Jumat, Juni 13, 2008

CATATAN PENTING TENTANG LAILATUL QADR :

Simbol Sains Di Dalam AlQuran (IV.d) |

(Keunggulan Sains Pada Ayat-Ayat Sumpah Di Dalam AlQuran) : 

Catatan Penting dari Seorang Hamba : 

By: Med Hatta 


Berdasarkan dari keterangan-keterangan diatas dan diperjelas oleh ciri-ciri yang telah digambarkan Rasulullah SAW ini, dengan pertolongan dan inayah Allah SWT, melalui kajian ini penulis berharap dapat mendeksi Peristiwa Lailatulqadr yang mulia itu. Metode kajian ini adalah mendeteksi Peristiwa Lailatulqadr pada malam-malam ganjil dari 10 terakhir bulan suci Ramadan dengan merujuk kepada ciri-ciri yang telah digambarkan oleh Rasulullah SAW, karena kajian ini sangat yakin bahwa hadits-hadits tersebut Fakta nyata – tanpa meragukan – yaitu mengindentifikasikan Peristiwa malam itu dengan mengetahui cuaca pagi dari Lailatulqadr.

Dengan mengetahui suasana pagi dari malam Alqadr, membantu mengidentifikasi Lailatulqadr itu sendiri dan memudahkan merinci tanggal persisnya diantara malam-malam ganjil tersebut.

Dan, Alhamdulillah Rabbil'alamin - secara tidak sengaja - penulis menemukan sebuah catatan penting dari seorang hamba Allah, ia mencatatkan pengalamannya semenjak dari tahun 1419 H/ 1998 M merecord suasana terbitnya matahari pada setiap sepuluh terakhir Ramadhan. Dalam catatan tersebut nampak jelas hanya ada satu pagi saja yang mataharinya bersinar lemah, yaitu paginya malam Selasa pada setiap hitungan ganjil dari 10 terakhir Ramadhan dan berulang setiap tahun. Dan tidak pernah bergeser pagi ini dari pagi Malam Selasa selamanya. Tetapi yang berubah bukan nama malam itu melainkan tanggalnya saja.

Pagi dari malam Selasa yang mataharinya tidak bercahaya tersebut tetap tiada pernah berubah setiap tahunnya semenjak dari: (1419 H, 1420 H, 1421 H, 1422 H, 1423 H, 1424 H, dan Tahun 1425 H). Matahari terbit dengan cahaya lemah hanya pada setiap pagi dari malam Selasa saja, dan berpindah dari hitungan ganjil ke ganjil lain pada sepuluh terakhir Ramadhan (21 – 23 – 25 – 27 dan 29). Dengan perpindahan tanggal-tanggal tersebut, telah menyempurnakan 5 kali perpindahan pada 5 malam-malam ganjil.

Lailatulqadr Hanya Terjadi Pada Malam Selasa Sampai Hari Kiamat:Berikut ini Jadwal Perpindahan Lailatulqadr Pada 11 tahun terakhir dan menjadi pedoman Untuk Tahun-Tahun Berikutnya. Nampak jelas bahwa Lailatulqadr hanya terjadi pada malam Selasa saja setiap 10 terakhir bulan suci Ramadhan, Lihat Jadwal:


Dan dari keterangan diatas didapatkan sebuah kesimpulan baru dan pengetahuan baru untuk pemikiran Islam, sebagai berikut:

  • PERTAMA: Matahari tidak terbit tanpa sinar dan redup kecuali hanya pada pagi dari malam Selasa saja di setiap hitungan ganjil dari 10 terakhir bulan suci Ramadhan.
  • KEDUA: Lailatulqadr terjadi pada malam Selasa dan tidak akan berubah sampai hari kiamat.
  • KETIGA: Bulan suci Ramadhan tidak akan berawal di planet bumi pada malam Jum’at dan tidak juga malam Ahad sampai kiamat.

Dua malam tidak akan diawali masuknya bulan suci Ramadhan Sampai Hari Kiamat:Dari hadits-hadits Rasulullah SAW diketahui bahwa Lailatulqadr tidak akan terjadi kecuali pada malam-malam ganjil dari sepuluh terakhir bulan suci Ramadhan. Bahwa Lailatulqadr hanya bisa terjadi pada malam Selasa saja sampai hari kiamat. Jika diasumsikan bulan suci Ramadhan masuk pada malam Jum’at, Lailatulqadr terjadi pada malam Selasa tanggal 26 (= genap dari sepuluh terakhir). Hal ini bertentangan dengan Hadits Rasulullah SAW bahwa Lailatulqadr terjadi pada malam ganjil dari 10 terakhir. Dengan demikian bulan Ramadhan tidak akan diawali dengan malam Jum’at sampai hari kiamat.

Begitu juga Jika diasumsikan bulan suci Ramadhan masuk pada malam Ahad, Lailatulqadr terjadi pada malam Selasa tanggal 24 (= genap dari sepuluh terakhir). Hal ini bertentangan dengan Hadits Rasulullah SAW bahwa Lailatulqadr terjadi pada malam ganjil dari 10 terakhir. Dengan demikian bulan Ramadhan tidak akan diawali dengan malam Ahad sampai hari kiamat.

Berikut ini Jadwal Menentukan Lailatulqadr berdasarkan dari malam yang dimulai masuknya Ramadhan dan sekaligus membatalkan awal Ramadhan dimulai pada malam Jum’at dan Ahad:


JADWAL I: Jika Bulan Suci Ramadhan Masuk pada malam Sabtu, Lailatulqadr jatuh pada Malam Selasa tanggal 25 (= ganjil dari sepuluh terakhir):


JADWAL II: Jika bulan suci Ramadhan masuk pada malam Ahad, Lailatulqadr malam Selasa tanggal 24 (= Genap dari sepuluh terakhir).

Hal ini bertentangan dengan Hadits Rasulullah SAW bahwa Lailatulqadr terjadi pada malam ganjil dari 10 terakhir.

Dengan demikian bulan Ramadhan tidak akan diawali dengan malam Ahad sampai hari kiamat:


JADWAL III: Jika Bulan Suci Ramadhan Masuk pada malam Senin, Lailatulqadr jatuh pada Malam Selasa tanggal 23 (ganjil dari sepuluh terakhir):


JADWAL IV: Jika Bulan Suci Ramadhan Masuk pada malam Selasa, Lailatulqadr jatuh pada Malam Selasa tanggal 29 (ganjil dari sepuluh terakhir) :


JADWAL V: Jika Bulan Suci Ramadhan Masuk pada malam Rabu, Lailatulqadr jatuh pada Malam Selasa tanggal 21(ganjil dari sepuluh terakhir):


JADWAL VI: Jika Bulan Suci Ramadhan Masuk pada malam Kamis, Lailatulqadr jatuh pada Malam Selasa tanggal 27 (ganjil dari sepuluh terakhir).


JADWAL VII: Jika bulan suci Ramadhan masuk pada malam Jum'at, Lailatulqadr malam Selasa tanggal 26 (= Genap dari sepuluh terakhir).

Hal ini bertentangan dengan Hadits Rasulullah SAW bahwa Lailatulqadr terjadi pada malam ganjil dari 10 terakhir.

Dengan demikian bulan Ramadhan tidak akan diawali dengan malam Ahad sampai hari kiamat. Wallahu A'lam...!

KESEMBILAN: Malam Mubarak:

Allah Berfirman: 

حمٓ؛ وَٱلْكِتَٰبِ ٱلْمُبِينِ؛ إِنَّآ أَنزَلْنَٰهُ فِى لَيْلَةٍ مُّبَٰرَكَةٍ ۚ إِنَّا كُنَّا مُنذِرِينَ؛ فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ؛ أَمْرًا مِّنْ عِندِنَآ ۚ إِنَّا كُنَّا مُرْسِلِينَ؛ رَحْمَةً مِّن رَّبِّكَ ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْعَلِيمُ...

Terjemah Arti: "Ha Min, Demi Kitab (Al-Qur'an) yang jelas, sesungguhnya Kami menurunkannya pada malam yang diberkahi. Sungguh, Kamilah yang memberi peringatan. Pada (malam itu) dijelaskan segala urusan yang penuh Hikmah, (yaitu) urusan dari sisi Kami. Sungguh, Kamilah yang mengutus Rasul-rasul, sebagai rahmat dari Tuhanmu. Sungguh, Dia Maha Mendengar, Maha Mengetahui" (QS. Ad-Dukhan: 1-6). 

KESEPULUH: MALAM AL ISRAA:

Allah Berfirman:

سُبْحَٰنَ ٱلَّذِىٓ أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِۦ لَيْلًا مِّنَ ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ إِلَى ٱلْمَسْجِدِ ٱلْأَقْصَا ٱلَّذِى بَٰرَكْنَا حَوْلَهُۥ لِنُرِيَهُۥ مِنْ ءَايَٰتِنَآ ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ

Terjemah Arti: "Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat" (QS. Al-Isra: 1). 

Pasal 3 

Periode Siang

Pada kajian yang lalu telah dijelaskan salah satu periode waktu yang paling fenomenal disebutkan dalam al Qur’an yaitu periode malam. Dan telah dijelaskan bahwa pada pergantian malam dan siang secara rutin merupakan sebuah isyarat eksplisit tentang bentuk bumi yang bulat dan berputar pada porosnya mengelilingi matahari, setiap satu putaran 24 jam, terbagi – dengan selisi sedikit – kepada malam dan siang.

Sebelum beralih kepada kajian baru ini penulis ingin menguraikan arti dua kata kunci yang terdapat pada dua ayat diatas, yaitu: (An-nahar dan Jalla) dari segi bahasanya, kemudian menelusuri penyebutan kalimat annahar di dalam Al Qur’an dimaksudkan untuk mengetahui makna lebih dalam dari kalimat tersebut terseber diberbagai ayat yang saling terkait satu sama yang lain.

Wannahari idza jalla-ha”:

An-nahar (siang), menurut bahasa adalah lawan dari kalimat “al-Lail” (malam), yaitu setengah dari hari dimana terbit matahari dan bercahaya. Dan dikenal juga sebagai batasan waktu antara terbit matahari dan terbenamnya.

Sedangkan kata kerja (jalla – yajlu – jalaan), berarti jelas dan nampak. Karena kata dasar dari (al-juluu) artinya menampakkan hakikat, dan (al-jalie), segala sesuatu yang berlawanan dengan tersembunyi.

Kalimat «Annahar» (siang) di dalam Al Qur’an: 

AlQuran menyebutkan kalimat Annahar (siang) lawan dari pada malam sebanyak 57 kali, diantaranya 54 kali dengan lafadz annahar secara langsung, tiga kali dalam bentuk naharan. Dan terdapat pula kalimat-kalimat seperti: (Asshubhu, al Ishbah, bukratan, al falaq, al dhuha), dan sejenisnya yang sering diartikan siang juga atau bagian dari pada siang tersebar dibeberapa ayat dalam Al Qur’an. Sebagaimana terdapt juga kalimat al yaum yang kadang-kadang berarti siang juga.

Siang Menampakkan Matahari:

Pada dua ayat yang akan kita kaji ini Allah SWT bersumpah (Maha Kaya dari segala Sumpah-SumpaNya), dengan siang yang menampakkan matahari, atau memperlihatkannya dengan sangat jelas pada penghuni bumi.

Ini adalah sebuah kenyataan ilmiyah yang tidak dicapai oleh ilmu pengetahuan modern kecuali setelah era astronomi pada paroh terakhir abad ke-20, ketika mereka menemukan bahwa cahaya siang yang benderang tebalnya tidak mencapai 200 km di atas permukaan laut di separoh permukaan bumi yang menghadap ke matahari. Dan bahwa sanya sabuk tipis dari lapisan gas bumi ini bebas dari segala pencemaran, dan ketebalannya semakin berkurang setiap meningkat ketinggian di atas permukaan bumi. Sedangkan ketebalan akan bertambah meliputi semua buih air dan tebaran debu setiap mendekat kepermukaan bumi.

Dengan proses tersebut ditambah dengan tebaran debu membantu menyulut sumbu matahari, dan proses yang terjadi terus-menerus sehingga menampakkan warna putih gemerlap membedakan siang sebagai sumber cahaya yang timbul dari bagian bawah lapisan gas bumi pada separoh bagian yang menghadap ke matahari. Sementara sebagian besar alam semesta yang dapat dijankau diselimuti oleh kegelapan. Matahari nampak setelah melewati cahaya siang sebagai bola biru berlatar hitam pekat.

Oleh karena itu Al Qur’an menyipati annahar (siang) sebagai sumber cahaya pada beberapa ayat, seperti dalam contoh: “(Q.S: An-naml: 86).

Dan menyipati As-shubhu sebagai penerang seperti dalam ayat: (QS: Al Mudatsir: 33). Serta menyipati Annahar sebagai penyingkap matahari seperti pada ayat yang sedang di kaji di atas.

Dari uraian diatas kita dapat mengetahui arti bahwa sianglah yang menampakkan matahari, bukan matahari yang menampakkan siang sebagaimana diyakini manusia sebelum abad ke-20. Maha Besar Allah, telah mengungkapkan kenyataan alam semesta ini sejak lebih dari 14 abad yang lalu, yang tidak dijangkau oleh sains modern kecuali setelah paroh terakhir abad ke-20 lalu.  [•Kembali: Disini•]




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Salam!