Simbol Sains Di Dalam AlQuran (IV.c) |
(Keunggulan Sains Pada Ayat-Ayat Sumpah Di Dalam AlQuran) :
KETIGA: Malam Menutupi Siang :
By: Med Hatta
Allah berfirman :
وَٱلَّيْلِ إِذَا يَغْشَىٰ
Terjemah Arti: "Demi malam apabila menutupi (cahaya siang)" (QS. Al-Lail: 1);
Kata dasar “al-ghisyyan” pada “wallaili idza yaghsyaa”: Adalah salah satu periode dari periode-periode malam yang terjadi setiap hari, yaitu hari bumi. Dan akan terjadi juga pada peristiwa-peristiwa malam panjang itu, pada saat itu siang ada dan matahari pun diciptakan tetapi malam menutupi memanfaatkan ketidak beradaan keduanya pada bagian lain.
KEEMPAT: Malam Telah Pergi:
Allah berfirman :
وَٱلَّيْلِ إِذَا يَسْرِ
Terjemah Arti: "demi malam apabila berlalu" (QS. Al-Fajr: 4);
Pendapat Ahli Tafsir: Kebanyakan ahli tafsir berpendapat bahwa kata “yasrie” pada ayat “wallaili Idza yasar”: yaitu, berlalu dan pergi. Sedangkan Qatadah dan Abu Al-Aliyah menafsirkan: yaitu, datang dan pergi, ada pula riwayat dari Ibrahim: “wallaili idza yasar”, yaitu malam apabila telah bersemayam. Dan Ikrima, Al-Kalbi, Mujahid dan Ka’ab menafsirkan: “Allail”: yaitu malam Muzdalifa secara khusus, karena malam itu berkumpulnya manusia melaksanakan ibadah dan ketaatan kepada Allah. Dan ada pula mengatakan: yaitu Lailatulqadr, karena pada malam itu datang rahmat yang berlimpah dan malam dimana dikhususkan untuk memperbanyak pahala. Serta ada ahli tafsir mengatakan malam secara umum.
Sedangkan menurut kajian ini adalah apabila malam telah pergi selamanya meninggalkan waktu terbenam matahari dibelahan bumi yang menghadapinya, sebagai periode lain dari peristiwa-peristiwa malam khusus itu. Pada keadaan umum yang berulang-ulang setiap hari saat seperti ini terjadi kira-kira setelah lewat tengah malam.
KELIMA: Malam Yang Sepi:
Allah berfirman :
وَٱلَّيْلِ إِذَا سَجَىٰ
Terjemah Arti: "dan demi malam apabila telah sunyi" (QS. Ad-Dhuha: 2).
Arti ayat ke-2 surah Adh-Dhuhaa: “Demi malam apabila telah sunyi”, yaitu apabila telah berdiam dan menetap. Allah Berfirman pada ayat ke-3 surah Al-Falaq: “Dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita”, Kalimat “al-ghasaq” (gelap gulita) pada ayat terakhir ini adalah malam gelap gulita yang tidak disertai bulan.
Ayat ini menjelaskan bahwa diantara peristiwa-peristiwa malam panjang menjelang kiamat nanti, terjadi suatu malam yang sangat gelap dan amat sepi. Pada kenyataan setiap hari yang sering kita lalui kejadian seperti ini pada awal malam.
KEENAM: Malam Menutupi Matahari:
Allah berfirman :
وَٱلَّيْلِ إِذَا يَغْشَىٰهَا
Terjemah Arti: "demi malam apabila menutupinya (gelap gulita)" (As-Syams: 4);
Penjelasan secara rinci ayat tentang fenomena alam diatas dapat dirujuk pada dua ayat yang lain di dalam Al Qur’an, sebagai berikut:
- “… Dia (Allah) menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat” (Q.S: Al A’raf: 54).
- “… Allah menutupkan malam kepada siang” Q.S: Arra’d: 3).
Kata kerja “yaghsyaha” pada ayat ini berasal dari kata dasar “al ghisya” berarti penutup.
Dengan demikian dapat dipahami arti “demi malam apabila menutupinya (siang)” pada ayat-ayat di atas, bahwa Allah SWT menutup dengan kegelapan malam tempat cahaya siang di atas bumi secara berangsur-angsur sehingga menjadi malam, dan menutup dengan cahaya siang tempat gelap malam di atas bumi secara berangsur-angsur sehingga menjadi siang hari. Yang juga merupakan sebuah isyarat halus tentang bentuk bumi yang bulat dan berputar pada porosnya mengelilingi matahari, setiap satu putaran 24 jam, terbagi – dengan selisi sedikit sesuai musim dibelahan bumi tertentu – kepada malam dan siang. Pada kenyataan biasa terjadi setiap hari kira-kira berkisar pukul: 17.00 – 18.00 pada awal malam, pada fase ini ketebalan gelap datang menyelimuti matahari dan menutupinya.
Dan bahwa sesungguhnya keadaan seperti ini juga akan terjadi pada peristiwa-peristiwa malam panjang menjelang kiamat kelak.
KETUJUH: Malam Dan Apa Yang Diselubunginya:
Allah berfirman :
فلا أقسم بالشفق؛ وَٱلَّيْلِ وَمَا وَسَقَ
Terjemah Arti: "Maka sesungguhnya bersumpah demi cahaya merah di waktu senja, dan demi malam dan apa yang diselubunginya" (QS. Al-Insyiqaq: 17);
Kalimat “asysyafaq” (senja) pada ayat ke-16 surah Al-Insyiqaq: Yaitu periode antara malam dan siang (kita ada kajian khusus tentang ini, menyusul). Dan malam dan apa yang diselubunginya: Yaitu ketika siang telah beranjak pergi selamanya selanjutnya akan diselubungi oleh malam terus menerus sampai hari kiamat.
Peristiwa Malam-malam Sepuluh Yang Lain:Ketujuh malam diatas merupakan periode-periode waktu malam yang umum terjadi setiap hari bumi. Dan secara khusus dipahami sebagai cerminan peristiwa-peristiwa malam panjang menjelang kiamat datang.
Dan adapun sisanya tiga peristiwa-peristiwa malam khusus lainnya, disebutkan di dalam Al Qur’an, yaitu: Malam Al Qadr (Lailatulqadr), malam mubarak, dan malam Al Israa. Ketiga malam yang secara khusus tersebut di dalam Al Qur’an terakhir ini tidak datang dalam bentuk sumpah seperti ketujuh malam telah dijelaskan sebelumnya, tetapi mengingat pentingnya malam-malam ini dalam sejarah manusia maka digolongkan dalam sepuluh peristiwa-peristiwa malam “demi malam yang sepuluh”. Penjelasannya sebagai berikut:
KEDELAPAN: MALAM AL QADR (LAILATULQADR):
Allah Berfirman:
إِنَّآ أَنزَلْنَٰهُ فِى لَيْلَةِ ٱلْقَدْرِ؛ وَمَآ أَدْرَىٰكَ مَا لَيْلَةُ ٱلْقَدْرِ؛ لَيْلَةُ ٱلْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ؛ تَنَزَّلُ ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ وَٱلرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ؛ سَلَٰمٌ هِىَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ ٱلْفَجْرِ.
Terjemah Arti: "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam qadar. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar" (QS. Al-Qadr: 1-5).
Dari konteks 5 ayat dari surah Al Qadr diatas, diketahui bahwa peristiwa malam Al Qadr (Lailatulqadr) itu hanya terjadi sekali dalam setahun dari sejak malam turunnya Al Qur’an kepada nabi Muhammad SAW sampai hari kiamat kelak. Bahwa semalam saja pada peristiwa malam itu Nilai kebaikannya melebihi dari 1000 bulan, atau sekitar 30.416 malam bumi, atau lebih dari 83 tahun bumi.
Sebabnya karena pada peristiwa malam itu Allah mengizinkan semua malaikat yang mengurusi manusia dan bagian kesejahteraan bumi turun dibawah pimpinan malaikat Jibril untuk melaksanakan segala tugasnya. Maka sepanjang malam itu diliputi oleh kedamaian dan kesejahteraan sampai dengan terbit fajar.
Kapan Peristiwa Lailatulqadr?Untuk menyingkap kapan persisnya peristiwa Lailatulqadr, kajian ini akan berusaha maksimal mempelajari beberapa hadits dan pengalaman-pengalaman shahabat nabi tentang peristiwa luar biasa tersebut, serta akan dilengkapi dengan pengalaman pribadi yang cukup menakjubkan, sebagai berikut:
A. Hadits Nabi:
Hadits diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitab shahihnya: Dari Ebadah bin Ash-Shamit berkata: Nabi Muhammad SAW keluar untuk memberitahukan kepada kita tentang lailatulqadr tiba-tiba dicegat oleh dua orang muslim, maka Nabi SAW bersabda: “tadinya aku keluar untuk memberitahukan kalian dengan lailatulqadr….” (Hadist).
Ibn Hajar mengomentari hadits riwayat Imam Bukhari ini: Sabda Nabi SAW “untuk memberitahukan kalian”: yaitu memastikan lailatulqadr.
Hadits diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Kitab Shahihnya: Dari Ebadah bin Ash-Shamit mengatakan, Rasulullah SAW bersabda: “… Maka raba-rabalah pada malam kesembilan, ketujuh dan kelima (sepuluh terakhir)”. (Hadits).
Menurut dalam kamus “Lisan Al-Arab”: Kata kerja “lamasa, al-iltimaas” (raba, meraba-raba) pada hadits; yaitu “ath-thalabu” (mencari), “ath-thalammus” (mencari terus menerus).
Hadits dalam Kitab Shahih Bukhari dari Aisya ra; bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Pantaulah Lailatulqadr pada malam ganjil dari sepuluh terakhir bulan Ramadhan”. (Hadits).
Menurut dalam kamus “Lisan Al-Arab”: Kata dasar “At-taharri” (memantau) pada hadits; yaitu berharap dan bersunggu-sungguh dalam pencarian dan tekun melakukan sesuatu dengan tingkah dan laku.
Sabda Rasulullah SAW: “Carilah Lailatulqadr pada malam dua puluh tiga”. (Kitab Shahih Ibn Khuzeimah dari Abdullah bin Unais r.a.).
Imam Bukhari menuliskan bab khusus dalam Kitab Shahihnya: Pengetahuan Lailatulqadr terhalang oleh cegatan orang, lalu Imam berkata: Telah diberitakan kepada kami oleh Muhammad bin Al-Mutsanna, oleh Khalid bin Al-Harits, oleh Hamid, oleh Anas, dari Ebadah bin Ash-Shamit ra berkata: Nabi Muhammad SAW keluar untuk memberitahukan kepada kita tentang lailatulqadr tiba-tiba dicegat oleh dua orang muslim, maka Nabi SAW bersaabda: “tadinya aku keluar untuk memberitahukan kalian dengan lailatulqadr tiba-tiba dicegat oleh (fulan dan fulan), maka tergantung (lupa),semoga itu lebih baik bagi kalian maka carilah itu pada Sembilan, tujuh dan lima (sepuluh terakhir)” (Hadist).
Dari hadits-hadits diatas diketahui bahwa Lailatulqadr bukan hal yang gaib, tetapi bisa dipantau oleh manusia yang menginginkan kemuliaanya.
B. Pengetahuan Shahabat-shahabat Nabi Tentang Lailatulqadr:
Imam Muslim meriwayatkan dalam Kitab Shahihnya: Muhammad bin Abdela’laa telah mencerikan kepada saya, kami diceritakan oleh Al-Mu’tamar, oleh Emarah bin Ghaziyah Al Anshari berkata: Saya telah mendengarkan Muhammad bin Ibrahim menceritakan dari Abu Salamah dari Abu Said Al-Khudri r.a. berkata: Bahwa sanya Rasulullah SAW i’tikaf pada 10 pertama Ramadhan kemudian i’tikaf (lagi) 10 pertengahan di sebuah qubah yang beratap anyaman, lalu Rasulullah menyingkap anyaman tersebut dengan tangannya dan melongokkan kepala di atas qubah seraya berseru kepada orang-orang dan mereka mendengarkannya, bersabda: “Sesungguhnya aku telah i’tikaf pada 10 pertama (Ramadhan) mencari malam itu (Lailatulqadr) dan i’tikaf (lagi) pada 10 pertengahan kemudian saya didatangi (Jibri atau firasat-Red) mengatakan bahwa (Lailatulqadr) datang pada 10 terakhir, maka barangsiapa diantara kalian ingin i’tikaf maka beri’tikaflah”. (Lanjut Abu Said Al-Khudri): Maka orang-orang pada i’tikaf bersama Rasulullah SAW, dan saya menyaksikan Lailatulqadr pada malam ganjil serta saya bersujud pada paginya diatas lumpur dan genangan air. Kejadian itu pada malam ke-21, Rasulullah SAW Shalat sampai subuh dalam suasana hujan bercucuran menggenangi mesjid, maka nampak lumpur dan genangan air. Nabi keluar dari mesjid setelah shalat subuh dengan bekas lumpur dan basah pada dahi dan ujung hidung beliau. Maka Lailatulqadr adalah malam ke-21 dari 10 terakhir (Ramadhan).
Riwayat dari Imam Muslim, berkata: Said bin Amr bin Sahl bin Ishaq bin Muhammad bin Al-Asy’ats bin Qais Al Kindi dan Ali bin Khasyram keduanya bercerita kepada kami; kami telah diceritakan oleh Abu Dhamrah ia diceritakan oleh Adh-Dhahhak bin Otsman, berkata Ibn Khasyram dari Adh-Dhahhak bin Otsman dari Abu An-Nadher - Maula – Omar bin Obeidillah dari Basr bin Said dari Abdellah bin Unais: Bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Tahukah kamu aku telah mengetahul Lailatulqadr kemudian lupa, dan saya teringat subuhnya saya bersujud diatas air dan lumpur”. Lanjut (Abdellah bin Unais): Pada waktu itu kami diguyur hujan malam ke-23, maka Rasulullah SAW memimpin kami shalat jama’ah setelah selasai beliau keluar dengan bekas basah dan lumpur pada dahi dan hidung beliau. Abdellah bin Unais berpendapat: Malam ke-23.
Riwayat Muslim dalam Kitab Shahihnya berkata: Muhammad bin Hatem dan Ibn Abu Omar telah bercerita kepada kami, keduanya dari sumber Oyainah, Ibn Hatem menceritakan kami dari Sofyan bin Oyainah dari Abdah dan Ashem bin Abu An-Nujud, kami mendengarkan Zarr bin Hubaisy berkata: Saya telah tanya Ubay bin Ka’ab r.a. bahwa: Adalah saudaramu Ibn Mas’ud telah berkata barang siapa mendapatkan tahun depan hendaklah mencari Lailatulqadr, Dia (Ubay bin Ka’ab) menjawab: Semoga Allah merahmatinya (Ibn Mas’ud), dia sebenarnya tidak ingin mengatakannya kepada orang lain padahal dia sudah tahu kalau itu di bulan Ramadhan, pada 10 terakhir tepatnya malam ke-27...
Menentukan Nama dan Waktu Peristiwa Lailatulqadr:Dari ayat kajian diatas dipastikan bahwa peristiwa Lailatulqadr terjadi pada suatu malam, dan nama malam itu tentunya tidak terlepas dari salah satu dari 7 malam yang kita kenal, yaitu malam-malam: (Sabtu – Ahad – Senin – Selasa – Rabu – Kamis atau Juma’at).
Dan dari keterangan-keterangan hadits diatas semakin menambah pengetahuan kita terhadap peristiwa malam mulia itu dan menggugah hati untuk mendifinisikannya dan mengungkap initial nama malamnya. Dari berbagai riwayat hadits nabi mengisyaratkan pada 10 terakhir bulan Ramadan. Semakin jelas bahwa peristiwa Lailatulqadr terjadi pada suatu malam tertentu, satu nama dan terjadi diantara hitungan ganjil pada 10 terakhir bulan suci Ramadhan. Maka Lailatulqadr terjadi pada malam-malam ke: (21 – 23 – 25 – 27 atau 29)...
Kemudian dari pengalaman-pengalaman para shabat Rasulullah SAW, sebagaimana pada beberapa sampel di atas, diperoleh keterangan lebih rinci bahwa mereka pada umumnya telah mengetahui peristiwa Lailatulqadr dengan pengalaman yang berbeda-beda setiap tahun selama bersama Rasulullah SAW, seperti:
- Abu Said Al-Khudri r.a; mengetahui malam ke-21 (HR. Muslim)
- Abdellah ibn Unais r.a; mengetahui malam ke-23 (HR. Muslim)
- Abdellah ibn Abbas r.a; mengetahui malam ke-23 (HR. Ahmad)
- Abu Zar r.a; mengetahui malam ke-27 (HR. Ibn Khuzaimah)
- Ubay ibn Ka’ab r.a; mengetahui malam ke-27 (HR. Muslim).
Ciri-ciri Lailatulqadr?
Keterangan-keterangan diatas lebih jauh merinci Lailatulqadr terjadi pada malam hari, memiliki satu nama tertentu, peristiwanya pada malam-malam ganjil di 10 terakhir Ramadhan. Dan berpindah-pindah diantara malam-malam ganjil. Nah, bagaimana menentukan/ memastikan Peristiwa Lailatulqadr itu…?
Ciri-ciri Lailatulqadr telah digambarkan oleh Rasulullah SAW secara rinci, sebagai berikut:
- “Lailatulqadr: Malam yang damai, tenang, tiada panas dan tiada dingin, Matahari di pagi harinya lemah merekah”. (HR: Abu Daud dan Al Baihaqi, dikuatkan oleh Syekh Al-Albani sebagai hadits shahih dalam Kitabnya Shahih Al-Jami, no: 5475).
- “Lailatulqadr: malam ke-27 dan 29, Malaikat-malaikat pada malam itu berkumpul di bumi dalam jumlah tidak terjangkau banyaknya”. (HR: Ahmad dari Abu Hurairah dan riwayat Abu Daud dan Ibn Khuzaimah, disebutkan Syekh Al-Albani sebagai hadits “Hasan”, Kitab Shahih Al-Jami, no: 5473).
- Lailatulqadr: Malam agung, tiada panas dan tiada dingin, tidak ada bintang jatuh dan ciri-ciri harinya matahari tidak bersinar terang”, dikategorikan oleh Syekh Al-Albani sebagai hadits “Hasan”, Kitab Shahih Al-Jami, no: 5472).
>>>>>> Bersambung....!!! ]•Lihat Disini===>>>
Kajian Terkait :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Salam!