). Dan kini EPW menjabat sebagai Rektor terpilih IAIN Imam Bonjol, Sumatera Barat 2015-2019.

********
 
Harun Nasution :
Prof. Dr. Harun Nasution (lahir di Pematangsiantar, Sumatera Utara tahun 1919 - wafat di Jakarta tanggal 18 September 1998) adalah seorang filsuf Muslim Indonesia

Masa mudanya bersekolah di HIS (Hollandsche Indlansche School) dan lulus pada tahun 1934. Pada tahun 1937, lulus dari Moderne Islamietische Kweekschool. Ia melanjutkan pendidikan di Ahliyah Universitas Al-Azhar pada tahun 1940. Dan pada tahun 1952, meraih gelar sarjana muda di American University of Cairo. 

Harun Nasution menjadi pegawai Deplu Brussels dan Kairo pada tahun 1953-1960. Dia meraih gelar doktor di Universitas McGill di Kanada pada tahun 1968. Selanjutnya, pada 1969 menjadi rektor di IAIN Syarif Hidayatullah dan Universitas Negeri Jakarta. Pada tahun 1973, menjabat sebagai rektor IAIN Syarif Hidayatullah. 

Harun Nasution wafat pada tanggal 18 September 1998 di Jakarta

Pemikiran Harun Nasution, ia dikenal sebagai tokoh yang memuji aliran Muktazilah (rasionalis), yang berdasar pada peran akal dalam kehidupan beragama. Dalam ceramahnya, Harun selalu menekankan agar kaum Muslim Indonesia berpikir secara rasional. Harun Nasution juga dikenal sebagai tokoh yang berpikiran terbuka. Ketika ramai dibicarakan tentang hubungan antar agama pada tahun 1975, Harun Nasution dikenal sebagai tokoh yang berpikiran luwes lalu mengusulkan pembentukan wadah musyawarah antar agama, yang bertujuan untuk menghilangkan rasa saling curiga.

Disamping sebagai seorang pengajar, Harun Nasution juga dikenal sebagai penulis. Beberapa buku yang pernah ditulis oleh Harun Nasution antara lain :
  • Akal dan Wahyu dalam Islam (1981)
  • Filsafat Agama (1973)
  • Islam Rasional (1995)
  • Sejarah Pemikiran dan Gerakan (1975)
  • islam ditinjau dari berbagai aspeknya
  • teologi islam.***



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Salam!