*Serial: 99 Perumpamaan-Live Alquran (01) :
Lubang Yang Tak Tembus:
Mayoritas ulama berpendapat bahwa cahaya yang dimaksud ayat adalah hidayah dan kebenaran, sebagaimana firman Allah: "Allah memberikan hidayah (iman) dengan cahayanya kepada yang Dia kehendaki", hidayah dan kebenaran disamakan dengan cahaya kerena terang dan transparannya. Lalu ditambahkan kepada langit dan bumi untuk menunjukkan atas wawasa sinar dan pancarannya yang luas menerangi seluruh kawasan langit dan bumi.
Misykatul Anwar Karya Al Ghazali:
<<<===[II]•TERKAIT•[02]===>>>
Lubang Yang Tak Tembus
By: Med Hatta
"Istilah "lubang hitam" pertama kali dipopulerkan tahun 1969 oleh fisikawan Amerika John Wheeler. Awalnya, astronom beranggapan bahwa manusia dapat melihat semua bintang. Akan tetapi, belakangan diketahui bahwa ada bintang-bintang diruang angkasa yang cahayanya tidak dapat terlihat. Sebab, cahaya bintang-bintang yang runtuh ini lenyap. Cahaya tidak dapat meloloskan diri dari sebuah lubang hitam disebabkan lubang ini merupakan massa berkerapatan tinggi di dalam sebuah ruang yang kecil."
Allah berfirman:
اللَّهُ نُورُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ مَثَلُ نُورِهِ كَمِشْكَاةٍ فِيهَا مِصْبَاحٌ الْمِصْبَاحُ فِي زُجَاجَةٍ الزُّجَاجَةُ كَأَنَّهَا كَوْكَبٌ دُرِّيٌّ يُوقَدُ مِنْ شَجَرَةٍ مُبَارَكَةٍ زَيْتُونَةٍ لا شَرْقِيَّةٍ وَلا غَرْبِيَّةٍ يَكَادُ زَيْتُهَا يُضِيءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌ نُورٌ عَلَى نُورٍ يَهْدِي اللَّهُ لِنُورِهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَضْرِبُ اللَّهُ الأمْثَالَ لِلنَّاسِ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (٣٥)
Terjemah Arti: "Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi, perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar, pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dari pohon berkah yang berminyak, (yaitu) tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah baratnya, yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api, cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu" (QS: 024: 35).
Ayat kajian ini tergolong cukup populer dikalangan ulama, bahkan mereka menamakannya dengan sebutan khusus "Ayat Al Musykat" (Lubang yang tak tembus). Para ulama - dahulu dan sekarang - telah mengkajinya secara berkesinambungan hingga telah meninggalkan kitab-kitab yang bermutu dibidangnya lebih dari cukup. Salah satu kitab yang populer dan merupakan pelopor dari karya-karya ilmiah pada ayat kajian ini adalah "Misykatul Anwar" karya Imam Abu Hamid Al Ghazali.
Oleh karena itu, maka sayang rasanya penulis melangkahi ayat ilmiah ini dan melewatkan pembaca begitu saja dari pengetahuan yang penting, walaupun hanya sebatas hasil kajian ilmiah sederhana saja. Dan khususnya kita sudah berada di dalam pangkuan ayat yang mulia, serta sekaligus mengawali tema tentang "An Nur" (cahaya) yang - nota bene - merupakan salah satu sifat dari sifat-sifat tingga Allah SWT, di mana akan mengambil porsi yang cukup signifikan pada kajian-kajian mendatang di dalam buku ini, Insya Allah.
Pakar tafsir dunia dan penulis (غرائب القرآن), Imam An Naisaburi menjelaskan ayat ini berkata: Kalimat "نُوْر" (nur), oleh sebagian ulama, sering disandingkan dengan kalimat "نَوَّرَ" (nawwara) - ditasydidkan huruf "wa" -, maka maknanya: "مُنَوِّرُ الْسَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ" (yang menerangi langit dan bumi). Lalu, apa makna hakikat kalimat "nur" (cahaya)?
Mayoritas ulama berpendapat bahwa cahaya yang dimaksud ayat adalah hidayah dan kebenaran, sebagaimana firman Allah: "Allah memberikan hidayah (iman) dengan cahayanya kepada yang Dia kehendaki", hidayah dan kebenaran disamakan dengan cahaya kerena terang dan transparannya. Lalu ditambahkan kepada langit dan bumi untuk menunjukkan atas wawasa sinar dan pancarannya yang luas menerangi seluruh kawasan langit dan bumi.
Kemudian ada pula yang mengatakan: "نُوْر" (nur) - ditasydidkan huruf "wa" -, "نَوَّرَ" (nawwara), yaitu langit: meliputi para malaikat dan benda-benda yang bersinar, sedangkan bumi: meliputi para nabi dan ulama-ulama pewaris nabi. Dan ada juga yang mengatakan: Nur cahaya adalah urusan penciptaan Allah terhadap langit dan bumi yang dikerjakannya dengan desain yang sangat sempurna. Pendapat terakhir ini dipilih oleh Al Asham dan Az Zujaj.
Sebelum menjelaskan sisi ilmiah dari ayat kajian, penulis ingin menguraikan sedikit tentang pokok pemikiran Hujjatul Islam Imam Abu Hamid Al Ghazali dalam salah satu karya besarnya "Misykatul Anwar" tentang ayat al misykat, ayat kajian ini. Al Ghazali berkata:
"Sesungguhnya Allah SWT adalah nur (cahaya) dalam hakikat, bahkan tidak ada cahaya selain Dia". Penjelasannya: Bahwa manusia adalah "melihat", dia menjangkau dengan "penglihatan" cahaya nampak yang menerangi benda-benda bersinar yang memenuhi langit, dan penglihatan itu adalah kekuatan akal, yang lebih kuat dari pada yang melihat (mata)...
Setelah Al-Ghazali memerincikan faktor-faktor kekuatan penglihatan dan kelemahan mata, ia mengatakan: Almisykat (lubang), azzujaj (cermin), almishbah (pelita), assyajaratu (pohon) dan azzait (minyak), kesemuanya itu adalah ibarat dari lima kekuatan (panca indra) bagi manusia:
Pertama: Kekuatan rasa (insting); yaitu ruh kebinatangan; terdapat pada bayi, dan seluruh jenis binatang. Dan padanannya yang paling tepat dari alam materi adalah "Almisykat" (lubang).
Kedua: Kekuatan imajinasi; yaitu keistimewaan indra manusia yang selalu beriringan akal. Maka padanannya pada ayat adalah "Azzujaj" (cermen), karena cermin itu tidak menutupi cahaya pelita (almishbah).
Ketiga: Kekuatan akal; yaitu mampu mencapai segala ilmu pengetahuan dan makrifah keyakinan, dan kekuatan ini sepadan dengan "Almishbah" (pelita), sebagaimana nabi SAW disebutkan di dalam Alquran sebagai pelita.
Keempat: Kekuatan berpikir; yaitu yang mampu menganalisa teori dan hipotesa, maka kekuatan ini disepadankan dengan "Assyajarah" (pohon yang berbuah).
Kelima: Kekuatan spritual; yaitu kekuatan spritual para nabi, yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api, cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis).
Cahaya Allah Seperti Lubang Hitam:
Jika kalimat "nur" (cahaya) disebutkan sebanyak 50 kali di dalam Alquran, maka mayoritas penyebutan cahaya menunjukkan kepada pengertian definitif, meskipun sebagian ada pula yang menunjukkan makna indefinitif atau definitif dan indefinitif secara bersamaan. Pada ayat kajian dari surah An Nur ini Allah SWT menyerupakan cahaya Nya dengan sinar yang timbul dari "cermin" yang di dalamnya terdapat sumber sinar yaitu "pelita". Cermin itu adalah benda yang mempunyai sinar sendiri, tetapi ia dekat dengan sumber sinar yaitu pelita.
Ayat kajian menjelaskan bahwa pelita yang nampak berkilau seperti bintang pijar, setelah ditimpa cahaya atasnya dan memantul darinya, maka ayat mengillustrasikannya sebagai "cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis)", yaitu bukan hanya satu cahaya saja tapi cahaya yang di atasnya cahaya bersusun-susun, dan panjacaran dan kilauan yang didefinisikan oleh Allah pada permukaan bagian dalam pelita tersebut.
Sebagaimana cahaya serupa dapat terlihat juga pada batu-batu mulia yang bening berkilau tinggi seperti berlian yang diterpa sinar cahaya disekitarnya, maka pantulannya berlimpah dan menyebar keberbagai arah susul-menyusu, maka orang yang menyaksikannya sepintas seperti melihat kilauan yang timbul dari banyak sumber cahaya yang berbeda-beda. Maka demikianlah keadaan permukaan cermin yang berkilau disebabkan berlipat ganda pantulan-pantulan cahaya di dalamnya pada banyak titik sebelum memancarkan keluar. Selanjutnya cermin nampak seperti bintang berkilau karena berlimpah cahayanya.
Sifat-sifat cermin yang digambarkan pada ayat kajian sebagai benda yang berkilau kuat disebabkan berlipat gandanya pantulan-pantulan cahaya yang tertangkap di dalamnya, mirip sekali dengan salah satu gejala angkasa luar yang sangat fenomenal yang oleh fisikiawan disebut sebagai "Black Hole" (lubang hitam), yang oleh Alquran disebutnya "AlMisykat" (lubang tak tembus).
Lubang Hitam (Black Holes): Adalah suatu fenomena alam ruang angkasa terbentuk ketika sebuah bintang yang telah menghabiskan seluruh bahan bakarnya ambruk hancur ke dalam dirinya sendiri, dan akhirnya berubah menjadi sebuah lubang hitam dengan kerapatan tak terhingga dan volume nol serta medan magnet yang amat kuat.
Manusia tidak mampu melihat lubang hitam dengan teleskop radio terbesar sekalipun, sebab tarikan gravitasi lubang hitam sedemikian kuatnya sehingga cahaya tidak mampu melepaskan diri darinya. Namun, bintang yang runtuh seperti itu dapat diketahui dari dampak yang ditimbulkannya diwilayah sekelilingnya. Tak ada sesuatu, termasuk radiasi elektromagnetik yang dapat lolos dari gravitasinya, bahkan cahaya hanya dapat masuk tetapi tidak dapat keluar atau melewatinya, dari sini diperoleh kata "hitam".
Istilah "lubang hitam" pertama kali dipopulerkan tahun 1969 oleh fisikawan Amerika John Wheeler. Awalnya, astronom beranggapan bahwa manusia dapat melihat semua bintang. Akan tetapi, belakangan diketahui bahwa ada bintang-bintang diruang angkasa yang cahayanya tidak dapat terlihat. Sebab, cahaya bintang-bintang yang runtuh ini lenyap. Cahaya tidak dapat meloloskan diri dari sebuah lubang hitam disebabkan lubang ini merupakan massa berkerapatan tinggi di dalam sebuah ruang yang kecil.
Gravitasi raksasanya bahkan mampu menangkap partikel-partikel tercepat, seperti foton (partikel cahaya). Misalnya, tahap akhir dari sebuah bintang biasa, yang berukuran tiga kali massa Matahari, berakhir setelah nyala apinya padam dan mengalami keruntuhannya sebagai sebuah lubang hitam bergaris tengah hanya 20 kilometer (12,5 mil).
Kesimpulan Kajian: Lubang hitam berwarna "hitam", yang berarti tertutup dari pengamatan langsung. Namun demikian, keberadaan lubang hitam ini diketahui secara tidak langsung, melalui daya hisap raksasa gaya grafitasinya terhadap benda-benda langit lainnya. Adapun Almisykat yang diillustrasikan Alquran "seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar, pelita itu di dalam kaca, kaca itu seakan-akan bintang bercahaya seperti mutiara, yang dinyalakan dari pohon berkah yang berminyak, tumbuh tidak di sebelah timur sesuatu dan tidak pula di sebelah baratnya, yang minyaknya saja hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api, cahaya di atas cahaya berlapis-lapis".
Nah, dari sifat-sifat keduanya (Lubang Hitam dan Lubang Tak Tembus) yang serupa dan namanya pun identik itu, maka penulis penyimpulkan -Wallahua'lam - bahwa "Almisykat" (Lubang Tak Tembus), yang diserupakan sebagai cahaya Allah di dalam ayat kajian, adalah juga "Black Hole" (Lubang Hitam), yang baru saja mampu diungkap oleh sains modern pada akhir paruhan akhir abad ke 20, atau lebih 1400 tahun setelah diturunkan Alquran. Subhanallah, Maha suci Allah yang telah menjadika Alquran sebagai mukjizat abadi umat manusia.
<<<===[II]•TERKAIT•[02]===>>>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar