Jumat, September 14, 2018

NABI MUHAMMAD SAW MANUSIA PALING “BAHAGIA” YANG AMAT MULIA:


10 Faktor Kebahagiaan Dunia & Akhirat
By: Med Hatta
Bahagia adalah makhluk dari makhluk-makhluk ciptaan Allah Ta’ala, Allah SWT telah menciptakan berbagai jenis dan menciptakan ragam, sebagaimana Ia menjadikan mati dan hidup (الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ). Dan di antara ragam yang diciptakan Allah itu adalah “Bahagia” atau kebahagiaan, berkat kemuliaan-Nya, Allah meletakkan makhluk tersebut ke dalam hati hamba yang diinginkan, maka ia senang dan tertawa.  Dan mencabutnya dari dalam hati hamba yang diinginkan, maka ia bersedih dan menangis, seperti dalam firman Allah:  
وَأَنَّهُ هُوَ أَضْحَكَ وَأَبْكَىٰ

Artinya: “dan bahwasanya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis” (QS. Annajam: 43).

10 Faktor “Kebahagiaan” terangkum di dalam surah ke-94 di dalam Alquran, Allah berfirman:
سورة الشَّرح: "أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ (1) وَوَضَعْنَا عَنكَ وِزْرَكَ (2) الَّذِي أَنقَضَ ظَهْرَكَ (3) وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَ (4) فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا (5) إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا (6) فَإِذَا فَرَغْتَ فَانصَبْ (7) وَإِلَى رَبِّكَ فَارْغَبْ (8)".
Artinya: “Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu (1) dan Kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu (2) yang memberatkan punggungmu (3) Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu (4) Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (5) sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (6) Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain (7) dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap (8)”.

1.  Faktor Pertama Kebahagiaan adalah “Kelapangan”;
sesungguhnya kebahagiaan itu berada di tangan Allah SWT semata, firman Allah: (أَلَمْ نَشْرَحْ) “Bukankah Kami telah melapangkan”, Dialah Allah Ta’ala yang memberikan kelapangan bukan selain-Nya.
Kebahagiaan itu adalah makhluk ciptaan Allah Ta’ala, Allah SWT telah menciptakan materi dan menciptakan makna, sebagaimana Ia menjadikan mati dan hidup. Dan di antara makna yang diciptakan Allah itu adalah “kebahagiaan”, berkat kemuliaan-Nya, Allah meletakkan makhluk tersebut ke dalam hati hamba yang diinginkan, maka ia senang dan tertawa.  Dan mencabutnya dari dalam hati hamba yang diinginkan, maka ia bersedih dan menangis, firman Allah: “dan bahwasanya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis” (QS. Annajam: 43).

2.  Faktor Kedua Kebahagiaan adalah Kejernihan Hati;
Kebahagian letaknya di dalam hati bukan pada akal, firman Allah: (لَكَ صَدْرَكَ) “untukmu dadamu”, dada di sini diidentikkan dengan hati sebagaimana firman Allah:
"وَلَٰكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ"
Artinya: “tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada” (QS. Al-Hajj: 46).
Hati tidak dimiliki oleh siapapun kecuali hanya milik Allah Ta’ala, Dialah yang membolak-balikkan hati dan mengerahkannya, kejernihan hati hanya dapat diperoleh dengan ketaatan, sabda nabi: (apabila seorang hamba melakukan dosa maka timbul di dalam hatinya setitik noda hitam, dan apabila bertobat maka dihapuskan).

3.  Faktor Ketiga Kebahagiaan adalah Pengampunan Dosa;
Firman Allah: (وَوَضَعْنَا عَنكَ وِزْرَكَ) “dan Kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu”,  maka setiap kali manusia berkurang dari dosa pada saat itu ia lebih dekat pada kebahagiaan.
Allah mengibaratkan dosa di dalam Alquran sebagai beban yang nyaris melumpuhkan punggung (الَّذِي أَنقَضَ ظَهْرَكَ) “yang memberatkan punggungmu”. Pengampunan dosa hanya dapat diraih dengan taubat, istighfar, dan perbuatan-perbuatan baik yang melebur dosa.

4.     Faktor Keempat Kebahagiaan adalah Gelar yang Tinggi:
Mimiliki gelar yang tinggi, sebagaimana firman Allah: (وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَ) “Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu”, gelar yang tinggi memiliki daya tarik tertentu untukmengundang perhatian publik dan menjadi buah bibir bagi fans, karena tabiat manusia itu senang dipuja-puji.
Dipahami dari firman Allah (وَرَفَعْنَا) “Dan Kami tinggikan”,  bahwa sebutan atau gelar tinggi itu adalah anugerah dan bukanlah sesuatu yang diusahakan, oleh karena itu tidak dapat dibuat-buat tapi ikhlash karena Allah semata.

5.  Faktor Kelima Kebahagian adalah Bekerja Keras Menyelesaikan Masalah;
Allah tidak menjadikan kesulitan tanpa kemudahan, firman Allah: (فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا) “sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”. Ketika manusia mengetahui bahwa Allah tidak menjadikan kesulitan tanpa disusul dengan kemudaha, tidak ada problem tanpa solusi, tidak ada kerisauan tanpa jalan keluar, dan tidak ada kesempitan tanpa kelapangan; maka hal itu telah mengurangi beban kesengsaraan; dan membuatnya percaya diri bahwa jalan terang sudah dekat; serta yang diperlukan hanya bekerja keras untuk menyongsongnya saja…

6.  Faktor Keenam meraih Kebahagiaan adalah OPTIMISME;
Optimes bahwa kemudahan akan segera datang pada saat bersamaan datangnya kesulitan, firman Allah: (مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا) “sesudah kesulitan itu ada kemudahan”, Allah tidak mengatakan setelah kesulitan adalah kemudahan. Makan sejak timbul kesulitan, permasalahan dan kesusahan maka saat itu pula muncul kelembutan Allah, kemudahan-Nya dan pelaksanaan-Nya.

Datangnya bencana – misalnya – adalah bagian dari sebab-sebab diampunkannya dosa-dosa, yang merupakan salah satu dari factor-faktor bencana itu sendiri dan berbagai kesusahan. Demikianlah eksekusi kemudahan Allah Ta’ala dan kelembutan-Nya sehingga tersingkir kesusahan, menjauh kesempitan serta terbuang kesulitan…

7.  Faktor Ketujuh Kebahagiaan adalah Dominasi Kemudahan;
Setiap satu kesulitan berbarengan dengan dua kemudahan, berulangnya penyebutan kalimat “nakira” (يُسْرًا) “kemudahan” di dalam ayat yang menunjukkan atas penggandaan. Oleh karena itu, mayoritas ulama salaf menegaskan bahwa Allah tidak akan memenangkan kesulitan oleh dua kemudahan…

8.  Faktor kedelapan Kebahagian adalah Optimalisasi Kesempatan;
Mengoptimalkan kesempatan baik adalah factor penting mencapai kebahagiaan, firman Allah: (فَإِذَا فَرَغْتَ ...) “Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan)”, ini memberikan isyarat bahwasanya tidak layak menyia-nyiakan kesempatan. Di dalam sebah hadits qudsi dari kitab shahih, Allah mengesankan bahwa: (نعمتان مغبون فيهما كثير من الناس؛ الصحة والفراغ) “ada dua nikmat yang disia-siakan oleh banyak orang yaitu: Kesehatan dan Kesempatan”...

9.  Faktor Kesembilan Kebahagiaan adalah IBADAH;
Faktor tak kalah penting juga meraih kebahagiaan adalah memaksimalkan Ibadah, firman Allah: (فَانصَبْ) “kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain”, yaitu susulkanlah dengan amal-amal ketaatan dan ibadah. Karena ibadah merupakan pintu utama kebahagiaan sejati. Setiap kali bertambah ibadah seseorang makan bertambah pulah kebahagiaannya. Oleh sebab itulah Syeikh Islam ra berkata: Barang siapa yang ingin bahagia selamanya maka lazimkanlah pengabdian...

10.  Faktor Kesepulah (terakhir) meraih Bahagia adalah IKHLASH;
Hendaklah ikhlash di dalam menyandarkan segala bentuk pengharapan kepada Allah semata, bukan kepada selain-Nya, firman Allah: (وَإِلَى رَبِّكَ فَارْغَبْ) “dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”. Jika telah terwujud makna yang agung (dari surah yang mulia) ini maka tercapailah “Miskul Khitam” yang kita dambakan. Wallahu A’lam!

Attantion:
Surah (الشَّرح | الإنشراح) atau sering disebut (ألم نشرح) adalah salah satu surah Makkiyah yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW setelah surah (الضُّحى), jumlah ayatnya 8 (delapan), urutannya dalam tartib nuzul nomor 11 (sebelas) dan berdasarkan susunan pada Mashaf berada pada urutan ke-94pada Juz ke-30.

Khitabahnya ditujukan kepada rasulullah SAW secara langsung; isinya berupa tazkir (mengingatkan) dengan berbagai nikmat Allah Ta’ala yang telah dianugerahkan kepada nabi-Nya SAW, sebagaimana juga terdapat di dalamnya berita-berita gembira dengan kelapangan setelah berbagai kesulitan dan kesusahan yang telah dialami oleh umat Islam, dan ini merupakan janji Allah. Dan Allah tidak pernah melupakan setiap janji.

Sebab Turunnya Surah; Ada Dua Versi:
1.    Adanya kaum Kafir Quraisy yang mempersekusi umat Islam di Makkah dengan menyengsarakan mereka dan menahan dari kebutuhan hidup mereka sehari-hari, maka turunlah ayat: (إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا) “sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”. Lalu nabi SAW berseru: “Bergembiralah dengan datangnya kesenangan dan hilang kesusahan yang telah dirasakan umat Islam di Makkah”.
2.   Ibn Katsir menyebutkan: Adalah nabi SAW menghadap dan bermunajat kepada Allah Ta’ala seraya menyebut-nyebut anugerah Allah yang telah diberikan-Nya pada para rasul dan nabi-nabi sebelumnya dari berbagai mukjizat yang dahsyat seperti memerintah angin, menghidupkan orang mati dan lain-lain; Maka turunlah surah ini dengan mengingatkan kepada nabi SAW dengan nikmat-nikmat Allah yang telah dianugerahkan atasnya; Dialah yang telah melapangkan dadanya pada kebenaran, Yang menjaga dan memeliharanya ketika lahir menjadi yatim, kemudian Allah memberinya harta dan kekayaan setelah merasa kekurangan serta Dia menunjuki kejalan hidaya.

T A M A T

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Salam!