Jumat, Agustus 17, 2018

API OBOR ASIAN GAMES 2018:


Simbol, Syirik dan Spirit
Ernst Cassirer (1874 – 1945) seorang filosof modern dalam bukunya Philosphie Der Symbolichen Formen, mengatakan: “Manusia adalah hewan yang bersimbol”. Tentu Cassirer tidak salah karena memang pada kenyataannya hubungan antara manusia dengan simbol-simbol sangat erat. Manusia berpikir, berperasaan dan bersikap dengan ungkapan-ungkapan yang simbolis, ungkapan yang simbolis ini merupakan ciri khas manusia, yang membedakannya dengan hewan. Bahkan filosof tersebut menegaskan bahwa manusia itu tidak pernah melihat, menemukan dan mengenal dunia secara langsung kecuali melalui berbagai simbol. Kenyataan memang sekadar fakta-fakta tetapi sebenarnya mempunyai makna psikis, karena simbol mempunyai unsur pembebasan dan penglihatan.

Nabi Ibrahim as pun mengenal Tuhan setelah – terlebih dahulu – mengenal simbol-simbol yang mendekatkannya pada-Nya, sebagaimana dikisahkan di dalam Alquran, Allah berfirman:
(Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: “Inilah Tuhanku”, tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: “Saya tidak suka kepada yang tenggelam; Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: “Inilah Tuhanku.” Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata: “Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat; Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: “Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar”. Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: “Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan) (QS. al-An’am: 74 – 78).
Bintang, bulan dan matahari tidak lain adalah symbol-simbol yang mengantarkan nabi Ibrahim as mengenal Allah yang Maha Perkasa, yang menghidupkan dan yang mematikan. Agama adalah sebuah institusi sistem kepercayaan yang mengandung keyakinan serta imajinasi manusia tentang keberadaan yang gaib, yaitu tentang hakikat hidup dan mati dan tentang wujud Tuhan dan makhluk-makhluk halus yang mendiami alam gaib. Keyakinan-keyakinan seperti itu biasanya diajarkan kepada manusia dari kitab-kitab suci agama yang bersangkutan atau dari mitologi dan dongeng-dongeng suci yang hidup dalam masyarakat. Sistem kepercayaan sangat erat hubungannya dengan sistem upacara-upacara keagamaan dan menentukan tata cara dari unsur-unsur, acara, serta keyakinan alat-alat yang dipakai dalam sebuah upacara.

Tujuan sistem upacara keagamaan adalah untuk digunakan sebagai media hubungan manusia dengan Tuhan, yang dapat mendatangkan manfaat dan mudharat. Sistem upacara keagamaan ini melambangkan konsep-konsep yang terkandung dalam sistem kepercayaan. Seluruh sistem upacara keagamaan terdiri dari aneka macam upacara. yang terdiri dari kombinasi berbagai macam unsur upacara, misalnya berdo’a, bersujud, berzakat, berkurban, dan sebagainya.

Kedudukan simbol dalam agama sebagaimana dapat dilihat dalam kegiatan atau upacara keagamaan. Tindakan simbolis dalam upacara keagamaan merupakan bagian sangat penting karena tindakan simbolis ini melambangkan komunikasi manusia dengan Tuhan. Simbolisme dalam agama dapat dilihat pada segala bentuk upacara keagamaan dalam bentuk-bentuk kisah nabi, mulai dari Nabi Adam as sampai dengan nabi Muhammad SAW.

Cara-cara berdo’a manusia dari dulu dampai sekarang selalu diikuti dengan tingkah laku simbolis, misalnya mengucapkan do’a sambil menengadahkan kedua telapak tangan dan seraya mendongakkan kepala ke atas, seolah siap menerima sesuatu dari Tuhan. Semua kegiatan dalam kehidupan manusia, baik yang bersifat religius maupun non-religius, pada umumnya melibatkan simbolisme.

Api Obor Asian Games Ke-18:
Dalam kaitannya denga kasus di atas, maka mengarak dan menyalakan Api Obor Asian Games Ke-18 yang akan dimulai pelaksanaannya besok (18/8/2018) di Jakarta dan Palembang itu adalah juga merupakan tradisi simbol. Dimana tradisi simbol tersebut lahir dari berbagai ekspresi manusia di dalam membentuk dan memberi makna terhadap forma atau bentuk-bentuk yang hidup dari objek yang ada di sekelilingnya dan terhadap fakta spirit yang trasedental. Dan dari hasil ekspresi tersebut maka dapat melahirkan berbagai tradisi simbolisme dalam bentuk-bentuk seni, olahraga dan budaya. Dan lewat seni, olahraga dan budaya tersebut dapat melahirkan berbagai pesan komunikatif antara manusia dengan sesama manusia.

Api Obor Asian Games Ke-18 kali ini diambil dari api abadi Mrapen yang sudah menjadi langganan pengambilan api obor beberapa agenda nasional dan internasional sejak era Presiden Soekarno hingga saat ini. Api Abadi Mrapen untuk kali pertama diambil untuk upacara pembukaan Pesta Olahraga Negara-Negara Berkembang atau Games of the New Emerging Forces (Ganefo) I pada 1 November 1963. Dan ujuan simboliknya sangat jelas yaitu agar bisa menjadi pembakar semangat seluruh atlet nasional yang akan berlaga di Jakarta dan Palembang. Mengapa harus api?

Api merupakan unsur elemen yang panas dan mudah membakar bila tersentuh benda lain. Ciri-ciri api adalah warnanya yang merah, panas, halus. Dan karakternya tidak mau bersahabat dengan benda lain, juga sensitif dengan benda disekelilingnya seperti bahan-bahan yang mudah terbakar dan api pun mampu melahap puluhan rumah. Api berguna sebagai penerangan jalan atau rumah dizaman dahulu. Baik melalui damar cempor, obor, atau penerangan-penerangan lain. Api juga digunakan sebagai alat untuk memasak air, menanak nasi, memanggang ikan atau ayam. Api bermanfaat pula untuk menghangatkan tubuh. Sebagaimana api juga berguna untuk kegiatan pramuka seperti: api unggun, sebagai sandi ketika seseorang tersesat dihutan, mengusir binatang buas.

Adapun relasinya sangat jelas yaitu api sebagai simbol keberanian, keangkuhan, kebesaran, persaudaraan, pergerakan, serta pengorbanan. Api juga memberikan arti sesuatu yang berkuasa, rasa emosi, egois, serta apatis. Api juga diartikan sebagai simbol semangat yang berkobar. Orang atau kelompok tertentu yang memiliki semangat yang berkobar akan membuat gentar lawan. Menengok dari kekalahan islam diperang salib, orang islam mulai berputus asa dengan perjuangannya dimedan perang, merasa ciut nyali dengan sedikit pasukan, namun atas kecerdasan dan kejernihan hati sang pemimpin, Shalahuddin al-Ayyubi, akhirnya mampu membakar semangat orang islam dan membawanya pada kemenangan.

Simbol Bukan Syirik: Di dalam islam mengangkat sebuah simbol bukan mengaungkannya yang dapat membawa kepada kemusyrikan, tetapi menjadikan simbol itu sebagai harapan optimisme bagi pelakunya. Adalah Rasulullah SAW dalam berbagai hadits, pandangan dan arahan-arahannya yang mulia senantiasa menganjurkan rasa optimesme yang tinggi. Seperti nabi dari Abu Hurairah ra berkata: “Adalah Rasulullah SAW menyukai sifat optimis; karena sifat optimis itu menumbuhkan perasangka baik terhadap Allah SWT …” (HR. Ibn Majah).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Salam!