Sabtu, April 22, 2017

JEJAK PERJUANGAN ULAMA PEREMPUAN INDONESIA



PROLOG

Nasib (Ulama) Perempuan

Oleh: Helmy Ali Yafie

Di Sulawesi Selatan, ada seorang perempuan yang bernama Hj. Hafsah Laodji, asal Rappang, Sulawesi Selatan, yang aktif mengajar di madrasah-madrasah dan pesantren-pesantren Darud Da’wah wal Irsyad[1], mulai dari sejak akhir tahun 1940-an, sampai pada akhir hayatnya, pertengahan tahun 1990-an. Hj. Hafsah, mulai mengajar di MAI Mangkoso, Sulawesi Selatan; ketika madrasah itu membuka kelas perempuan. Lalu pindah ke Pare-Pare, dan mengajar di Madrasah DDI Ujung Baru. Pada pertengahan tahun 1950-an, bersama suaminya, H. Mahmud Pase, dia pergi ke Kepulauan Riau, Sumatera, untuk membuka sekolah DDI disana. Dia baru kembali lagi ke Sulawesi pada pertengahan tahun 1960-an. Seterusnya dia tinggal di Pare-Pare mengajar di Pesantren DDI Ujung Lare, sampai akhirnya hayatnya. Hj. Hafsah adalah seorang perempuan yang memiliki kedalaman keilmuan yang tidak terukur. Dia sungguh-sungguh alim (berilmu), menguasai ilmu-ilmu dan wacana keagamaan klasik. Tidak kalah dengan orang-orang, laki-laki, yang memperoleh gelar guru besar dalam dunia keilmuan tradisional Islam yang pernah ada di Sulawesi Selatan[2]. Dia adalah seorang Ulama. Atau dia memenuhi seluruh kwalifikasi yang dibutuhkan untuk disebut sebagai ulama dalam dunia Islam; dari sisi ilmu dan karakter. Dia memang bukan tipe yang tampil di podium berbicara dengan semangat yang berapi-api. Dia lebih memusatkan perhatian untuk mengajar atau mendidik. Dia mengabdikan diri untuk mendidikan anak-anak perempuan, dengan sepenuh hati, total dan ikhlas. Dia cenderung pendiam dan rendah hati. Berbicara ketika ditanya; kecuali ketika mengajar. Dia mengajar di beberapa tempat, mendidik banyak murid, tidak hanya di Sulawesi Selatan, bahkan di Riau. Dia memiliki banyak murid, perempuan dan laki-laki. Tetapi anehnya, namanya tidak banyak disebut, bahkan di Pare-Pare dan Mangkoso, tempat dia pernah mengabdi dalam waktu yang relatif lama. Sepanjang yang saya ketahui, tidak ada buku tentang dia, atau buku yang menyebut namanya. Jangankan dalam encyclopedia, atau buku, sampai kini belum ada skripsi, apalagi disertasi yang di tulis yang menyebutkan namanya. Padahal banyak orang yang pernah menjadi muridnya, yang kini menyandang gelar Sarajana atau Doktor.
 (Lihat: Sambungan)

Jumat, April 07, 2017

KETIKA YANG LEMAH MENGALAHKAN YANG KUAT

SUATU hari nabi Allah MUSA AS pergi menghadap kepada Tuhannya dan berkata: "Wahai Tuhanku! Bagaimanakah mungkin seorang yang lemah dapat merampas haknya dari orang yang lebih kuat?" Lalu Allah berseru: 

"Wahai Musa! Engkau harus pergi besok setelah Ashar ke gunung yang ada air terjunnya di sana (tidak menyebut nama gunung), engkau akan menyaksikan secara live bagaimana seorang yang lemah bisa - dengan mudah - mengambil haknya dari orang yang lebih kuat darinya".