Jumat, April 11, 2014

PENCIPTAAN MANUSIA DAN PENCIPTAAN LANGIT :

*Serial: 99 Perumpamaan Live Alquran (06) :

Struktur Manusia Versus Struktur Langit
Oleh: Med HATTA
"Rumit Manakah Penciptaan Manusia Atau Langit..? Manusiasia dan langit - sepintas - adalah dua hal yang sangat berbeda, baik karakter maupun sifatnya, yang semestinya tidak ada sisi perbandingan di antara keduanya secara jauh atau pun dekat. Penulis tertarik mengkaji perbandingan struktur kedua makhluk ajaib ini karena adanya tantangan langsung dari Sang Pencipta  alam semesta, yaitu Allah AWT pada ayat kajian berikut."

Allah berfirman:

أَأَنْتُمْ أَشَدُّ خَلْقًا أَمِ السَّمَاءُ بَنَاهَا ٢٧

Terjemah Arti: "Apakah kamu lebih sulit penciptaanya ataukah langit? Allah telah membina (struktur)nya" (QS: 079 : 27).

Untuk membandingkan dua struktur yang berbeda, yaitu struktur penciptaan manusia dan struktur penciptaan langit itu, maka penulis mencoba mempelajari berbagai hal yang berhubungan dengan manusia dan langit. Mulai dari materi-materi utama penciptaannya, proses penciptaan dan sampai kepada tingkat kepadatan dan kerumitan penciptaan keduanya.

Setelah itu akan berusaha menarik benang merah tentang korelasi antara keduanya serta urgensi (hikmah) penciptaan masing-masing terhadap Allah SWT.  Tujuan sasaran dari kajian ini tidak lain adalah mengungkap esensi manusia dibanding dengan langit yang super luas agar manusia tau diri dan tidak menjadi sombong.

Materi Penciptaan Manusia Pertama:
Allah berfirman:

قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلا تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ ١٢

Terjemah Arti: "Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu aku menyuruhmu?" Iblis menjawab: Saya lebih baik daripadanya; Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah" (QS: 007 : 12);
   
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الإنْسَانَ مِنْ صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُونٍ ٢٦ وَالْجَانَّ خَلَقْنَاهُ مِنْ قَبْلُ مِنْ نَارِ السَّمُومِ ٢٧ وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلائِكَةِ إِنِّي خَالِقٌ بَشَرًا مِنْ صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُونٍ ٢٨

Terjemah Arti: "dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk; dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas; dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk" (QS: 015 : 26-28);
   
قَالَ لَمْ أَكُنْ لأسْجُدَ لِبَشَرٍ خَلَقْتَهُ مِنْ صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُونٍ ٣٣

Terjemah Arti: "berkata Iblis: Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau telah menciptakannya dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk" (QS: 015 : 33);
 
Terjemah Arti: "Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah" (QS: 022 : 5);

خَلَقَ الإنْسَانَ مِنْ صَلْصَالٍ كَالْفَخَّارِ ١٤

Terjemah Arti: "Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar" (QS: 055 : 14).
  
Di atas adalah ayat-ayat Alquran yang dapat penulis himpun tentang materi-materi penciptaan manusia, yang jika disimpulkan maka semuanya menunjuk kepada satu unsur penciptaan tertentu, yaitu dari materi "tanah" dengan beberapa variaanya; tanah kering berasal dari lumpur hitam yang diberi bentuk (QS: 015 : 28 dan 33). Dan dibentuk dari tanah kering seperti tembikar (QS: 055 : 14).

Hanya keterangan-keterang ini saja yang dapat diperoleh tentang materi dan proses penciptaan manusia, Alquran menjelaskan secara global penciptaan itu dengan cara yang diterima akal dan jiwa. Sedangkan bagaimana detilnya, para ulama dulu hingga kini telah berusaha untuk merumuskannya, namun mereka tetap belum sampai pada hakikat yang diharapkan.

Pertanyaannya adalah; jika Alquran menjelaskan masalah ini secara global, sedangkan para filosof dan pakar sains belum bisa menyimpulkan suatu hipotesa yang kongkrit, lantas apakah petunjuk dari ayat-ayat yang telah kita datangkan di atas?

Para para pakar tafsir dunia memilih jalan aman dengan "mendiamkannya", dan mengembalikan urusannya kepada Allah. Mereka paling jauh menjelaskan bahwa tujuan Allah dari ayat-ayat di atas adalah sekedar menunjukkan asal kejadian moyang kita Adam. Apa yang manusia ketahui tidak sampai pada kenyataan mutlak, karena Allah SWT dari sejak dini telah menjelaskan dan berfirman:

مَا أَشْهَدْتُهُمْ خَلْقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَلا خَلْقَ أَنْفُسِهِمْ وَمَا كُنْتُ مُتَّخِذَ الْمُضِلِّينَ عَضُدًا ٥١

Terjemah Arti: "Aku tidak menghadirkan mereka (jin dan manusia) untuk menyaksikan penciptaan langit dan bumi dan tidak (pula) penciptaan diri mereka sendiri" (QS: 018 : 51). 

Sedikit sekali informasi yang dapat diperoleh dari Alquran tentang proses penciptaan manusia pertama (Adam), Alquran menjelaskan secara global tanpa merinci bagaimana detil penciptaanya, kecuali bahwa cikal bakal manusia pertama Adam as itu dibentuk dari tanah kering seperti (mengadon) tembikar (QS: 055: 14). Kemudian menegaskan bahwa Hawa (isteri Adam) diciptakan darinya, sebagaimana firman Allah:

Itu semua keterangan yang dapat diperoleh dari Alquran tentang proses penciptaan manusia pertama Adam as, dan lebih dari itu hanya Allah yang Maha Mengetahui. Namun, sebelum apriori memberikan penilaian terhadap makhluk bernama manusia ini, rumit atau sederhanakah penciptaannya, dan apakah pantas dibanding-bandingkan dengan langit. Maka sebaiknya kita mengobservasi langit terlebih dahulu sebagai conversinya yang 'sepadan', setidaknya seperti itulah ungkapan Alquran yang senantiasa memotivasi manusia berpikir kreatif.

Berhubung karena langit itu terdiri dari tujuh grup yang tersusun satu sama lain dengan tingkat kapasitas yang berbeda-beda, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya di buku ini. Maka penulis merasa perlu mendefiniskan langit secara utuh. Nah, langit yang manakah dipadankan ciptaannya dengan manusia pada ayat kajian di atas?

Definisi Langit:
As-samaa "السماء" (langit), dalam bahasa Arab adalah atas atau sesuatu yang tinggi, sedangkan menurut bahasa sains-nya adalah bagian atas dari permukaan bumi, dan digolongkan sebagai lapisan tersendiri yang disebut atmosfer. Langit terdiri dari materi-materi gas dan udara, dengan komposisi berbeda di tiap lapisannya. Langit sering dilihat berwarna biru, disebabkan karena pemantulan cahaya, tetapi tidak tertutup kemungkinan bahwa langit bisa berwarna selain itu, misalnya merah ketika senja, atau hitam saat turun hujan.

Kata samaa "سماء" (langit) di dalam Alquran di ulang sebanyak 310 kali, diantaranya bentuk single "سماء" (samaa) 120 kali, dan bentuk plural "سماوات" (samaawaat) 190 kali. Bentuk plural umumnya menunjukkan semua yang ada di atas bumi sampai batas yang tidak terjangkau yang umum disebut "alam semesta" (universe). Dalam bentuk single 38 diantaranya dipahami sebagai lapisan udara (atmosfer) dan medan magnet yang disebut (magnetosfert) yang melindung permukaan bumi dari angin matahari, sinar ultraungu, dan radiasi dari luar angkasa. Dan 82 diantaranya bentuk single dipahami sebagai jagad raya secara keseluruhan.

Penulis telah mencermati dengan seksama apa yang telah dikemukakan oleh para pakar astronomi tentang fakta alam semesta atau cosmos raya (universe), dan telah merenungkan pula apa yang telah diungkapkan Alquran – semenjak 15 abad lalu – tentang fenomena yang sama, maka penulis mendapatkan adanya kecocokan persepsi di antara keduanya, tanpa berusaha menselarasikan pengertian konteks Alquran pada apa yang tidak sesuai makna dan penafsiran.

Pengertian universe (alam semesta) sebagaimana yang didefinisikan oleh astronomi mencakup segala apa yang dapat kita lihat dari partikel yang terdekat hingga ke galaksi yang paling jauh, namun manusia tidak sanggup melihat lebih dari pada apa yang telah dicapai oleh teleskop digital yang ada sekarang. Berbeda dengan Alquran yang telah menggambarkan kepada kita dengan pasti dan detail, tidak ada kekurangan dan kekeliruan tentang alam semesta, yang jauh lebih luas dari pada apa yang telah dibayangkan oleh astronomi dunia.

Alquran sangat akurat dalam mendefinisikan alam semesta, ia tidak menyebutkan alam semesta tanpa memberi perincian atau definisi yang kongkrit, seperti menyebutkan langit, bintang, rasi bintang, bumi dan seterusnya dari sebutan-sebutan yang terperinci. Lain halnya dengan sains modern yang mendefinisikan alam semesta yang tidak cermat, karena kita tidak dapat menyimpulkan dari definisi yang disebutkannya, apakah yang dimaksud itu keseluruhan (yang nampak dan yang tidak nampak), jika demikian maka pengertian itu terlalu luas dan tidak terperinci, dan jika yang dimaksudkan definisi cosmos adalah galaxi-galaxi, bintang-bintang dan segala sesuatu yang dapat dilihat, lalu bagaimana dengan sesuatu yang tidak dapat dilihat?

Oleh karena itu, Alquran telah mendefinisikan kepada kita segala fenomena yang ada di dalam alam semesta ini, misalnya bumi, bulan, matahari, bintang-bintang dan seterusnya, selain itu ada lagi sebutan langit. Orang yang mencermati ayat-ayat Alquran ia pasti dengan mudah dapat menyimpulkan bahwasanya langit dunia adalah yang terbentang mulai dari atmosfer (lapisan udara terdekat) yang meliputi bumi sampai kepada galaksi yang paling jauh dijangkau teleskop digital sekarang.

Ini artinya bahwa cosmos yang dikaji oleh sains modern tidak lain adalah "langit dunia (langit pertama) plus bumi", yaitu langit yang meliputi bumi dari berbagai sisinya yang terbentang luas sampai kepada galaksi yang paling jauh yang dapat di amati, karena Allah SWT menghiasi langit dunia (langit pertama), dan yang paling dekat ke kita dengan bintang-bintang dan galaksi-galaksi.

Langit dunia atau langit pertama ini masih diliputi lagi oleh enam langit yang lain, tersusun bertingkat-tingkat satu sama lain. Jadi yang kita kenal selama ini sebagai universe (alam semesta) adalah langit pertama saja, adapun sisa langit yang tujuh susun itu belum dapat dideteksi oleh sains hingga kini.

Dari definis sederhana di atas penulis menyimpulkan bahwa langit yang dibandingkan ciptaannya dengan manusia adalah langit dunia (jagad raya) yang sebagian sudah dapat dijangkau oleh sains. Karena ayat kajian datang dalam bentuk langit tunggal "
سماء" (single), bukan plural "سماوات" (samawaat) yang dipersepsikan sebagai tujuh langit itu yang masih mesteri oleh sains itu. Kembali kepada ayat kajian, Allah berfirman:
أَأَنْتُمْ أَشَدُّ خَلْقًا أَمِ السَّمَاءُ بَنَاهَا ٢٧
Terjemah Arti: "Apakah kamu lebih sulit penciptaanya ataukah langit? Allah telah membina (struktur)nya" (QS: 079: 27).

JADI, ayat kajian ini kita mengetahui bahwa yang dibandingkan dengan manusia itu adalah mutlak langit dunia (jagad raya) saja, bukan langit secara keselurusan yang terdiri dari tujuh susun seperti diberitakan Alquran itu. Dan subyek yang dibandingkan itu adalah struktur keduanya. Mungkinkah struktur penciptaan manusia lebih rumit dan dahsyat daripada struktur penciptaan langit?

Struktur Penciptaan Langit Dunia (Jagad Raya):
Pakar astronomi – pada awalnya – mengira bahwa jagad raya ini umumnya adalah ruang hampa atau kosong, maka mereka menyebutnya sebagai angkasa atau antariksa (angkasa luar), keyakinan ini bertahan lama sampai periode belakangan ini, yaitu pada akhir abad ke-20 lalu, ketika para ahli astronomi mengumumkan penemuan barunya yang mereka sebut "struktur angkasa".

Mereka kemudian meyakini bahwa jagad raya ini tiada lain adalah sebuah struktur desain bangunan yang kokoh, tidak terdapat sedikit pun space yang kosong. Maka mulailah mempergunakan istilah "struktur angkasa" bagi jagad raya.

Sedangkan di dalam Alquran istilah "struktur cosmos" itu bukanlah hal yang baru, bahkan lebih dari 14 abad lalu Allah telah menegaskannya dalam sebuah sumpah yang amat dahsyat, Allah berfirman:
وَالسَّمَاءِ وَمَا بَنَاهَا ٥
Terjemah Arti: "Demi langit dan strukturnya" (QS: 91: 5).

Selain ayat sumpah ini, ada beberapa ayat lain yang menjelaskan keajaiban struktur langit tersebut, seperti pada firman Allah:
الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الأرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً
Terjemah Arti: "Dia-lah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai (struktur) atap" (QS: 2: 22).
اللَّهُ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الأرْضَ قَرَارًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً
Terjemah Arti: "Allah-lah yang menjadikan bumi bagi kamu tempat menetap dan langit sebagai (struktur) atap" (QS: 40: 64).
أَفَلَمْ يَنْظُرُوا إِلَى السَّمَاءِ فَوْقَهُمْ كَيْفَ بَنَيْنَاهَا وَزَيَّنَّاهَا وَمَا لَهَا مِنْ فُرُوجٍ ٦
Terjemah Arti: "Maka apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami mendesigne strukturnya dan menghiasinya serta langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikitpun?" (QS: 50: 6)
وَالسَّمَاءَ بَنَيْنَاهَا بِأَيْدٍ وَإِنَّا لَمُوسِعُونَ ٤٧
Terjemah Arti: "Dan langit itu Kami designe (struktur) dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa" (QS: 51: 47)

Semua ayat yang telah penulis rangkum di atas dan tentu masih banyak lagi ayat-ayat yang lain menunjukkan bahwa Allah SWT telah menciptakan angkasa luar (langit) dengan desain dan struktur yang sangat kokoh, padu dan tidak terdapat sedikit pun ruang yang kosong, sebagaimana dugaan para astronom sebelumnya.

Menurut informasi yang ada saat ini bahwa bagian langit yang terjangkau oleh sains modern, mempunyai sifat-sifat berikut:
  • Langit luas sekali, strukturnya sangat kokoh dan super canggih ciptaan dan desainnya.
  • Memiliki keterikatan sangat kuat antara satu bagian dengan bagian yang lainnya (gaya grafitasi).
  • Mempunyai kepadatan yang seimbang di setiap bagian-bagiannya.
  • Langit mempunyai rotasi tertentu bagi tiap-tiap galaksinya, sekalipun jumlahnya sangat banyak dan peredarannya super cepat dan terus-menerus.

Semua sifat-sifat langit yang disebutkan di atas terangkum dengan indah sekali dalam satu ayat sumpah yang fenomenal di dalam Alquran. Allah berfirman:
وَالسَّمَاءِ ذَاتِ الْحُبُكِ ٧
Terjemah Arti: "Demi langit yang mempunyai jaringan- jaringan" (QS: 51: 7)

Langit Mempunyai Jaringan-Jaringan (Cosmic Web); yaitu sebuah sistem yang terikat oleh gaya gravitasi yang terdiri atas bintang (dengan segala bentuk manifestasinya, antara lain bintang neutron dan lubang hitam), gas dan debu kosmik medium antar bintang, dan kemungkinan substansi hipotetis yang dikenal dengan materi gelap.

Ahli astronomi memperkirakan kepadatan langit yang dapat dijangkau dari alam semesta, kemungkinan terdapat lebih dari 100 milyar galaksi teramati. Sebagian besar galaksi berdiameter 1000 hingga 100.000 parsec dan biasanya dipisahkan oleh jarak yang dihitung dalam jutaan parsec (atau megaparsec).

Di antara galaksi-galaksi tersebut ada yang berbentuk spiral, spiral berpalang, bentuk elips dan bentuk tak beraturan. Sebagian galaksi itu ada yang kerdil yang durasinya tidak lebih dari 3200 tahun kecepatan cahaya, ada juga galaksi raksasa yang durasinya mencapai 750.000 ukuran kecepatan cahaya. Diperkirakan galaksi terkecil yang dapat diidentifikasi berukuran 1 juta kali lipat ukuran matahari, sedangkan yang terbesar yang dikenali ukurannya mencapai trilliun (satu juta juta) kali lipat ukuran matahari.

Sedangkan galaksi kita "bima sakti" (milky way) berukuran sekitar 230 billiun kali lipat ukuran matahari. Kumpulan grup local galaksi meliputi puluhan galaksi-galaksi dan grup local ini bergabung dengan kelompok lebih besar disebut klaster galaksi, anggotanya mencapai ratusan bahkan puluhan ribu galaksi yang berbeda-beda, di antaranya ribuan grup galaksi ini yang sudah didentifikasi ahli astronomi hingga saat ini.

Kemudian grup klaster galaksi ini bergabung lagi dengan kelompok lokal yang jauh lebih besar disebut super klaster galaksi, anggotanya mencapai ratusan kelompok-kelompok klaster, ahli astronomi telah mengintai 16 di antara grup lokal super klaster ini pada jarak sekitar 20 billiun jarak kecepatan cahaya. Dan grup local super klaster ini bergabung lagi dengan kelompok-kelompok local yang lebih besar disebut super-super klaster[1], serta masih akan bergabung lagi dengan kelompok-kelompok lokal yang jauh lebih besar sampai batas yang tidak diketahui kecuali Allah SWT.

Bagi yang dapat merenungkan secara seksama ayat sumpah yang bercerita tentang jaringan dan tenunan alam semesta yang begitu sempurna, akan segera mengetahui betapa galaksi-galaksi di alam semesta raya tidaklah bertebaran secara berantakan tetapi teratur dengan suatu pengikat yang sangat panjang dan kokoh, satu pengikat panjangnya mencapai ratusan juta kecepatan cahaya.

Ketika para ahli astronomi pertama kali melihat gambar ini, mereka langsung melaporkan adanya jaring-jaring (tenunan) yang sempurna di langit dan menyebutnya "cosmos web" (jaringan alam semesta).

Maka para ahli tersebut memulai mempelajari seluk-beluk jaringan itu, mereka mengeluarkan riset dan kajian-kajian tentang yang berhubungan dengan jaringan kosmos. Salah satu riset penting dalam kajian ini berjudul "Bagaimana menenun jaringan-jaringan pada cosmos web?".

Yang mencengangkan dari riset-riset ini, mereka mempergunakan kata Alquran sebagai kata kunci mereka "Weave" dari bahasa Inggris, adalah padanan dari (الحبك) "al-hubuk" (tenunan), penulis langsung sadar bahwa ayat sumpah ini benar-benar telah menggambarkan kepada kita tentang jaringan alam semesta ini: "demi langit yang mempunyai jaringan-jaringan".

Dari ilustrasi sederhana di atas dan ditambah dengan penjelasan-penjelasan pada kajian sebelumnya, diketahui bahwa bagian langit (dekat) dunia yang dapat dijangkau ahli astronomi dengan teknologi teleskop tercanggih yang ada, masih sangat terbatas dibanding besarnya dimensi yang terus berkembang. Bahkan semakin besar teleskop yang dihasilkan manusia, semakin besar pula dimensi alam semesta yang dapat dijangkaunya.

Intinya bahwa langit itu adalah makhluk super rumit dan sangat dahsyat. Lalu, di manakah manusia di hadapan makhluk yang super-super dahsyat itu, masihkah ingin dibandingkan dengannya?

Manusia Paling Rendah Penciptaannya Dari Makhluk Selevelnya:
Penulis sudah menjelaskan pada bagian pertama kajian ini tentang proses penciptaan manusia pertama Adam as, dan - Wallahua'alam - penulis tidak menemukan sesuatu yang bisa dibanggakan dari seluruh proses penciptaan manusia pertama tersebut jika ingin dibandingkan dengan penciptaan langit. Yang ada malah Alquran banyak menceritakan fakta sebaliknya. Misal, bahwa dari dua rival tradisional manusia yaitu malaikat dan jin, justru manusialah yang paling terakhir diciptakan dan yang paling sederhana penciptaan di antara ketiganya.

Bahkan manusia jauh lebih rendah materi penciptaannya dibandingkan dengan rival abadinya yaitu jin (setan), yang diciptakan oleh Allah SWT dari api yang membara: "Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk, dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas" (QS: 015: 26-27).

Nah, masihkah mau dibandingkan penciptaan manusia dengan langit? Sedangkan dibandingkan dengan jin yang boleh dibilang masih selevel saja manusia tidak ada apa-apanya, karena jin dari unsur api yang sangat panas. Apalagi jika manusia mau dibandingkan dengan langit yang menurut kajian kita sebelumnya bahwa langit pertama saja selain super luas hingga tak terbatas itu, ia juga tersusun dari milyaran bintang-bintang berbagai ukuran bagaikan bola-bola api raksasa yang senantiasa membara dan panas sekali.

Matahari saja yang merupakan bintang terdekat dari bumi (149.680.000 Km), dan salah satu bintang tergolong kecil dari milyaran bintang-bintang yang memadati jagad raya (Jenis G). Meskipun demikian, matahari disebut sebagai salah satu bola gas yang pijar, mempunya garis tengah ekuatorialnya 864.000 mil, dan garis tengah antar kutubnya 43 mil lebih pendek. Adapun temperatur di inti matahari kira-kira mencapai sekitar 13.889.000 C°.

Kesimpulan, bahwa sesungguhnya manusia yang asal-usulnya diciptakan dari lumpur hitam yang mengering lalu dibentuk seperti boneka tanah ditiupkan ruh itu, sama sekali tidak ada sisi persamaannya dibandingkan dengan langit yang super dahsyat. Dan sebenarnya tanpa penjelasan panjang seperti di atas pun Allah sudah menjawabnya dengan tegas di dalam Alquran dan berfirman:

لَخَلْقُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ أَكْبَرُ مِنْ خَلْقِ النَّاسِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ (٥٧)
Artinya: "Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan manusia akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui" (QS: 040: 57);

Adapun ayat kajian yang membandingkan manusia dengan langit: (Apakah kamu lebih sulit penciptaannya ataukah langit?), itu adalah sindiran halus dari Sang Maha Pencipta alam semesta Allah SWT. Hikmahnya agar manusia senantiasa berpikir dan sadar bahwa tidak ada sesuatu pun dari ciptaan Allah yang sia-sia, semua bermanfaat dan masing-masing memiliki kelibihan dan kekurangan sehingga saling melengkapi.

Dengan demikian, manusia kokoh menjadi khalifah di bumi dan tidak terjangkit sedikitpun sifat keangkuhan dan kesombongan, sebagaimana taqdir buruk yang menimpa rival tradisional dan musuh abadinya yaitu iblis yang dilaknat Allah.

Iblis dari bangsa jin itu melanggar perintah Allah untuk (sujud) memberikan penghormatan kepada Adam (manusia), karena kesombongan dan merasa lebih baik daripada Adam sehingga menurutnya tidak perlu menghormat kepadanya. Itulah iblis yang gengsinya lebih besar daripada pikirannya, sebagaimana kisahnya diabadikan Al Quran, Allah berfirman:

قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلا تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ ١٢
Terjemah Arti: "Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu aku menyuruhmu?" Iblis menjawab: Saya lebih baik daripadanya; Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah" (QS: 007: 12).
قَالَ لَمْ أَكُنْ لأسْجُدَ لِبَشَرٍ خَلَقْتَهُ مِنْ صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُونٍ ٣٣
Terjemah Arti: "berkata Iblis: Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau telah menciptakannya dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk" (QS: 015: 33).

<<<===[05]•TERKAIT•[07]===>>>

KAJIAN SELANJUTNYA:
KAJIAN SEBELUMNYA :
(05) AMENDEMEN AYAT AL QURAN DENGAN AYAT YANG LAIN
(04) AL QURAN MENUNDUKKAN GUNUNG
(03) AL QURAN MENUNDUKKAN SEGALA TANDINGANNYA



1.       Galaxy Clusters and Large-Scale Structure. University of Cambridge. Diakses pada 15 Januari 2007. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Salam!