Jumat, Oktober 02, 2015

PENGANTAR MATERI ILMU SHARAF

PELAJARAN ILMU SHARAF UNTUK SANTRI PPMI SHOHWATUL IS’AS
Oleh: Med HATTA

Pengantar:
Bahasa Arab adalah salah satu bahasa yang paling banyak digunakan dalam dunia pergaulan internasional. Bahkan merupakan bahasa ibadah dan alat untuk memahami agama Islam. Oleh karenanya penguasaan bahasa itu menjadi mutlak dibutuhkan oleh setiap orang khusus kaum muslim...

Maka dari situlah penulis membuat catatan kecil ini, berisi pengantar memahami Ilmu Sharaf dari berbagai peristilahannya. Catatan ini sangat penting bagi para santri dan pengajar yang ingin mendalami kaedah-kaedah bahasa arab terutama ilmu sharaf dan ilmu nahwu. Disamping itu dilengkapi pula beberapa contoh perubahan-perubahan dari kata-kata bahasa arab membuat materi ini lebih sederhana dan sangat mudah mencernanya...

Catatan kecil ini akan bermanfaat jika dipraktekkan secara rutin dan berkesinambungan serta dipraktekkan dalam mentashrif kata demi kata bahasa arab yang dijumpai di dalam kamus. Dengan begitu Anda akan mulai mencitai ilmu sharaf dan mulai mampu mentashrif kata-kata bahasa arab secara sederhana dalam berbagai bentuk dan timbangannya.


Fungsi Kamus dan Penyusunannya
Setiap orang yang mempelajari bahasa Arab mesti memiliki kemampuan menggunakan kamus Arab-Indonesia. Dengan kamus ini kita akan memiliki perbendaharaan kata bahasa Arab sebagai modal untuk memahami ilmu sharaf dan ilmu nahwu serta ilmu keislaman lainnya. Di lingkungan pesantren jenis kamus Arab-Indonesia yang paling banyak digunakan para santi pemula adalah Kamus Mahmud Yunus dan Kamus Al Munawwir. Kedua kamus ini disusun dengan metoda yang sama.

Penyusunan bab-bab di dalam kamus tersebut diurutkan berdasarkan urutan huruf hijaiyyah.
Bab pertama dimulai dengan kata-kata yang berawalan huruf أ (hamzah atau alif), selanjutnya huruf ب (ba), dan seterusnya,

Yang dijadikan kata dasar adalah “فعل ثلاثي مجرد” (fi’il tsulatsi mujarrad) atau kata kerja dengan tiga huruf dasar.

Cara Menggunakan Kamus Arab Indonesia

Perlu diketahui bahwa mayoritas kata kerja dasar dalam bahasa Arab tersusun dari 3 (tiga) huruf. Sehingga ketika kita mendapati kata dengan huruf penyusunnya lebih dari tiga huruf maka kemungkinan besar kata tersebut sudah mendapatkan huruf imbuhan (tambahan). Untuk dapat menemukan arti kata dimaksud di dalam kamus maka harus diketahui terlebih dahulu huruf-huruf aslinya dengan cara memisahkan huruf-huruf tambahannya. Kata-kata yang akan dicarikan maknanya di dalam kamus terdiri dari beberapa keadaan:
ü Dengan jumlah huruf kurang dari 3 (tiga) buah. Ini bisa langsung dicari maknanya pada bab huruf pertamanya, seperti kata “مَنْ” (man) dapat dicari pada bab huruf “م” (mim).
ü Dengan jumlah huruf 3 (tiga) buah dan huruf pertamanya bukan salah satu dari huruf “أني - ت” (alif – nun – ya – ta). Ini bisa langsung dicari maknanya pada bab huruf pertamanya, seperti kata “بَعُدَ” (ba’uda) dapat dicari pada bab huruf “ب” (ba).
ü Dengan jumlah huruf 3 (tiga) buah dan huruf pertamanya salah satu dari huruf-huruf “أ – ن – ي - ت” (alif – nun – ya – ta). Ada kemungkinan bisa langsung ditemukan pada bab huruf pertamanya seperti kata “أَكَلَ” (akala), “نَبَغَ” (nabaga),  “يُسْرٌ” (yusrun), “تَبِعَ” (taba’a), dan sebagainya. Jika kata yang dimaksud tidak ditemukan pada kelompok bab huruf pertamanya itu maka kemungkinan bisa ditemukan pada bab huruf “و” (wawu), dengan cara kita ganti huruf pertamanya dengan huruf “و”Contoh:
Ø Kata “يَضَعُ” (yadha’u) dapat ditemukan setelah huruf pertamanya diganti dengan huruf “و” (wawu) menjadi “وضع” (wadha’a). Di dalam kamus bab huruf “و” (wawu) tertulis “وَضَعَ-يَضَعُ-وَضْعًا” (wadha’a – yadha’u – wadh’an) yang artinya meletakkan.
Ø Kata “يَجِدُ” (yajidu) dapat ditemukan setelah huruf pertamanya diganti dengan huruf “و” (wawu)  menjadi “وجد” (wajada). Di dalam kamus bab huruf “و” (wawu) tertulis “وَجَدَ-يَجِدُ-وَجْدًا-وُجْدًا-وُجُوْدًا” (wajada – yajidu – wujudan – wujdan – wajdan), artinya mendapat.
ü Dengan jumlah huruf lebih dari 3 (tiga) buah. Kata-kata seperti ini baru dapat dicari maknanya di dalam kamus setelah terlebih dahulu ditentukan kata dasarnya dengan cara memisahkan huruf-huruf tambahan dari huruf-huruf aslinya. Contoh:
Ø Kata “مُسْتَقْبَلٌ” (mustaqbalun) dapat dicari pada kelompok kata قـبـل   pada bab huruf ق, bukan pada bab huruf م.
Ø Kata “يَرْجِعُ” (yarji’u) dapat dicari pada kelompok kata “رجـع” (raja’a) pada bab huruf “ر” (ra), bukan pada bab huruf “ي” (ya).
Ø Kata “اِسْتِرْجَاعٌ” (istirjaa’un) dapat dicari pada kelompok kata “رجـع” (raja’a)  pada bab huruf “ر” (ra), bukan pada bab huruf “أ” (hamzah atau alif).

Jumlah huruf-huruf tambahan itu ada 10 terkumpul dalam perkataan “سَأَلْتُمُوْنِيْهَاْ” (saaltumuniha) yaitu huruf-huruf “س – أ – ل – ت – م – و – ن – ي – هـ - ا” (sin – alif – lam – ta – mim – wawu – nun – ya – ha - hamzah).


Contoh:
1)    Kata “مُسْتَقِيْمٌ” (mustaqimun) tersusun dari 6 (enam) huruf, yaitu 3 (tiga) huruf asli dan 3 (tiga) huruf tambahan. Ketiga huruf tambahan itu adalah “مُسْتَ” (musta), maka huruf-huruf aslinya adalah “قيم” (qimun). Untuk mencari arti kata seperti ini dalam kamus maka terlebih dahulu huruf “ي” (ya) atau huruf “و” (wawu) yang ada di tengah harus diganti dengan huruf “ا” (hamzah). Jadi carilah pada kelompok kata “قَامَ” (qaama).
2)  Kata مُنْقَلِبٌ   tersusun dari 5 (lima) huruf, yaitu 3 (tiga) huruf asli dan 2 (dua) huruf tambahan. Kedua huruf tambahan itu adalah مُنْ , sehingga huruf-huruf aslinya adalah قلب. Untuk mencari arti kata seperti ini dalam kamus maka carilah pada kelompok kata قلب

Definisi Ilmu Sharaf
Ilmu sharaf adalah ilmu untuk menganalisa sebuah kata bahasa Arab ketika dalam bentuk single (tunggal). Pembahasannya meliputi pembentukan kata serta aturan perubahannya menjadi kata-kata baru yang merupakan turunan dari sebuah kata bahasa Arab. Dalam ilmu tata bahasa Indonesia disebut morfologi.

Definisi Umum Ilmu Sharaf:
SHARAF menurut bahasa adalah berubah atau mengubah. Mengubah dari bentuk aslinya kepada bentuk yang lain.

Menurut istilah, sharaf adalah berubahnya bentuk asal pertama yang berupa fi’il madhi, menjadi fi’il mudhari, menjadi mashdar, isim fa’il, isim maf’ul, fi’il amr, fi’il nahi, isim zaman, isim makan sampai isim alat.

Maksud dan tujuan dari perubahan ini adalah agar memperoleh makna atau arti yang berbeda. Dari perubahan satu bentuk ke bentuk lainnya di dalam ilmu sharaf dinamakaan shighat.

Dari hal ini, ilmu yang mempelajari berbagaii macam bentuk perubahan kata, asal usul kata atau keadaannya dinamakan dengan ILMU SHARAF.

Perbedaan yang mendasar antara sharaf dan nahwu secara sederhananya adalah kalau sharaf untuk membaca kitab atau tulisan yang gundul (tidak berharakat), sedangkan nahwu untuk mengetahui makna dari kitab gundul tersebut. Sehingga antara nahwu dan sharaf tidak boleh dipisahkan dalam penggunaannya.

 Jenis Tashrif
Tashrif itu ada dua macam:
1.     Tashrif Ishtilahi (تصريف اصطلاحي), yaitu perubahan kata yang didasarkan pada perbedaan bentuk kata-nya seperti merubah sebuah kata kerja bentuk lampau menjadi kata kerja bentuk sedang, kata kerja bentuk perintah, kata kerja bentuk larangan, dan seterusnya.
2.   Tashrif Lughawi (تَصْرِيْفٌ لُغَوِيٌّ), yaitu perubahan yang didasarkan pada bentuk plural (banyak) dan jenis pelakunya seperti perubahan sebuah kata benda tunggal menjadi kata benda berjumlah dua, menjadi kata benda banyak, dan sebagainya.

Fungsi Ilmu Sharaf bagi Santri Pemula
Untuk dapat memahami fungsi ilmu sharaf bagi santri pemula perhatikanlah ilustrasi kasus berikut, ketika kita mendapati sebuah kata bahasa Arab misal kata (مروي) atau kata (مستقبلكم), muncullah pertanyaan-pertanyaan:
§  Bagaimana cara membacanya?
§  Apa artinya?
§  Jika dicari dalam kamus bagaimanakah caranya?

Nah, untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu santri harus mempelajari ilmu sharaf. Karena setelah seseorang mempelajari dan memahami kaidah-kaidah dalam ilmu sharaf maka dia akan memiliki kecakapan-kecakapan tertentu, antara lain:
1)    Mudah dan cepat mencari arti kata bahasa Arab di dalam kamus (Arab-Indonesia) sehingga penggunaan kamus menjadi optimal.
2)  Mampu memperkirakan dan menentukan arti kata yang tidak didapatinya di dalam kamus sehingga ketergantungan terhadap kamus menjadi berkurang.
3) Mampu memberikan harakat (baris) dengan benar pada kata-kata bahasa Arab dalam tulisan arab gundul atau kitab kuning dan mampu menerjemah dengan baik.

Beberapa Istilah Penting dalam Ilmu Sharaf
Supaya lebih mudah memahami pelajaran ilmu sharaf maka terlebih dahulu santri harus memahami beberapa istilah penting yang akan sering disebut di tengah-tengah pembahasan ilmu sharaf. Istilah-istilah tersebut antara lain:
A. Wazan (وزن)
Wazan artinya timbangan, pola atau formulasi kata yang umumnya dengan menggunakan variasi komposisi huruf-huruf “ف - ع - ل” (fa – ‘a - la). Contoh:
§  Wazan dari kata “كتب” (kataba) adalah “فعل” (fa’ala)
§  Wazan dari kata “كاتب” (kaatibun) adalah “فاعل” (Faa,ilun)
§  Wazan dari kata “إنقطع” (inqatha’a) adalah “إنفعل” (infa’ala)

B. Mauzun (موزون)
Mauzun artinya kata yang ditimbang atau yang dicocokkan dengan wazannya. Seperti contoh pada poin 1 kata“فَعَلَ” (fa’ala) disebut wazan sedangkan kata “كَتَبَ” (kataba) disebut mauzun.

C. Huruf ‘illat (حروف علة)
Huruf ‘Illat artinya huruf sakit yaitu (أ – و – ي).

D. Tashrif (تصريف)
Tashrif artinya mengubah bentuk dasar menjadi kata-kata turunan dengan mengikuti aturan dan pola tertentu sehingga dihasilkan kata-kata baru dengan makna yang berbeda-beda.

E. Muqabalah (مقابلة)
Muqabalah arti bahasanya adalah “saling berhadapan”. Yang dimaksud dengan muqabalah di sini adalah memperhadapkan atau membandingkan kata-kata dengan wazannya. Contoh, kata “مَنَعَ” (mana’a) dikatakan memiliki wazan “فَعَلَ” (fa’ala), karena huruf “م” (mim)pada kata “مَنَعَ” (mana’a) setara dengan huruf “ف” (fa) pada wazan “فَعَلَ” (fa’ala); huruf  “ن” (nun) pada kata “مَنَعَ” (mana’a) setara dengan huruf “ع” (‘ain) pada wazan “فَعَلَ” (fa’ala); dan huruf “ع” (‘ain) pada kata “مَنَعَ” (mana’a) setara dengan huruf “ل” (lam) pada wazan “فَعَلَ” (fa’ala). Coba anda perhatikan:

Selanjutnya dikatakan bahwa:
Ø Huruf pertama “م” (mim) pada kata “مَنَعَ” (mana’a) disebut “ف” (fa) “فعل” (fi’il)
Ø Huruf kedua “ن” (nun) pada kata “مَنَعَ” (mana’a) disebut “ع” (‘ain) “فعل” (fi’il), dan
Ø Huruf ketiga “ع” (‘ain) pada kata “مَنَعَ” (mana’a) disebut “ل” (lam) “فعل” (fi’il).

Begitulah, setiap “فعل” (fi’il) yang asalnya tiga huruf  atau “فعل ثلاثي” (fi’il tsulatsi) maka huruf pertamanya disebut“ف” (fa) “فعل” (fi’il), huruf keduanya disebut “ع” (‘ain) “فعل” (fi’il), dan huruf ketiganya disebut “ل” (lam) “فعل” (fi’il).

Kalau “فعل ثلاثي” (fi’il tsulatsi) itu bertambah hurufnya, seperti turunan dari kata “مَنَعَ” (mana’a) menjadi “امْتَنَعَ” (imtana’a), “يَمْنَعُ” (yamtani’u), atau “يَمْنَعُوْنَ” (yamna’una), maka huruf yang bertambah itu tidak dihitung. Kita tetap mengatakan bahwa “م” (mim) itu adalah “ف” (fa) “فعل” (fi’il), “ن” (nun) itu “ع” (‘ain) “فعل” (fi’il), dan “ع” (‘ain) ituadalah “ل” (lam) “فعل” (fi’il).
Selain dari huruf-huruf itu dikatakan “زائدة” (za-idah/ huruf tambahan).

Huruf-huruf tambahan yang menjadi imbuhan berjumlah sepuluh huruf, terhimpun dalam kalimat “سَأَلْـتُـمُوْنِـيْهَا” (saaltumauuniiha) yaitu: “س – أ – ل – ت – م – و – ن – ي – هـ - ا”.  

Contoh :
·      Kata “مَمْنُوْعٌ” (mamnu’un)tersusun dari lima huruf sehingga padanya terdapat dua huruf tambahan yaitu “م” (mim) pertama dan “و” (wa)
·      Kata “أَسْتَغْفِرُ” (astagfiru) tersusun dari enam huruf sehingga padanya terdapat tiga huruf tambahan yaitu “أ – س - ت”, (alif – sin - ta).

Latihan :
1)    Sebutkan fa fi’il, ‘ain fi’il, dan lam fi’il dari kata-kata berikut ini :
-          خَلَق                        - جَعَلَ
-          فَرَغَ                               - أَمَلَ
-          سَـعَـى                             - قَوَى
2)  Sebutkanlah huruf-huruf tambahan pada kata-kata berikut ini :
-          مَمْنُوْعٌ                            - مُحَاسِبٌ
-          اسْتِقْلاَلٌ                           - اِتِّبَاعٌ
-          مَقَالَةٌ                              - سَاجِدُوْنَ
3) Sebutkan fa fi’il, ‘ain fi’il, dan lam fi’il dari kata-kata berikut ini :
-          مَمْنُوْعٌ                            - مُحَاسِبٌ
-          اسْتِقْلاَلٌ                           - اِتِّبَاعٌ
-          مَقَالَةٌ                              - سَاجِدُوْنَ

Kata Kerja Dalam Tinjauan Ilmu Shorof
Kata kerja dalam bahasa Arab disebut fi’il (فِعْلٌ), yaitu kata-kata yang menunjukkan arti pekerjaan atau perbuatan yang dilakukan pada waktu tertentu. Dalam bahasa Arab yang menjadi dasar pembentuk kata turunan adalah kata kerja bentuk lampau atau disebut fi’il madhi (فِعْلٌ مَاضٍ). Maksudnya, dari sebuah fi’il madhi bisa ditashrif (diubah) menjadi kata-kata turunan yang berbeda-beda.

Fi’il Berdasarkan Bentuknya
Berdasarkan bentuknya (صِيْغَة) fi’il-fi’il itu dapat dikelompokkan menjadi:
1.     Fi’il Madhi (فِعْلٌ مَاضٍ) yaitu kata kerja bentuk lampau yang menunjukkan sebuah perbuatan sudah selesai dilakukan sebelum waktu pembicaraan seperti kata (كَتَبَ) artinya “sudah menulis”.
2.   Fi’il Mudhari (فِعْلٌ مُضَارِعٌ) yaitu kata kerja bentuk sedang/akan datang yang menunjukkan bahwa sebuah perbuatan sedang dalam proses atau akan dilakukan pada masa setelah pembicaraan seperti kata (يَكْتُبُ) yang artinya “sedang/akan menulis”.
3.  Fi’il Amar (فِعْلُ أَمْرٍ) yaitu kata kerja yang bentuk tuntutan pekerjaan yang harus dilakukan setelah waktu pembicaraan seperti kata (اُكْتُبْ  ) yang artinya “tulislah!”.
4.  Fi’il Nahyi (فِعْلُ نَهْيٍ) yaitu kata kerja bentuk larangan seperti kata (لاَ تَكْتُبْ) yang artinya “jangan tulis!”.

Fi’il Berdasarkan Jumlah Huruf Penyusunnya
Berdasarkan jumlah huruf penyusun sebuah fi’il, maka fi’il-fi’il itu bisa dikelompokkan kedalam 2 (dua) kelompok besar, yaitu:
1.     Fi’il Tsulatsi (فِعْلٌ ثُلاَثِيٌّ), yaitu kata-katakerja yang huruf dasarnya berjumlah 3 (tiga) buah. Selanjutnya, jika dilihat dari ada atau tidaknya tambahan atas huruf-huruf dasarnya maka fi’il tsulatsi ini terbagi menjadi 2 (dua) macam:
Ø Fi’il Tsulatsi Mujarrad (فِعْلٌ ثُلاَثِيٌّ مُجَرَّدٌ), yaitu fi’il tsulatsi yang belum mendapatkan huruf tambahan seperti kata “حَدُثَ (baru) dan “حَدَثَ” (terjadi).
Ø Fi’il Tsulatsi Mazid (فِعْلٌ ثُلاَثِيٌّ مَزِيْدٌ), yaitu fi’il tsulatsi yang sudah mendapatkan huruf tambahan seperti,
A.      “أَحْدَثَ” (mengadakan); awalan “أَ
B.      “حَدَّثَ” (memodernisasi); mentasydid/menggandakan huruf kedua
C.      “حَادَثَ” (bercakap-cakap); sisipan “اْ
D.     “تَحَدَّثَ” (berbicara); awalan “تَـ” dan menggandakan huruf kedua
E.      “اِسْتَحْدَثَ” (memulai); awalan “اِسْتَـ
2.   Fi’il Ruba’i (فِعْلٌ رَبَاعِيٌّ), yaitu kata-kata kerja yang huruf dasarnya berjumlah 4 buah. Jika dilihat dari ada atau tidaknya tambahan atas huruf-huruf dasarnya maka fi’il ruba’i ini terbagi menjadi 2 (dua) macam:
Ø Fi’il Ruba’i Mujarrad (فِعْلٌ رُبَاعِيٌّ مُجَرَّدٌ), yaitu fi’il ruba’i yang belum mendapatkan huruf tambahan seperti kata (دَخْرَجَ) artinya “menggulingkan”.
Ø Fi’il Ruba’i Mazid (فِعْلٌ رُبَاعِيٌّ مَزِيْدٌ), yaitu fi’il ruba’i yang sudah mendapatkan huruf tambahan seperti kata (تَدَخْرَجَ) “terguling”.

Merupakan salah satu keistimewaan dan kemudahan bahasa Arab adalah mayoritas kata kerja dalam bahasa Arab berupa fi’il tsulatsi. Jumlahnya hampir mencapai 100% dari keseluruhan kata kerja. Silahkan teliti di dalam kamus Arab-Indonesia yang Anda miliki!

Fi’il Berdasarkan Jenis Huruf Penyusunnya
Berdasarkan jenis huruf penyusunnya maka fi’il dapat dikelompokkan menjadi:
A.           Fi’il Shahih (فِعْلٌ صَحِيْحٌ) yaitu fi’il-fi’il yang tersusun dari huruf-huruf sehat bukan huruf-huruf illat. Secara spesifik fi’il shahih ini bisa dikelompokkan menjadi:
§  Fi’il Salim (فِعْلٌ سَالِمٌ) yaitu fi’il shahih yang bebas dari tadh’if (pendobelan huruf) dan hamzah seperti (كَتَبَ) artinya “tulis”.
§  Fi’il Mudha’af (فِعْلٌ مُضَعَّفٌ) yaitu fi’il shahih yang huruf kedua dan ketiganya sama seperti (رَدَّ  ) asalnya (رَدَدَ  ) artinya “tolak”
§  Fi’il Mahmuz (فِعْلٌ مَهْمُوْزٌ) yaitu fi’il shahih yang salah satu huruf penyusunnya berupa huruf hamzah (إأ \ ء). Dengan melihat letak huruf hamzah dalam fi’il shahih mahmuz, maka fi’il mahmuz ini dibedakan menjadi:
a) Mahmuz Fa (مَهْمُوْزُ الْفَاءِ) yaitu fi’il dengan huruf pertama berupa huruf hamzah seperti (أَكَلَ) artinya “makan”.
b) Mahmuz ‘Ain (مَهْمُوْزُ الْعَيْنِ) yaitu fi’il dengan huruf kedua berupa huruf hamzah seperti (سَأَلَ  ) artinya “bertanya”.
c)  Mahmuz Lam (مَهْمُوْزُ اللَّامِ) yaitu fi’il dengan huruf pertama berupa huruf hamzah seperti (نَشَأَ) artinya “tumbuh”.

B.            Fi’il Mu’tal (فِعْلٌ مُعْتَلٌّ) yaitu fi’il-fi’il yang sebagian huruf penyusunnya berupa huruf ‘illat. Jika dilihat dari posisi huruf ‘illat dalam sebuah fi’il maka fi’il mu’tal ini bisa dibedakan menjadi:
§  Fi’il Mitsal (مِثَالٌ) yaitu fi’il yang huruf pertamanya berupa huruf ‘illat seperti kata (وَقَفَ) artinya “diam, berdiri”.
§  Fi’il Ajwaf (أَجْوَفُ) yaitu fi’il yang huruf keduanya berupa huruf ‘illat seperti kata (قَالَ) artinya “berkata”.
§  Fi’il Naqish (نَاقِصٌ) yaitu fi’il yang huruf ketiganya berupa huruf ‘illat seperti kata (دَعَى) artinya “menyeru, berdoa”.
§  Fi’il Lafif Mafruq (لَفِيْفٌ مَفْرُوْقٌ) yaitu yaitu fi’il yang huruf pertama dan ketiganya berupa huruf ‘illat seperti kata (وَقَى  ) artinya “menjaga”.
§  Fi’il Lafif Maqrun (لَفِيْفٌ مَقْرُوْنٌ) yaitu fi’il yang huruf kedua dan ketiganya berupa huruf ‘illat seperti kata (نَوَى  ) artinya “niat”
Nama
Keterangan
Contoh
Shahih
Salim
bebas tasydid dan hamzah
كَتَبَ
Mudha’af
bertasydid (dobel huruf)
رَدَّ
Mahmuz
berhamzah
أَكَلَ-سَأَلَ-نَشَأَ
Mu’tal
Mitsal
huruf kesatu ‘illat
وَقَفَ
Ajwaf
huruf kedua ‘illat
قَالَ
Naqish
huruf ketiga ‘illat
دَعَى
LafifMafruq
huruf kesatu dan tiga ‘illat
وَقَى
LafifMaqrun
huruf kedua dan tiga ‘illat
نَوَى

Latihan:
§  Masukkan kata-kata berikut ke dalam tabel sesuai dengan kelompoknya!
وَلَغَ - كَرُمَ – مَنَعَ – بَاعَ – وَحَى – مَدَى – كَادَ - كَرِهَ – حَيِيَ - عَدَّ – حَوَى – رَدَّ - خَانَ - بَدَأَ – مَالَ – أَثِمَ – جَاءَ – تَمَّ – تَابَ – عَقَدَ – شَأَمَ – أَبَدَ – نَهَى – وَقَفَ – جَلَسَ – وَصَلَ

Salim
Mudha‘af
Mahmuz
Mistal
Ajwaf
Naqish
Lafif Maqrun
Lafif Mafruq

-       T A M A T -

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Salam!