SIKAP KITA TERHADAP PERINGATAN HARI NATAL :
By: Med Hatta
Alkisah! Di dalam sebuah riwayat dari dua Imam Besar Islam (Bukhari dan Muslim), merekap di dalam Kitab Shahih keduanya (2004 & 1130) riwayat dari Ibnu Abbas ra bercerita: Ketika Rasulullah SAW tiba di Madinah melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada tanggal 10 Muharram (Asyuraa), bersabda: "Perayaan apakah itu?", para sahabat menjelaskan bahwa hari ini adalah yang bersejarah dimana Allah SWT menyelamatkan nabi Musa as dan bangsa Bani Israil dari musuh mereka (Fira'uan) maka mereka berpuasa.
Maka Rasulullah SAW menegaskan, bersabda: "Aku-lah yang paling berhak terhadap nabi Musa dari kalian!" Maka nabi Muhammad SAW berpuasa dan memerintahkan puasa (untuk memperingati hari itu)... Namun, pada saat Rasulullah SAW berpuasa dan memerintahkan puasa pada peringatan Hari Asyuraa tersebut, para shahabat mengingatkan bahwa itu adalah tradisi yang diperingati Orang Yahudi dan Kristen...
Lalu Rasulullah SAW bersabda: "Jika aku masih hidup tahun depan, insya Allah, aku akan berpuasa tanggal 9 & 10 bulan Muharram". Tapi nabi Muhammad SAW wafat sebelum bulan Muharram berikutnya. (Lihat: Riwayat Abu Daud (2445):
Meneladani sikap Rasulullah SAW ketika melihat orang-orang Yahudi berpuasa memperingati Hari Asyuraa, karena Allah menyelamatkan dan menolong nabi Musa as dan pengikutnya. Sebagaimana hadits Rasulullah SAW seperti telah disebutkan di atas, Beliau SAW mendeklarasikan bahwa :
Maka landasan utama yang telah diletakkan oleh hadits di atas dan banyak (lagi) dari dalil-dalil Alquran yang senada, yaitu: Pertama, bahwa aqidah yang menyatukan para nabi dan rasul tanpa kecuali adalah semuanya patuh dan menyembah pada Allah Yang Maha Esa, tidak ada kongsi bagi-Nya. Meskipun berbeda syariat mereka.
Kedua, adalah menegaskan ikatan persaudaraan antara para nabi dan rasul-rasul sesama mereka, kami semua beriman terhadap mereka tanpa membeda-bedakannya satu sama lain. (lihat: QS. Al-Baqarah ayat 285 & QS. An-Nisa ayat 150-152). Khusus kepada nabi Isa as, Rasullullah SAW bersabda:
أَنَا أَوْلَى النَّاسِ بِعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ فِي الأُولَى وَالآخِرَةِ قَالُوا كَيْفَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الأَنْبِيَاءُ إِخْوَةٌ مِنْ عَلاَّتٍ وَأُمَّهَاتُهُمْ شَتَّى وَدِينُهُمْ وَاحِدٌ
Artinya: "Aku-lah orang yang utama terhada Isa putra Maryam baik di dunia maupun di akhirat!" Ketika ditanya, bagaimana itu wahai Rasulullah? Bersabda: Para nabi itu bersaudara dari keturunan dan ibu mereka sama dan agama mereka pun satu".
Oleh karena itu, jika umat kristiani merayakan hari kelahiran nabi Isa as yang mereka kenal sebagai hari Natal, maka kita pun sebagai umat Islam harus mengapresiasinya. TIDAK menggangunya dan atau memusuhi mereka. Sebagaimana Rasulullah SAW dan umat Islam pada masanya mengapresiasi umat Yahudi Madinah yang merayakan hari Asyuraa. Bahkan nabi berpuasa dan memerintahkan umat Islam berpuasa pada hari itu sebagai peringatan yang "terpisah".
#MyBukuKuning TIDAK menganjurkan memperingati hari natal bersama umat kristiani, dan atau melakukan peringatan "berbeda" dengan mereka seperti berpuasa sebagai sifat peringatan umat Islam, karena tidak ada dalil yang memerintahkan untuk itu, kecuali jika kita ingin menganalogikan dengan puasa nabi Muhammad SAW dan umat Islam pada perayaan Hari Asyuraa.
Mengenai sikap sebagian kalangan yang menolak peringatan Natal setiap tanggal 25 Desember, dengan alasan bahwa nabi Isa as lahir pada musim gugur (atau sekitar Bulan Maret), dengan asumsi bahwa pada saat itu pohon kurma sedang berbuah lebat, yang di dasarkan pada ayat ke-25 dari surah Maryam.
Tentu ini adalah alasan klasik bangsa tertentu saja yang menyangkal peringatan kelahiran Isa as jatuh pada tanggal 25 Desember yang diperingati setiap tahun oleh umat Kristiani dari semenjak Pauslu Liberus (abad ke-4), padahal mereka lupa bahwa kelahiran nabi Isa as itu sendiri merupakan mukjizat besar dan tidak mustahil peristiwa-peristiwa yang menyertainya juga adalah mukjizat.
Hal-hal berupa kemukjizatan-kemukjizatan seperti itu adalah lumrah, kalau itu izin Allah maka apapun bisa terjadi termasuk memerintahkan pohon kurma tersebut berbuah lebat meskipun bukan pada musimnya, terbukti ketika Maryam diperintahkan menyentuh batang kurma tiba-tiba berguguran buah-buah kurma yang masih mentah dan segar (Lihat: QS. Maryam:25). Kalau mau dipikir-pikir bahwa meskipun pohon itu bisa bergerak akibat dorongan Maryam yang lemah oleh persalinan berat, kalau itu memang bukan izin Allah, tentu yang akan jatuh dari pohon tersebut adalah buah-buah yang sudah tua, matang dan sudah kering pucuknya, bukan buah-buah mentah segar yang masih kuat di rantingnya.
BOLEHKAH MENGUCAPKAN "SELAMAT NATAL" KEPADA YANG MELAKSANAKANNHA ?:
Menyapa atau mengucapkan selamat kepada sesama manusia termasuk non-Islam adalah bagian dari "kalimah thayyibah", yaitu bentuk keramah-Tamahan umat Islam kepada sesama manusia, itu adalah budaya dan tradisi yang baik, khususnya di era globalisasi saat ini maka hal-hal baik seperti itu harus dimanfaatkan oleh penganut umat ini untuk menebar nilai-nilai Islam yang ramahmatan lil 'alamin kepada mereka.
Sekaligus menyampaikan hidayah Islam secara luas, karena kita tidak bisa memberikan hidayah kepada siapa saja yang kita inginkan, tetapi Allah-lah yang akan memberikan hidayah itu kepada siapa saja yang dikehendaki dari hamba-Nya.
Memang nabi Muhammad SAW tidak mengucapkan selamat dan rahmat kepada pemeluk agama lain secara kata dan makna, tetapi Beliau SAW selalu membuka hati sambil mendokan mereka agar mendapatkan hidayah Islam. Oleh karena ajaran ini adalah dakwah massal yang harus disampaikan kepada siapa pun juga, maka saling bertukar sapa dan rasa kepada pemeluk agama lain itu sangat penting.
Maka bagi yang sudah tradisi mengucapkan "Selamat Hari Natal" sebagai tanda simpati dan penghargaan kepada saudaranya pemeluk agama Kristen itu tidak apa-apa. Dan yang mempunyai cara lain yang islami dan indah itu lebih bagus. Tapi yang dilarang adalah menyakiti dan menciptakan permusuhan antara sesama umat. Wallahu A'lam !
#TAMAT: Trim's semua Komentar, Share dan Like.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Salam!