Kamis, Juni 10, 2021

UNIVERSITAS ISLAM INTERNASIONAL IBNU RUSYD CORDOBA YANG DITILAP SETAN :

Dr. Ali Al-Montasser Al-Kattani Pendiri Universitas Islam Internasional Ibnu Rusyd Cordoba - Spanyol Yang Raib : 

By: Med Hatta 


SUNGGUH sangat memilukan dan menyayat hati nasib tragis Universitas Islam Internasional Ibnu Rusyd Cordoba - Andalusia (Spanyol) yang ditutup pada masa-masa awal pertumbuhannya. Setelah lebih dari 500 tahun pembantaian dan pengusiran bangsa moresky (panggilan untuk umat Islam Andalusia - Spanyol) dari tentara salib di jantung benua biru Eropa, umut Islam warga Andalusia mulai melihat secercah titik cahaya kembali, mereka mulai merajut kebangkitannya kembali dengan membangun sebuah Universitas dan Senter Kebudayaan Islam di puing-puing kejayaan masa lalu Andalusia di Cordoba. Namun, diusia yang masih seumur jagung, tiba-tiba diterpa badai besar kembali, tapi kali ini bukan dari tentara salib seperti masa Ferdinand dan Isabelle tempo doeloe, melainkan dari lembaga sesama Islam sendiri...

Universitas Islam Internasional Ibnu Rusyd di Cordoba - Spanyol, yang dianggap sebagai perguruan tinggi Islam pertama dan satu-satunya yang didirikan oleh umat Islam Andalusia dan masjid pertama sejak jatuhnya Granada, yang telah menghabiskan begitu banyak dana dan tenaga, bahkan nyawa dari penggagasnya, Dr. Ali al-Montasser al-Kattani pun ikut syahid secara misterius bersamaan ditutupnya Universitas yang sejatinya kebanggaan umat Islam di bumi Eropa tersebut. 


Universitas Islam Intenasional Ibnu Rusyd Cordoba yang berdiri pada tahun 1983 dari sejak berdirinya telah meluluskan banyak sarjana Islam dari beberapa angkatan. Visi, misi, dan proyek besar universitas ini dimaksudkan untuk melatih para imam dan ulama Andalusia, dai-dai unggul untuk menyampaikan ajaran Islam yang ramah di negara mereka, dan menyebarkan Islam di berbagai bagian negara Eropa lainnya.

Penggagas utama berdirinya Universitas Islam Internasional Ibnu Rusyd Cordoba adalah ilmuan Islam Dr. Ali Al-Montasser Al-Kattani, lahir di kota Fes - Maroko, 27 September 1941 dan wafat di Cordoba, 10 April 2001. Menurut salah seorang putaranya, Hamzah Al-Kattani bahwa (alm) ayahnya mulai mengabdi pada dakwah Islam di Andalusia sekitar tahun 1391 H/ 1971 M, dan mengintensifkan pekerjaannya setelah 1401 H/ 1981 M, yaitu ketika ia mendirikan beberapa lembaga, mengadakan konferensi internasional, berdakwah intensif menyebarkan Islam di wilayah itu, dan mendorong pemerintah setempat untuk mengakui eksestensi agama Islam di Spanyol sebagai agama resmi negara. Serta banyak juga memberikan beasiswa kepada warga muslim (baru) Spanyol untuk belajar syariat islam di berbagai universitas Islam di dunia, sehingga mereka akan kembali sebagai pendakwah dan pembimbing agama di negara mereka.


Di antara lembaga-lembaga penting yang dirikan oleh Dr. Ali Al-Kattani, seperti: Islamic Center di Sevilla; Comunidad ISLAMICA EN AL ANDALUZ; dan Islamic Group di Andalusia, yang pada suatu waktu dianggap sebagai kelompok Islam terbesar di Spanyol, dan cabangnya meluas ke delapan kota, kemudian mencoba mengumpulkan kelompok-kelompok Muslim dalam sebuah dewan tertinggi, untuk menyatukan upaya Advokasi dan koordinasi di antara mereka, maka ia mendirikan Universitas Islam Internasional Ibnu Rusyd di Cordoba, dan itu dimaksudkan agar markas kelompok itu akan menjadi cabang-cabang universitas. Kemudian ia mendirikan Federasi Kota Moor La junta de los pueblos moriscos, hingga yang bergabung dengannya sebelum kematiannya sekitar 80 kota dalam waktu yang relatif singkat.


Pada mulanya, Dr. Ali Al-Kattani membeli dua rumah kuno yang besar milik umat Islam dari dana yang dikumpulkan dari para dermawan; rumah pertama dijadikan sebagai masjid yang kemudian disebut "Masijid Andalusia", yang dibangunkan di atasnya sebuah menara yang menghadap ke gang, dan sekaligus menyambungkan dengan rumah kedua yang berfungsi sebagai markaz universitas atau kampus yang di dalamnya terdapat kantor, ruang belajar, dan sebagiannya dijadiakan asrama mahasiswa yang tidak mampu.

Markas Utama universitas berada di jalan Calle de La Hoguera, yang berarti lorong "Holocaust", atau dikenal sebagai lorong pembakaran, yaitu dimana umat Islam (masa penyiksaan) diseret secara paksa ke luar tembok untuk membakar mereka hidup-hidup di depan publik. Dan jarak antara kampus dan Masjid Agung Cordoba kurang dari seratus meter, sehingga azan Masjid Andalusia terdengar di dalam Masjid Agung.


Namun, sangat disayangkan segala jerih payah dan usaha besar yang telah dilakukan oleh Dr. Ali Al-Kattani dengan penuh perjuangan, pengorbanan materi dan moril bahkan tetesan darah, harus berhadapan dengan setan-setan keserakahan manusia, serangan yang berubi-tubi yang justru digencarkan oleh sesama lembaga Islam sendiri. Mereka yang terakhir ini tidak segan-segan mencoba menyerangnya dengan segala yang mereka bisa lakukan; dari mengajukan gugatan hukum, mencoba untuk menguasai gedung-gedung universitas, menghasut para dosen dan mahasiswa untuk membrontak, tetapi ia menghadapi semua itu di pengadilan, dan semua berakhir atas kemenangan Dr. Ali Al-Kattani. Tetapi masalah lain yang muncul adalah kesulitan keuangan yang menghimpit.

Selain itu, adalah lagi teror lain berupa ancaman tertulis dikirim kepadanya di dinding kampus dan gang yang berdekatan, yang mengatasnamakan diri sebagai kelompok Islam fundamentalis, mengancam akan membunuhnya jika ia tidak meninggalkan seluruh negeri dan menutup universitas, tetapi ia bersabar, berjuang, dan tetap teguh, sampai ia meninggal secara tiba-tiba dan dalam keadaan yang sangat misterius pada 14 Muharram tahun 1422 H, bertepatan dengan 10 April 2001 M, di rumahnya sebelum fajar.

Adapun nasib Universitas Islam Internasional Ibnu Rusyd Codoba terpaksa ditutup setahun setelah kepergian Dr. Ali al-Muntasser al-Kattani, dan aset-aset wakaf umat yang bernilai besar itu dikuasai oleh pihak yang tidak "bertanggung jawab" sehingga aset-asetnya banyak yang sudah terjual secara tidak jelas. 


Pada bulan April 2019 penulis menyempatkan diri datang melihat secara langsung Universitas yang pernah menjadi Icon kebanggaan serta menara Islam Eropa pada era tahun 90an itu, sungguh nasibnya memprihatinkan, suasana lingkungannya sudah sangat berbeda, kampus itu - kini - telah berubah fungsi menjadi cafe, resto dan cafetaria Arab. Mesjidnya hanya berfungsi sebagai Mushalla yang tidak ditempati shalat Jum'at dan kosong dari Jama'ah serta tidak terurus. Hasbunallaha wa Nikmal Wakil !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Salam!