Keinginan dan Kebutuhan"
Oleh: Habib Puang Makka
SUATU kemuliaan bagi warga Jam'iyah Tarekat Khalwatiyah Syeikh Yusuf Al-Makassari khilafah kota Parepare dan sekitarnya bahwa tadi malam Jum'at, 3 Juni 2021, Mursyid Utama Jam'iyah Tarekat Khalwatiyah Syeikh Yusuf Al-Makassari Pusat Makassar, Syeikh Habib Sayyid Abdur Rahim Assegaf Puang Makka bersilaturahim dan temu jama'ah di Rumah Kediaman Dr. Kyai Hannani, Khalifah Jam'iyah Tarekat Khalwatiyah Syeikh Yusuf Al-Makassari Kota Parepare di Kompleks PDAM Lompo E kota Parepare.
Meski silaturahim oleh yang mulia Mursyid tarekat terbesar di Sulawesi tersebut terbilang dadakan karena tujuan utamanya adalah menghadiri undangan menyampaikan taushiyah Jum'at di Masjid Agung Kota Pangkajene, Kabupaten Sidrap, namun tidak mengurangi antusias para jama'ah tarekat yang ada di kota Parepare turut menyambut kehadiran Puang Makka, nampak tidak kurang dari 50 orang yang dlhadir pada acara silaturrahim tersebut tak ketinggalan warga PC MATAN Kota Parepare.
Dalam taushiyahnya Puang Makka memilih mendiskusikan tema tentang "Perbedaan antara Keinginan dan Kebutuhan", yang dipicu dari obrolan-obrolan ringan sebelumnya, terutama hasil keputusan pemerintah/kemenag mengenai pembatalan pemberangkatan calon jamaah haji dari Indonesia tahun 2021 ini.
Tentu keputusan pemerintah/kemenag RI tersebut adalah hal sangat dararut dan didasari alasan yang syar'i, terutama keutamaan menjaga keselamatan jiwa, yang merupakan salah satu tujuan utama pelaksanaan syari'ah dalam Islam, dan upaya memutus mata rantai penyebaran Covid-19 yang kian mengganas dengan varian-varian barunya belakangan ini. Meskipun demikian pasti banyak yang memaklumi keputusan itu dan tidak sedikit juga yang menyayangkannya.
Oleh karena itu Habib Puang Makka menyampaikan bahwa normalnya manusia itu apabila mengahadapi suatu permasalahan yang tidak kuasa menyelesaikannya, dan untuk tidak kecewa maka harus mengembalikan pada dua prinsif yang esinsial yang di dalam diri masing-masing, yaitu antara keinginan dan kebutuhan. Puang Makka mengilustrasikan kedua esensi hidup itu menjelaskan; jika seseorang butuh makan sesungguhnya ia sudah lapar pada saat itu dan harus segera makan, karena mungkin akan berakibat patal jika ditunda. Dan itulah yang disebut dengan kebutuhan bertahan hidup.
Tetapi jika ditengah malam di Parepare tiba-tiba ada orang kepingin makan sate kambing, maka ia akan berusaha mengelilingi kota Parepare mencari gerobak sate, syukur-syukur kalau ketemu tapi kalau tidak, maka ia sudah menikmati petualangannya.. Persolan tidak menemukan tak membuatnya kecewa karena memang tidak mungkin menemukan penjual sate saat tengah malam. Maka inilah disebut keinginan. Kata pepatah: Maksud hati memeluk gunung tapi apa daya tangan tak sampai.
Dalam kasus ibadah haji, Puang Makka menceritakan pengalamannya: Dulu (kata Puang Makka), dari kecil saya berkeinginan naik haji dan menziarahi Dato saya Baginda Rasulullah SAW di Madinah, bertahun-tahun keinginan itu selalu membuncah di dalam pikiran saya dan sudah juga melakukan berbagai persiapan terutama finansial, tapi tak kunjung-kunjung bisa berangkat juga. Akhirnya saya menyadari bahwa mengapa harus memaksakan keinginan ini, bukankah ibadah haji kebutuhan (kewajiban) "terbatas" saja, yaitu hanya orang-orang yang mampu dan telah dipanggil oleh Allah saja yang boleh menunaikannya...??
Boleh jadi - saat ini - ibadah haji itu belum menjadi kebutuhan saya (lanjut Puang Makka), tapi yang saya pikirkan selama ini hanyalah keinginan-keinginan saja maka biarkanlah keinginan itu sendiri yang menemukan jalannya. Dan tak lama setelah itu, tiba-tiba saya mendapatkan undangan menjadi petugas haji ke Makkah maka berangkatlah saya ke tanah suci dan bisa berziarah ke makam Dato saya Baginda nabi di Madinah. Maka itulah - menurut saya - haji yang merupakan kebutuhan saya untuk menyempurnakan rukun agama saya...
Namun, setelah itu berturut-turut (lagi) saya pergi haji dan sudah beratus-ratus kali melaksanakan umrah. Sehingga pada pelaksanaan haji yang ke 14, saya datang ke makam nabi berpamitan, menyampaikan: Wahai Dato'! sesungguhnya kebutuhan haji bagiku hanya sekali saja, yang saya lakukan selama ini adalah demi memuaskan keinginan saya saja, wabilkhusus, rindu ingin selalu dekat dengan engkau, maka izinkanlah cucunda menekan keinginan ini karena khawatir justru akan berdampak buruk bagi psikologis saya dan menghalangi kesempatan orang lain. Namun, kalau boleh meminta maka izinkanlah aku datang menziarahimu kembali disini, tetapi bukan menjadi petugas haji seperti sekarang....
Jadi, berdasarkan penjelasan Puang Makka bahwa Kebutuhan itu adalah selalu mengacu pada segala sesuatu yang diperlukan untuk kelangsungan hidup diri sendiri, seperti makanan, pakaian, tempat tinggal dan termasuk (juga) kebutuhan beribadah serta lain-lain. Sedangkan keinginan mengacu pada hasrat dan kecenderungan diri untuk segala sesuatu yang membawa kesenangan dan kenikmatan, apakah diri ini membutuhkannya secara praktis dan realistis atau tidak. Dan terkadang tanpa disadari.
Definisi lain, Kebutuhan memiliki satu subjek yang spesifik dan disadari. Adapun keinginan, subjeknya tidak didefinisikan secara spesifik, dan seringkali tanpa disadari, karena subjek keinginan yang dinyatakan dipermukaan tidak selalu mewakili subjek yang sebenarnya, tetapi hanya untuk mengimbanginya, seperti keinginan pak Sunandar untuk memiliki mobil Alphard Putih mungkin itu bukan tujuannya, tetapi keinginannya sesungguhnya adalah hanya untuk gengsi, keren-kerenan dan agar supaya tampil berwibawa. Atau seorang anak muda yang ingin memiliki motor YAMAHA N-MAX, itu bukan tujuan utamanya tapi hanya ingin tampil macho dihadapan cewek gebetannya doang...!
Kebutuhan (juga) dicirikan oleh keselarasan dan kewajaran, sedangkan keinginan ditandai dengan perubahan yang cepat, kadang kontradiksi, dan kadang irasionalitas. Misalnya ingin Memiliki sayap, atau ingin hidup kembali setelah mati, atau ingin menjadi Superman, dst!
Perlu dicatat bahwa; pemuasan beberapa keinginan bisa saja mengorbankan kebutuhan lain, dan pemenuhan kebutuhan tertentu dapat membantu seseorang untuk memuaskan sebagian dari keinginannya, seperti keinginan puasa Sunnah hari senin atau kamis itu bisa saja di batalkan atau ditunda oleh kebutuhan akan makanan, kebutuhan akan keamanan dan pemeliharaan diri.
PENTING! Bahwa pemenuhan kebutuhan menjamin kehidupan dan kelangsungan hidup, tetapi pemenuhan beberapa keinginan dapat mengancam kehidupan itu sendiri, seperti keinginan untuk mendaki gunung yang terjal.
Wallahul Musta'an !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Salam!