Senin, Agustus 02, 2021

KELEDAI MEMBAWA KITAB SUCI AGAMA YAHUDI :

*Serial: Hidayah 99 Analogi Inspiratif AlQuran (94)

Analogi Rabi Yahudi Bag Keledai Membawa Talmud  

By: Med Hatta 

"Keledai (Himar: Arab) adalah hewan yang sangat mirip dengan kuda, tetapi ia lebih apik dari kuda terutama segi fisik, akal dan emosi. Keledai memiliki karakter lebih tenang dan tidak cepat panik seperti kuda, namun ia juga dikenal keras kepala. Keistimewaan lain keledai ialah memiliki kepedulian sangat tinggi dibandingkan kuda, lebih cerdas dan mempunyai kekuatan mengingat serta membedakan tempat dan orang yang pernah mereka temui - meski - setelah 25 tahun berlalu. Selain itu keledai pun mempunyai peran penting dalam mitologi pada pelbagai literatur masyarakat masa lalu, semua anak-anak pasti pernah mendengar kisah Juha dan keledainya yang melegenda sepanjang masa. Dan, ajaibnya hewan sahabat dekat dengan manusia inipun mempunyai sebutan yang fenomenal dalam AlQuran, dan dengan karakter yang bervariasi; antara pahlawan, keteladanan, antagonis, bodoh dan pengecut. Salah satu sebutan yang istimewa bagi keladai dalam AlQuran adalah pada ayat kajian ini, di mana keledai dianalogikan sebagai pembawa kitab suci masyarakat Yahudi."
*Baca: Versi Seluler 

Allah berfirman : 

مَثَلُ ٱلَّذِينَ حُمِّلُوا۟ ٱلتَّوْرَىٰةَ ثُمَّ لَمْ يَحْمِلُوهَا كَمَثَلِ ٱلْحِمَارِ يَحْمِلُ أَسْفَارًۢا ۚ بِئْسَ مَثَلُ ٱلْقَوْمِ ٱلَّذِينَ كَذَّبُوا۟ بِـَٔايَٰتِ ٱللَّهِ ۚ وَٱللَّهُ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلظَّٰلِمِينَ

Terjemah Arti: "Perumpamaan orang-orang yang diberi tugas membawa Taurat, kemudian mereka tidak membawanya (tidak mengamalkannya) adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Sangat buruk perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim." (QS. Al-Jum'at: 5). 

Kitab suci AlQuran menyebutkan nama hewan keledai sebanyak lima pada lima surah yang berbeda dan dalam karakternya yang berbeda-beda yang disimbolkan padanya oleh Allah SWT: Pertama, sebagai hewan yang familiar, simpati dan membantu manusia, agar menjadi ibrah mengingatkan manusia akan nikmat Allah SWT yang telah menjinakkan baginya beberapa jenis hewan seperti keledai sebagai perhiasan, transportasi dan kendaraan angkutan mereka. Allah berfirman :

وَٱلْخَيْلَ وَٱلْبِغَالَ وَٱلْحَمِيرَ لِتَرْكَبُوهَا وَزِينَةً ۚ وَيَخْلُقُ مَا لَا تَعْلَمُونَ

Terjemah Arti: "dan (Dia telah menciptakan) kuda, bagal, dan keledai, untuk kamu tunggangi dan (menjadi) perhiasan. Allah menciptakan apa yang tidak kamu ketahui." (QS. An-Nahl: 8).

Kedua, keledai disebut sebagai inspirasi moral dengan suaranya yang kasar. Karenanya Luqman Al-Hakim menasehatkan kepada anaknya agar selalu merendahkan suaranya dan tidak meninggikannya seperti suara keledai sehingga tidak menyenangkan bagi orang-orang. Nasehat Al-Hakim ini disebut sebagai inti dari semua pesan-pesan yang bijaksana, termasuk larangan berperilaku sombong, dan menyuruh untuk rendah hati dan sopan santun dalam perbuatan dan ucapan. Allah berfirman : 

وَٱقْصِدْ فِى مَشْيِكَ وَٱغْضُضْ مِن صَوْتِكَ ۚ إِنَّ أَنكَرَ ٱلْأَصْوَٰتِ لَصَوْتُ ٱلْحَمِيرِ

Terjemah Arti: "Dan sederhanakanlah dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai." (QS. Luqman: 19).

Ketiga, hewan keledai bersama tuannya, nabi Allah 'Uzair as menjadi inspirasi penting bagi manusia atas kekuasaan Allah SWT mengembalikan hidup makhluk-Nya setelah mati, yaitu setelah keduanya dimatikan oleh Allah SWT selama 100 tahun kemudian dibangkitkan kembali untuk menjadi saksi hidup dan perumpamaan-live adanya kebangkitan setelah kematian. Allah berfirman : 

أَوْ كَٱلَّذِى مَرَّ عَلَىٰ قَرْيَةٍ وَهِىَ خَاوِيَةٌ عَلَىٰ عُرُوشِهَا قَالَ أَنَّىٰ يُحْىِۦ هَٰذِهِ ٱللَّهُ بَعْدَ مَوْتِهَا ۖ فَأَمَاتَهُ ٱللَّهُ مِا۟ئَةَ عَامٍ ثُمَّ بَعَثَهُۥ ۖ قَالَ كَمْ لَبِثْتَ ۖ قَالَ لَبِثْتُ يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ ۖ قَالَ بَل لَّبِثْتَ مِا۟ئَةَ عَامٍ فَٱنظُرْ إِلَىٰ طَعَامِكَ وَشَرَابِكَ لَمْ يَتَسَنَّهْ ۖ وَٱنظُرْ إِلَىٰ حِمَارِكَ وَلِنَجْعَلَكَ ءَايَةً لِّلنَّاسِ ۖ وَٱنظُرْ إِلَى ٱلْعِظَامِ كَيْفَ نُنشِزُهَا ثُمَّ نَكْسُوهَا لَحْمًا ۚ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُۥ قَالَ أَعْلَمُ أَنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ

Terjemah Arti: "Atau seperti orang yang melewati suatu negeri yang (bangunan-bangunannya) telah roboh hingga menutupi (reruntuhan) atap-atapnya, dia berkata, "Bagaimana Allah menghidupkan kembali (negeri) ini setelah hancur?" Lalu Allah mematikannya (orang itu) selama seratus tahun, kemudian membangkitkannya (menghidupkannya) kembali. Dan (Allah) bertanya, "Berapa lama engkau tinggal (di sini)?" Dia (orang itu) menjawab, "Aku tinggal (di sini) sehari atau setengah hari." 

Allah berfirman, "Tidak! Engkau telah tinggal seratus tahun. Lihatlah makanan dan minumanmu yang belum berubah, tetapi lihatlah keledaimu (yang telah menjadi tulang-belulang). Dan agar Kami jadikan engkau tanda kekuasaan Kami bagi manusia. Lihatlah tulang-belulang (keledai itu), bagaimana Kami menyusunnya kembali kemudian Kami membalutnya dengan daging." Maka ketika telah nyata baginya, dia pun berkata, "Saya mengetahui bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu." (QS. Al-Baqarah: 259). 

Keempat: Nama keledai dianalogikan sebagai orang kafir yang kabur dari mendengarkan kebenaran, seperti keledai yang lari terbirit-birit ketakutan dari terkaman singa yang mengejarnya dari belakang sebagai buruan. Allah berfirman : 

فَمَا لَهُمْ عَنِ ٱلتَّذْكِرَةِ مُعْرِضِينَ؛ كَأَنَّهُمْ حُمُرٌ مُّسْتَنفِرَةٌ؛ فَرَّتْ مِن قَسْوَرَةٍۭ

Terjemah Arti: "Lalu mengapa mereka (orang-orang kafir) berpaling dari peringatan (Allah)? Seakan-akan mereka keledai liar yang lari terkejut, lari dari singa." (QS. Al-Mudatsir: 49-52). 

Kelima, adalah ayat kajian - sekarang - yang mengilustrasikan keadaan para rabi agama Yahudi Madinah yang telah diwariskan kepada mereka kitab Taurat yang diajarkan oleh nabi Musa as dari Tuhannya. Mereka diperintahkan untuk mempelajari dan melaksanakan amar kitab suci tersebut - khususnya - tentang bisyarah yang memberitakan akan kedatangan nabi terakhir yang diutus oleh Allah SWT untuk semesta alam, yaitu Rasulullah Muhammad SAW yang membawa ajaran kitab suci AlQuran. 

Seluruh ahli kitab wajib beriman kepada nabi yang diutus terakhir untuk mereka dan untuk semesta alam yang sudah hadir dihadapan mereka, serta mengikuti petunjuk AlQuran yang sempurna. Tetapi orang-orang Yahudi menolaknya dan tidak memahami amar kitab Taurat sebagaimana mestinya. Maka mereka dijadikan perumpamaan (buruk) dalam AlQuran. Allah berfirman : 

مَثَلُ ٱلَّذِينَ حُمِّلُوا۟ ٱلتَّوْرَىٰةَ 

Terjemah Arti: "Perumpamaan orang-orang yang diberi tugas membawa Taurat"; 

Sudah jelah objek perumpamaan AlQuran pada ayat kajian, adalah orang-orang yang diberikan beban mengajarkan isi amar kitab Taurat, yaitu para rabi (ulama) agama Yahudi yang hidup pada masa kenabian Rasulullah SAW di Madinah. Karena mereka - sejatinya - yang bertanggung jawab mentransfermasikan kepada umat tentamg amar kitab taurat yang dibawa oleh nabi Musa as dari Tuhannya itu, pada momen-momen yang dijanjikannya telah tiba, yaitu bisyarah (berita) kedatangan nabi terakhir untuk semesta alam, adalah nabi Muhammad SAW yang sudah hadir di depan mata mereka, dan mereka mengenalnya seperti menghafal anak-anak kandung mereka sendiri. Allah berfirman : 

ٱلَّذِينَ ءَاتَيْنَٰهُمُ ٱلْكِتَٰبَ يَعْرِفُونَهُۥ كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَآءَهُمْ ۖ وَإِنَّ فَرِيقًا مِّنْهُمْ لَيَكْتُمُونَ ٱلْحَقَّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ

Terjemah Arti: "Orang-orang yang telah Kami beri Kitab (Taurat dan Injil) mengenalnya (Muhammad) seperti mereka mengenal anak-anak mereka sendiri. Sesungguhnya sebagian mereka pasti menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui(nya)." (QS. Al-Baqarah: 146). 

Ketika ayat yang disebutkan terakhir ini turun kepada nabi Muhammad SAW, Omar bin Khattab ra bertanya kepada Abdullah bin Sallam (mantan ketua rabi Yahudi Madinah): Apakah kamu - semasa Yahudi - mengenal Muhammad? Abdullah bin Sallam menjawab: Ya, kami kenal, bahkan sangat mengenalnya. Bahwa Allah mengutus kepercayaannya di langit (Jibril as) kepada kepercayaannya di bumi, dan orang yang dituju itu sesuai sifat-sifat dan karakter Muhammad SAW. Sedangkan anakku sendiri saya tidak mengenalnya sedetail itu kecuali bahwa dia lahir dari ibunya yaitu istriku. (Lihat: Tafsir Al Qurthubi: 2/ 163). 

Karenanya, para rabi Yahudi Madinah itu, kecuali Abdullahi bin Sallam, yang beriman kepada nabi Muhammad SAW setelah menguji kebenarannya, adalah disebut tidak amanah dan menyembunyikan kebenaran padahal mereka mengetahuinya. Allah berfirman : 

ثُمَّ لَمْ يَحْمِلُوهَا كَمَثَلِ ٱلْحِمَارِ يَحْمِلُ أَسْفَارًۢا ۚ 

Terjemah Arti: " kemudian mereka tidak membawanya (tidak mengamalkannya) adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal.

Yaitu, para rabi Yahudi Madinah disebut tidak menjalankan amar bisyarah kitab Taurat yang telah dibebankan di atas pundak mereka, oleh karena itu, mereka - para rabi Yahudi yang sesat itu - diibaratkan seperti keledai yang membawa kitab-kitab di atas punggungnya tapi ia tidak mengetahui nilai kandungannya dan tidak mengambil manfaat dari kitab-kitab yang suci itu kecuali hanya cepek dan menderita saja. 

Oleh sebab itu, Allah mengutuk mereka dan menjauhkannya dari jalan hidayah, karena kelalaian dan kezaliman mereka sendiri. Allah berfirman : 

بِئْسَ مَثَلُ ٱلْقَوْمِ ٱلَّذِينَ كَذَّبُوا۟ بِـَٔايَٰتِ ٱللَّهِ ۚ وَٱللَّهُ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلظَّٰلِمِينَ

Terjemah Arti: "Sangat buruk perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.

Wallahu Musta'an !



KAJIAN SELANJUTNYA : 

(88) Ten 

(89) Ten 

(90) Ten

(91) Ten 

(92) Ten 

KAJIAN SEBELUMNYA : 

(86) Ten 

(85) Ten 

(84) Ten 

(83) Ten 

(82) Nafkah Harta Orang Kafir Laksana Angin Yang Dingin Membawa Bencana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Salam!