Profil
Singkat Sekjen PB DDI
By: My Buku Kuning
KH. Helmi Ali Yafie, yang di kalangan anggota IAPDIKA dan IADAD akrab
dipanggilan
Puang Helmi ini, lahir di JampuE-Pinrang,
10
April 1953, adalah anak
kedua dari empat bersaudara pasangan Gurutta Prof. KH. Ali Yafie dan Hj.
Aisyah Umar. Semenjak kecil dididik untuk menyelesaikan persoalan dengan
musyawarah dan senantiasa menghargai ulama
yang memiliki peran penting dalam mengambil keputusan dalam organisasi. Helmi kecil memulai debut pendidikan formalnya di
Sekolah Arab/Sekolah Dasar DDI Jampue-Pinrang, kemudian sekolah menengah
pertama dan atas di lalui Makassar, dan
selesai di Fakultas Ushuludin, jurusan filsafat IAIN Jakara. Pernah
ikut program master di UI, tetapi tidak enjoy dan memutuskan tidak
menyelesaikan karena ilmunya tidak sesuai yang diharapkan, padahal ada problem
real yg dihadapi masyarakat; itu mungkin efek dari aktivitas di dunia NGOs/LSM)
Aktivis senior yang telah malang
melintang di beberapa lembaga seperti LP3ES, Lakpesdam NU, P3M (kini
menjadi Badan Pengawas Perhimpunan Rahima), dan berbagai lembaga-lembaga NGOs/LSM
lainnya di tanah air. Puang
Helmi semasa kuliah di Jurusan Aqidah
Filsafat Fakultas Ushuluddin IAIN Syarif Hidayatullah gemar berdiskusi
dengan dosen-dosen senior
kampusnya seperti (Alm) Prof. Nasution, Prof. Thariq, dll. Hobbinya berdiskusi itulah
mengantarkannya untuk menjadi teman diskusi setia ayahandanya, Gurutta Prof. KH. Ali Yafie yang mendapatkan gelar
“Guru Besar” melalui karya monumentalnya Fiqh Lingkungan (Fiqh al-Bi’ah). Di
antara berbagai kesibukannya mengajak publik untuk senantiasa melakukan
aksi-refleksi, ia tetap menyempatkan diri untuk mengasuh pesantren Al Taqwa DDI, di Jampue, Pinrang, Sulawesi Selatan.
Meski sibuk padat mengurusi berbagai
lembaga-lembaga besar nasional seperti disebutkan di atas, Puang Helmi tidak
pernah ragu menyisihkan waktunya untuk urusan Darud Dakwah wal Irsyad (DDI),
ormas yang dirintis oleh ayahandanya Gurutta Prof. KH. Ali Yafie bersama
seniornya Almagfurulahu (perintis utama DDI) Gurutta KH. Abdurrahman Ambo Dalle
dan beberapa ulama/tokoh senior Sulawesi Selatan lainnya di Watang Soppeng
tahun 1947. Puang Helmi konsen pada usaha penyatuan DDI yang terpecah belah
pasca mendiang Almagfurulahu Gurutta Ambo Dalle tahun 1996. Oleh karena itu
tidak jarang – diminta atau tidak diminta – Puang Helmi sering berperan sebagai
mediator ‘sukarela’ antara dua kubu besar DDI (PB DDI dan PP DDI-AD), baik
secara langsung (tatap muka) ataupun melalui tulisan-tulisan pencerahannya.
Semenjak digulirkan semboyan “DDI
Bersatu Dibawah Kepemimpinan Ulama (Passelle Pasau)” awal tahun 2013 lalu di
Jakarta dan
kemudian di Samarinda, oleh gabungan
alumni-alumni peduli DDI (yang oleh Puang Helmi dan Puang Rusdy disebutnya
sebagai “Generasi Emas DDI”), yaitu dari Kaballangang (IAPDIKA); Mangkoso (IADAD);
dan mewakili Parepare (FADILA), maka dari saat itulah puang Helmi tidak pernah sepi lagi
dari urusan DDI. Dan puncak-puncaknya ketika Beliau bersama puang Rusdy dan
anggota-anggota IAPDIKA & IADAD menprakarsai pertemuan ulama dan
tokoh-tokoh DDI, kemudian dikenal dengan “Tudang Sipulung Nasional (TSN) Alim
Ulama DDI” di Pandok Gede Jakarta (29-30 Maret 2014), yang melahirkan “Deklarasi
Pondok Gede” tentang penyatuan DDI.
Setahun kurang
satu bulan berlalu “Deklarasi Pondok Gede” belum menemukan format aslinya, hingga
pada tanggal 10 Jumadil Ula 1436 H/28 Februari 2015 M, puang Helmi bersama tim
tradisionalnya (IAPDIKA, IADAD, dan FADILA) kembali menfasilitasi “Pertemuan
Tokoh DDI” di kediaman Gurutta KH. Ali Yafie di Kompleks Menteng Residence
Jalan Menteng V, FC-15 Bintaro Jaya Sektor VII Pondok Aren Tangerang Selatan.
Hasil pertemuan tokoh-tokoh DDI ini melahirkan kesepakan penyatuan DDI di bawah
kepemimpinan AGH. M. Faried Wajedy dan AGH. M.A. Rusdy Ambo Dalle, dan kedua
pemimpin DDI bersatu tersebut menunjuk KH. Helmi Ali Yafie mengetuai tim khusus
yang berjumlah 9 orang (Tim-9) untuk merumuskan kembali AD/ART DDI bersatu.
Adapun Struktur, Komposisi Pengurus, dan hal teknis lainnya dirumuskan langsung
oleh kedua pemimpin.
Tepat pada hari
Sabtu, 16 Januari 2016 dalam acara Silatnas & Rakernas DDI dan disaksikan
oleh Wakil Presiden RI Yusuf Kalla, kedua pemimpin DDI hasil pertemuan Bintaro
mengumumkan Struktur Kepengurusan baru DDI, dengan mengukuhkan AGH. MA Rusdy
Ambo Dalle sebagai Ketua Umum PB DDI; AGH. Andi Syamsul Bahri Galigo sebagai
Wakil Ketua Umum; dan AGH. Helmi Ali Yafie sebagai Sekretaris Jenderal PB DDI
periode 2016-2020, serta komposisi-komposisi pengurus lainnya terlampir.
KH. Helmi Ali
Yafie menikah dan mempunyai seorang putri yang masih kuliah di salah satu
perguruan tinggi di Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Salam!