Selasa, April 20, 2021

MENGENAL PUANG MAKKA MURSYID KE-12 TAREKAT KHALWATIYAH SYEIKH YUSUF :

Akidah Habib Syeikh Sayyid Puang Makka 
Oleh: Med Hatta 

Habib Syekh Sayyid Abdul Rahim Assegaf Puang Makka atau suka disapa Habib Puang Makka, lahir pada 14 September 1960 di Makassar, yaitu salah satu simbol pengamal tarekat nasional dan mursyid tertinggi tarekat Khalwatiyah Syeikh Yusuf Al-Makassari di Makassar. Adalah seorang mujaddid tarekat Khalwatiyah Syeikh Yusuf Al-Makassari yang - dengan sentuhannya yang lembut - berhasil memperkenalkan tarekat ini pada amaliyah neo-sufisme yang moderat, sehingga pengikutnya bukan saja datang dari kalangan konservatif tapi lebih banyak digandrungi oleh generasi milenial.

Sebelum menjunjung di atas kepalanya mahkota "Taaj Al-Khawati" warisan Syeikh Yusuf Al-Makassari (1626-1699) sebagai mursyid, lulusan Sospol Universitas Hasanuddin Makassar ini sudah menampakkan kecintaannya terhadap ilmu tasawuf dan kehidupan sufi, ini tentu pengaruh dari ayahandanya yang saat itu menjadi mursyid tarekat itu. Maka dari semenjak usia belia Puang Makka sudah malang melintang ke seantoro pulau Jawa melakukan perjalanan rohaniahnya menuntut ilmu tarekat dan mengasah kesufiannya. 


Diantara guru sekaligus ulama tarekat yang menjadi pelabuhan rohaninya tempat berguru adalah Habib Husein al-Habsy di Probolinggo, Kraksaan; Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya di Pekalongan; Habib Husen Assegaf di Gresik, dan KH. Mujni di Purwokerto. Selanjutnya antara tahun 1987-1989, yaitu selama dua tahun Puang Makka menfokuskan diri belajar dan berkhidmat pada guru sekaligus bapak speritualnya yaitu Maulana Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya di Pekalongan.

Melakukan Perubahan Indah Pada Wajah Baru Tarekat Yang Lebih Care

Pada tahun 2005, atau setahun sebelum wafat mendiang sang ayah, Almaghfurulahu, Habib Syeikh Sayyid Djamaluddin Assegaf Puang Ramma membaiat putra mahkotanya, Habib Syeikh Sayyid Abdul Rahim Assegaf Puang Makka menjadi mursyid tarekat Khalwatiyah Syaikh Yusuf Al-Makassari yang ke-12.

Maka dari semenjak itulah mursyid (baru) Habib Puang Makka - dengan instingnya yang kuat didasari oleh hati yang bersih dan melalui istikharahnya - dia memulai menata kembali ruh tarekat Khalwatiyah Al-Makassari, mengadakan berbagai perubahan pada internal tarekat terbesar di pulau Sulawesi tersebut, yaitu dengan menjadikan tarekat lebih welcome, terbuka dan familiar kepada masyarakat luas terutama menggalang kelompok generasi milenial dengan memperkenalkan wajah baru tarekat dalam amaliyah neo-sufisme yang lebih care dan gaul. 

Langkah pertama dilakukan Puang Makka dalam gerakannya itu adalah menghimpun jamaah dan simpatisannya ke dalam suatu wadah baru yang dia sebutnya sebagai "Jam’iyatul Khalwatiyah Al-Makassari", yang dia proklamirkan sebagai sebuah ormas Islam, yang selain konsen pada amalan tarekat jam'iyah (juga) peduli pada amaliah sosial dan kemasyarakatan.


Akidah Puang Makka

Khusus mengenai pandangan-pandangan akidah mursyid "gaul" tarekat Khalwatiyah Al-Makassari ini, sebenarnya sudah lama penulis ingin mengangkatnya tapi pertimbangan takut tidak meletakkan Beliau pada posisinya yang mulia sehingga tertunda sampai hari ini. Namun, dengan didorong oleh tanggung jawab ilmiah (jua) yang tidak ingin membiarkan "mizayah" seorang ulama kharismatik apalagi sebagai mursyid tarekat besar tidak tersampaikan kepada umatnya, dan atas restu dari salah seorang Khalifah Beliau di Wilayah Parepare dan sekitarnya, Dr. Kiai Hannani maka jadilah tulisan sederhana ini dihadapan pembaca (sekarang). 

Dari berbagai momen pertemuan bersama almukarram Syeikh Puang Makka, saya telah mencatat banyak sekali pandangan-pandangan yang unik dari mursyid kita yang tercinta ini, terutama di bidang akidah tauhid. Dan yang paling terkesan adalah ketika pertemuan terakhir di kediaman Kiai Hannani di Parepare beberapa bulan lalu. 

Penulis masih ingat pada pertemuan bersejarah itu - sebelum memulai tawshiyah akidahnya - Beliau menyapa kami: "Dr. Hatta, Dr. Hannani dan banyak sarjana Islam di sini..." (persis seperti itu Beliau memulai kalimatnya), dan terusterang waktu itu saya sangat tersanjung dan itu pula-lah yang membesarkan hati ini menuangkan catatan ini, sebagai keyakinan bahwa sapaan - khusus - itu tiada lain adalah isyarat bahwa Beliau telah memberi izin kepada saya untuk menulis apa saja yang keluar dari Beliau berupa hikmah atau pesan. 

Puang Makka waktu itu menegaskan pandangan akidahnya - setelah menyapa kami seperti di atas - Beliau mengatakan: "Mohon maaf, mungkin ini agak aneh, tapi saya berbeda dengan sebagian orang yang mencampur-baurkan antara tauhid "Rububiyah" dan tauhid "Uluhiyah", mereka menganggap bahwa keduanya adalah satu kesatuan yang sama, padahal sesungguhnya - menurut saya - ada perbedaan yang sangat mencolok di antara keduanya meskipun keduanya saling melengkapi satu sama lain. Dan tidak sempurna keimanan seseorang kecuali percaya pada keduanya secara utuh..."

Sesungguhnya penjelasan tauhid seperti yang diungkapkan Puang Makka di atas adalah metodeligi pendefinisian ilmu tauhid yang sama seperti dilakukan oleh mayoritas ahli teologi Islam besar lainnya, yaitu definis yang mencakup kedua pokok utama ilmu tauhid (Tauhid Rububiyah dan tauhid Uluhiyah) : 

Tauhid Rububiyah; adalah meyakini ke-Esa-an Allah dengan tauhid yang berhubungan dengan perbuatan-Nya, dan seseorang yang memiliki akal sehat pasti akan percaya bahwa sesungguhnya Allah SWT adalah Maha Pencipta, Dia yang mengatur segalanya, Pemberi rezeki, Yang Menghidupkan dan Yang mematikan. Serta percaya (pula) bahwa sifat-sifat dan perbuatan-perbuatan tersebut tidak pantas untuk siapapun selain Allah. Oleh karena itu jenis tauhid ini dimiliki oleh semua orang meskipun mereka bukan Islam. Sebagaimana firman Allah SWT :

فِطْرَتَ ٱللَّهِ ٱلَّتِى فَطَرَ ٱلنَّاسَ عَلَيْهَا ۚ لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ ٱللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ ٱلدِّينُ ٱلْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
Terjemah Arti: "(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus ; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui," (QS. Ar-Rum: 30);

Ayat suci ini menjelaskan secara gamblang tentang fitrah umum manusia yang tidak dibedakan oleh akidah dan keyakinannya. Sama seperti orang Islam maka orang-orang musyrik pun mengakui sifat-sifat rububiyah (perbuatan). Allah berfirman : 

وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّنْ خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ ٱللَّهُ ۚ 
Terjemah Arti: "Dan sungguh, jika engkau tanyakan kepada mereka, "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?" Niscaya mereka menjawab, "Allah." (QS. Az-Zumar: 38). 

Adapun ayat suci AlQuran yang mengilustrasikan secara live tentang keyakinan orang-orang musyrik terhadap ke-Esa-an Allah dengan parsial, yaitu percaya pada tauhid Rububiyah namun pada waktu yang sama mengingkari tauhid Uluhiyah, Allah berfirman : 

قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أَمَّنْ يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَمَنْ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَنْ يُدَبِّرُ الْأَمْرَ ۚ فَسَيَقُولُونَ اللَّهُ ۚ فَقُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ
Terjemah Arti: "Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?" Maka mereka akan menjawab: "Allah". Maka katakanlah "Mangapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)" (QS. Yunus: 31).

Maka mereka disebut kafir karena bertentangan dengan perbuatan dengan perkataan. Allah berfirman : 

كَذَٰلِكَ حَقَّتْ كَلِمَتُ رَبِّكَ عَلَى الَّذِينَ فَسَقُوا أَنَّهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ
Terjemah Arti: "Demikianlah telah tetap hukuman Tuhanmu terhadap orang-orang yang fasik, karena sesungguhnya mereka tidak beriman." (QS. Yunus: 33)

Oleh karena itu, Habib Puang Makka menekankan bahwa sebagaimana kita ini orang Islam, maka orang-orang musyrik-pun (juga) percaya dengan tauhid Rububiyah, tetapi mereka hanya mengingkari tauhid Uluhiyah. Padahal iman yang sempurna adalah meng-Esa-kan Allah dengan tauhid Uluhiyah dan Rububiyah, bahwa Allah SWT adalah satu, esa, tunggal, maha pemberi, tiada sekutu bagi-Nya atau setara atau menyerupai-Nya, baik dalam nama-nama ataupun sifat-sifat-Nya. Hanya Dia-lah yang berhak disembah, dan Dia-lah satu-satu-Nya memiliki tauhid Rububiyah dan Uluhiyah. 

Jadi, tauhid Rububiyah adalah menunjukkan akan "Kemaha Kuasaan", seperti dikatakan: Allah Yang Mengatuar sesuatu; artinya bahwa Dia pemilik dan tuannya. Sedangkan tauhid Uluhiyah menunjukkan bahwa hanya Allah satu-satu-Nya yang berhak disembah. Atau lebih kongkritnya tauhid Rububiyah berhubungan dengan perbuatan Allah dan tauhid Uluhiyah berhubungan dengan segala perbuatan hamba dari menyembah, menghadap, berharap, berdoa, berwasilah, takut dan cemas. Maka inilah agama Islam. 

Dari segi akidah, tauhid Rububiyah diyakini oleh semua ciptaan kecuali yang memiliki kelainan fitrah seperti orang-orang atheis. Sedangkan tauhid Uluhiyah tidak diyakini selain oleh orang-orang Islam yang beriman. Wallahu A'lam !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Salam!