Minggu, Januari 24, 2016

MENGENANG ANREGURUTTA DR. KH. MA RUSDY AMBO DALLE (WAFAT 21/1/2016)



Prof. Hamka Haq Mengenang Gurutta Rusdy Ambo Dalle
Assalamu alaikum war.wab. Maaf dan salam hormat saya sampaikan kepad segenap warga DDI di manapun berada. Baru saat ini saya sempat menulis komen soal wafatnya kakanda Dr.Ali Rusdi Ambo Dalle. Mungkin karena saya agak sulit menyadari untuk segera menerima kenyataan takdir Tuhan akan kepergian kakanda tercinta Rusdi AD yang berlangsung begitu mendadak. Terus terang saya mengalami sedikit stres bercampur kebingungan, bimbang antara desakan keinginan menghadiri pemakaman beliau di Pare-Pare, dan posisi sulit saya yang sedang berada di Kotawaringin Kalimantan Tengah, yang tidak memungkinkan saya untuk berburu waktu menuju Makassar dan terus ke Pare-Pare. Maka saya berusaha menenangkan perasaan menerima kenyataan, merelakan beliau pergi tanpa sempat menyaksikan pemakamannya.





Sebenarnya semalam sebelum menerima berita meninggalnya kak Raudi, saya mengalami sesuatu yang mungkin itu sebagai isyarat, tetapi saya tidak memahami isyarat apa gerangan ini. Di malam itu, badan saya lemas sekujur tubuh, perasaan resah, tidur tidak nyenyak gelisah tidak menentu. Tidak pernah mengalami keadaan seperti itu sebelumnya. Usai sholat Subuh saya kembali merebahkan diri untuk menenangkan perasaan. Saat saya bangun kembali, dan mengaktifkan HP, SMS pertama yang saya baca adalah: Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun, AG Dr. H.Ali Rusdi Ambo Dalle telah berpulang ke rahmtullah Kamis, 21 Januari 2016. Usai membacanya, respon saya biasa-biasa saja, seolah tidak terjadi apa-apa. Beberapa saat kemudian baru perasaan berubah drastis, mencapai puncak kesedihan yang mendalam, tak dapat saya ungkapkan kecuali dengan sebuah kata: "bersedih".
Masih saja terbayang wajahnya dalam mimpi dengan jas warna krem yang dipakainya ketika saya menemani beraudiensi dgn Wapres Jusuf Kalla 6 Januari 2016. Sederhana sekali, beliau hanya naik taksi, dan ketika saya mengantarnya pulang, dia minta didrop saja di Jl. Thamrin dekat Sarinah, katanya biar dek Hamka bisa cepat cepat ke Senayan lagi. Sesudah itu komunikasi selalu ada sampai saya menghadiri Rakernas DDI di Sudiang Makassar tgl 16 Januari. Di arena Rakernas, saya diajak ke kamarnya, dan sempat sholat zhuhur di sana. Karena sajadah entah di mana, dia pun langsung menghamparkan sarung sholatnya di depan saya, katanya ini sajadahnya sambil ketawa kecil hehe khas beliau.
Saya juga diminta untuk bicara 15 menit di depan peserta Rakernas soal issu-issu aktual nasional dan pengembangan DDI ke depan. Tapi sebelum itu, ada acara khusus Pendahuluan yakni pernyataan lisan dari dua pimpinan DDI, Dr.H.Ali Rusdi Ambo Dalle dan Prof. K.H. Farid Wadjdy, MA, mendeklarasikan penyatuan DDI setelah terpisah selama 17 tahun. Usai deklarasi mereka siap-siap turun dari panggung, tapi dengan cepat saya bangkit dari kursi meminta mereka berjabat tangan dulu disaksikan oleh hadirin peserta Rakernas. Saya dan bebetapa peserta sempat mengabadikan dgn kamera HP.
Ketika saya pamit ke Bandra menuju Surabaya, adinda Halim Ambo Dalle menyodorkan ke saya berkas usulan RUSUNAWA untuk diteruskn ke Menteri PU, tapi tiba-tiba dicegah oleh kak Rausdi, Katanya, akan dilengkapi dan nanti dia sendiri yang akan menyerahkannya ke saya sekembali ke Jakarta. Namun tidak lagi sempat bertemu sebab saya keburu ke Kalimantan Tengah tanggal 20 Januari untuk tugas Legislatif dan tugas Partai. Hingga sekarang saya masih di Kotawaringin Kalteng. Dari Kotawaringin saya ucapkan Selamat Jalan Kanda Ali Rusdi Ambo Dalle, Allah SWT lebih mencintaimu melebihi cinta warga DDI yang engkau tinggalkan. Engkau dipanggil segera oleh Allah SWT, mungkin karena Allah ingin engkau tetap bersih, dan penyatuan DDI yang engkau lakukan tidak ternodai semasa hidupmu. Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Salam!