Rabi'ah al-Adawiyyah
رابعة
العدوية
(Ibu Para Sufi Besar)
Rabiah Al-Adawiyah dikenal juga dengan nama Rabi'ah Basri adalah seorang
sufi wanita yang dikenal karena kesucian dan dan kecintaannya terhadap Allah. Rabi'ah
dikenal sebagai seorang sufi wanita yang zuhud, yaitu tidak tertarik kepada
kehidupan duniawi, sehingga ia mengabdikan hidupnya hanya untuk beribadah
kepada Allah. Rabi’ah diperkirakan lahir antara tahun 713 - 717 Masehi, atau 95
- 99 Hijriah, di kota Basrah, Irak dan meninggal sekitar tahun 801 Masehi/ 185
Hijriah.
Ia bernama
lengkap adalah Rabi'ah binti Ismail al-Adawiyah al-Basriyah. Ia merupakan sufi wanita beraliran Sunni pada masa dinasti Umayyah yang
menjadi pemimpin dari murid-murid perempuan dan zahidah, yang mengabdikan
dirinya untuk penelitian hukum kesucian yang sangat takut dan taat kepada
Tuhan. Rabi'ah
Al-Adawiyah dijuluki sebagai The Mother of the Grand Master atau Ibu
Para Sufi Besar karena kezuhudannya. Ia juga menjadi panutan para ahli sufi
lain seperti Ibnu al-Faridh dan Dhun Nun Al-misri. Kezuhudan Rabi'ah juga
dikenal hingga ke Eropa. Hal ini membuat banyak cendikiawan Eropa meneliti
pemikiran Rabi'ah dan menulis riwayat hidupnya, seperti Margareth Smith,
Masignon, dan Nicholoson.
Sebagai sufi besar Rabi’ah memiliki majelis yang dikunjungi banyak
murid. Majelisnya itu juga sering dikunjungi oleh zahid-zahid lain untuk
bertukar pikiran. Di antara mereka yang
pernah mengunjungi majelis Rabi'ah adalah, Malik bin Dinar (wafat 748/ 130 H),
Sufyan as-Sauri (wafat 778/ 161H), dan Syaqiq al-Balkhi (wafat 810/194H).
Rabi'ah hanya tidur sedikit disiang hari dan menghabiskan sepanjang malam untuk
bermunajat sehingga ia dikenal sebagai pujangga dengan syair-syair cintanya
yang indah kepada Allah. Rabi'ah telah terkenal karena kecerdasan dan
ketaatannya ke pelosok negeri sehingga ia menerima banyak lamaran untuk
menikah.
Di antara mereka yang melamarnya adalah Abdul Wahid bin Zayd, seorang
teolog dan ulama, Muhammad bin Sulaiman al-Hasyimi, seorang amir dari dinasti
Abbasiyah yang sangat kaya, juga seorang Gubernur yang meminta rakyat Basrah
untuk mencarikannya seorang istri dan penduduk Basrah bersepakat bahwa Rabi'ah
adalah orang yang tepat untuk gubernur tersebut. Rabi'ah menolak seluruh lamaran
itu dan memilih untuk tidak menikah. Meskipun tidak menikah, Rabi'ah sadar
bahwa pernikahan termasuk sunah agama, sebab, tidak ada kependetaan dalam
syariat Islam. Rabi'ah memilih untuk tidak menikah
karena ia takut tidak bisa bertindak adil terhadap suami dan anak-anaknya kelak
karena hati dan perhatiannya sudah tercurahkan kepada Allah. Tidak ada satupun
di dunia ini yang dicintai Rabi'ah kecuali Allah. Sehingga atas dasar itulah,
Rabi'ah memuntuskan untuk tidak menikah hingga akhir hidupnya
Tujuan
Rabi’ah yaitu kepada Tuhan karena Tuhan, bukan kepada Tuhan karena mengharap.
Sehingga ia menuliskan syair seperti:
“Ya Illahi! Jika sekiranya aku beribadah kepada Engkau karena takut akan
siksa neraka,maka bakarlah aku dengan neraka-Mu.
Dan jika aku beribadah kepada Engkau karena
harap akan masuk surga, maka haramkanlah aku daripadanya!
Tetapi jika aku beribadah kepada Engkau hanya
karena semata-mata karena kecintaanku kepada-Mu, maka janganlah, Ya Illahi,
Engkau haramkan aku melihat keindahanmu yang azali”
BACA JUGA:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Salam!