Gempa Sulteng
& Pertunangan Sawerigading dengan Ratu
Ngilinayo
By: Med Hatta
PADA sekitar abad ke-6 M, Seorang
petualang legendaries Bugis, Sawerigading berlabuh di pelabuhan kerajaan Sigi
dalam perjalanan pulang dari negeri China. Belakangan diketahui bahwa tujuan
transit kapal Sawerigading di negeri kerajaan Sigi tersebut tidak lain karena
berita viral akan kecantikan Ratu Sigi Ngilinayo. Sawerigading datang untuk
melamar Ratu Ngilinayo menjadi istrinya.
Namun, takdir tidak mempersatukan
mereka karena menjelang pesta pernikahan akbar antara Sawerigadi dengan Ratu
Ngilinayo terjadi gempa dan tsunami yang dahsyat memporakporandakan
negeri Sigi dan sekitarnya. Kapal-kapal Sawerigading hancur diterpa tsunami dan
menimbulkan tanah longsor yang menimbun teluk.
Lama-kelamaan, teluk itu berubah
menjadi daratan dan dihuni manusia secara turun-temurun hingga kini. Inilah
asal-muasal Lembah Palu yang beberapa hari lalu diterpa gempa bumi dan tsunami.
(Lihat: Jamrin Abubakar dalam “Tadulako dari Sulawesi Tengah (2013)” dan
Masyhuddin Masyhuda “Sawerigading dengan Raja Sigi Ngilinayo dalam Hubungan
dengan Terjadinya Lembah Palu (1987)”.
Berguncangnya bumi dalam kisah
Sawerigading dan Ratu Ngilinayo—terlepas dari kuatnya unsur mitos—menjadi
gambaran bahwa fenomena alam ini memang sudah pernah melanda Palu dan
sekitarnya sejak zaman dahulu.
Sulawesi Tengah, khususnya kawasan
Lembah Palu termasuk Sigi dan Donggala, memang termasuk daerah rawan gempa,
tentunya dengan alasan-alasan yang masuk akal dan geologis. Dan gempa
berkekuatan magnitudo 7,4 (sebelumnya disebutkan 7,7) yang mengguncang wilayah
Donggala, Sulawesi Tengah, pada Jumat (28/9/2018) petang, juga menyebabkan
tsunami. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), tsunami itu terjadi setidaknya di tiga wilayah, yaitu
Palu, Donggala, dan Mamuju.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, Gempa di Donggala
disebabkan pergeseran patahan atau sesar Palu-Koro, "Selama ini tidak ada
gempa mencapai magnitudo 7,4 di daerah itu. Kondisi itu justru menyebabkan
adanya pengumpulan energi yang bisa memicu gempa lebih besar seperti yang telah
terjadi hari ini," katanya pada hari Jumat malam (28/9/2018).
Sementara itu, dari hasil pantauan
BMKG hingga pukul 20.00 WIB sehari sesudahnya, telah terjadi 22 kali gempa susulan yang
tercatat dengan magnitudo terbesar M 6,3 dan terkecil M 2,9. Hingga Sabtu
(29/9/2018) pagi, sudah terjadi 91 gempa susulan pasca-gempa bermagnitudo 7,4
pada Jumat (28/9/2018).
Sejak lama Palu telah diprediksi akan
terkena gempa besar. Sejumlah penelitian menyebutkan bahwa Palu menyimpan
potensi ini. Sesar Palu Koro sepanjang 500 kilometer yang memanjang dari Teluk
Palu sampai Teluk Bone termasuk sesar yang aktif dengan pergeseran cukup besar
yakni 45 milimeter per tahun. Data-data menyebutkan bahwa gempa ini
mempunyai siklus antara 90 – 130 tahunan.
Peta ini menunjukkan gempa bumi dalam 30 hari terakhir dengan kekuatan 4,5 SR atau lebih. (via Bloomberg) (GP 4) |
Kata ahli tsunami Gegar Prasetyo yang
juga merupakan Ketua Ikatan Ahli Tsunami: “Tsunami di zona ini merupakan paling
sering terjadi di Indonesia. Tercatat rata-rata 25 tahun sekali terjadi tsunami
. Ini karena pergerakan geologi Pulau Sulawesi memang sangat aktif”,
Bahkan Kompas pada 13 Mei 2017 memuat artikel dengan
judul Waspadai Gempa Besar di Sulawesi dengan penekanan pada
ancaman sesar Palu-Koro.
Bangunan Merata Dengan
Tanah
Gempa Donggala kali ini memicu tsunami
yang meratakan perumahan dan bangunan komersial di Kota Palu dan Kabupaten
Donggala – dengan populasi gabungan hampir 600.000 – di Provinsi Sulawesi
Tengah. Pusat gempa bumi (episentrum) berada di darat, sekitar Kecamatan
Sirenja, Kabupaten Donggala, atau sekitar 26 km
utara Donggala dan 80 km barat laut kota Palu dengan
kedalaman 10 km.
Guncangan gempa bumi dirasakan
di Kabupaten Donggala, Kota Palu, Kabupaten Parigi
Moutong, Kabupaten Sigi, Kabupaten Poso, Kabupaten
Tolitoli, Kabupaten Mamuju, bahkan hingga Kota Samarinda, Kota
Balikpapan, dan Kota Makassar. Gempa memicu tsunami hingga
ketinggian 1,5 meter di Kota Palu.
Sehubungan gempa ini, Wahyu W. Pandoes
dari pihak BPPT menyatakan bahwa gempa ini berkekuatan 2,5 ×
1020 Nm atau setara 3 × 106 ton TNT. Ini serupa 200 kali
bom Hiroshima.
Akibat guncangan gempa bumi, beberapa
saat setelah puncak gempa terjadi muncul gejala likuefaksi (pencairan
tanah) yang memakan banyak korban jiwa dan material. Dua tempat yang paling
nyata mengalami bencana ini adalah Kelurahan Petobo dan
Perumnas Balaroa di Kota Palu. Balaroa ini terletak di
tengah-tengah sesar Palu-Koro. Saat terjadinya likuifaksi, terjadi kenaikan dan
penurunan muka tanah. Beberapa bagian amblas 5 meter, dan beberapa bagian naik
sampai 2 meter.
Di Petobo, ratusan rumah tertimbun
lumpur hitam dengan tinggi 3-5 meter. Terjadi setelah gempa, tanah di daerah
itu dengan lekas berubah jadi lumpur yang dengan segera menyeret
bangunan-bangunan di atasnya. Di Balaroa, rumah amblas, bagai terisap ke
tanah. Adrin Tohari, peneliti LIPI, ada menyebut bahwa di bagian tengah
zona Sesar Palu-Koro, tersusun endapan sedimen yang berumur
muda, dan belum lagi terkonsolidasi/mengalami pemadatan. Karenanya ia rentan
mengalami likuefaksi jika ada gempa besar.
Laporan dan rekaman likuefaksi juga
muncul dari perbatasan Kabupaten Sigi dengan Kota Palu. Lumpur muncul dari
bawah permukaan tanah dan menggeser tanah hingga puluhan meter dan akhirnya
menenggelamkan bangunan dan korban hidup-hidup. Menurut data, likuefaksi yang
terjadi di Perumnas Balaroa menenggelamkan sekitar 1.747 unit rumah; sementara
di Kelurahan Petobo sekitar 744 unit rumah tenggelam. Jumlah korban jiwa belum
dapat dikumpulkan hingga 2 Oktober 2018.
Garantie: “Umat Islam
Tidak Di Azab Selama Istighfar”
Berdasarkan dari fakta-fakta
di atas, sesungguhnya gempa bumi yang beruntun menimpa
bumi Sulawesi
Tengah, khususnya
yang melanda Palu, Donggala dan Sigi belakangan ini
tiada lain murni fenomena alam yang terjadi karena adanya aktifitas fisik dari
berbagai benda-benda di alam. Setiap bencana yang terjadi, bukan saja gempa bumi, itu merupakan
proses alam, tidak berhubungan dengan azab Tuhan. Apalagi tidak ada kaitatannya
dengan “kemusyrikan” dan/atau pesta budaya masyarakat Kaili yang dilakukan oleh
pemerintah daerah Kota Palu di Pantai Talise…
Nabi Muhammad saw bersabda
(mengisahkan curhatan nabi Adam as): “Kata nabi Adam as: “Aku pernah melakukan
dosa besar kepada Allah di dalam surga dan aku kemudian dikeluarkan dari surge
karenanya, sebaliknya umat Muhammad melakukan dosa kepada Allah, tetapi justru
dimasukkan ke dalam surga apabila mereka bertaubat kepada-Nya”.
Kisah lain dari Rasulullah Saw
sebagaimana diceritakan oleh Ibn Abbas ra, berkata: Ketika firman Allah dari
surah Al Anfal ayat 33 diturunkan nabi bersabda: Allah telah menurunkan
kepadaku dua garantie untuk umatku, lalu Beliau membaca ayat: “Dan
Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara
mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta
ampun”; Ketika aku telah tiada maka aku tinggalkan kepada mereka ISTIGHFAR”
(HR. Tirmizi).
Kisah Live dari dua
hadits nabi Muhammad saw di atas, khususnya hadits terakhir yang bersifat garantie
diberikan Allah – khusus – kepada kekasih-Nya Muhammad Saw untuk umatnya, bahwa
Allah Swt tidak akan menimpakan Azab, sebagaimana telah ditimpakan pada
umat-umat terdahulu, kepada umat nabi Muhammad Saw sampai hari kiamat. Dan
selama umat ini masih mentradisikan di dalam kehidupan sehari-harinya budaya istighfar
serta senantiasa bertaubat kepada Allah Swt setiap kali melakukan kesalahan.
Bahkan Iblis – laknatullah
– pun pernah bertrusterang kepada Allah, mengatakan: Demi Keagungan Mu wahai
Tuhan, aku tidak sanggup menggoda hamba Mu (umat Muhammad) selama ruhnya masih
berada ditubuhnya, maka Allah berfirman: “Demi Kemulian dan Keagungan Ku, Aku
akan senantiasa mengampuninya selama mereka masih beristighfar”. (HR. Ahmad
& Al Hakim).
Sekali lagi, gempa bumi Sulteng
hanya proses hukum alam yang dialami bumi saja, seperti manusia yang bersin
atau batuk saja karena flu. Tidak lebih dari itu. Maka dalam konteks gempa Palu
atau bencana alam apapun hendaklah “jadikan manusia sebagai subjek bencana,
bukan objek yang berdosa kemudian diazabkan.”
Wallahua’lam!
ATTANTION:
Ucapan Dukacita Untuk
Warga Sulteng:
·
Presiden Jokowi,
menyampaikan ucapan keduka-citaan akan adanya bencana gempa ini. Selain
itu, Menkopolhukam Wiranto, Gubernur Sumatera Utara Edy
Rahmayadi, dan Anies Baswedan Gubernur Jakarta juga turut
menyampaikan pernyataan bela sungkawa terkait bencana gempa ini.
·
Negara tetangga menyampaikan
duka akan adanya bencana ini. Presiden Singapura Halimah
Yacob dan PM Lee Hsien Loong menyampaikan dukacita. PM Lee juga ada
menulis bahwa negerinya siap beri tolong dan perbantuan akan bencana yang
menimpa Sulawesi ini. Dirinya juga yakin bahwa Indonesia akan segera bangkit
dari tragedi ini.
·
Dunia internasional juga sama
berduka asbab daripada bencana gempa bumi dan tsunami ini. Antonio
Gutterres dari PBB, Tsai Ing-wen dari Taiwan, mendukung
adanya penyelamatan dan dukungan bantuan berkenaan dengan tsunami Palu ini.
·
Harian Al-Ahram Mesir juga
menyampaikan pernyataan Kementerian Luar Negeri Mesir dukungan agar Indonesia
bisa lekas pulih secepatnya dari gempa ini. Sebuah badan amal
dari Skotlandia dan yayasan IHH Turki telah mengirim bantuan untuk
Indonesia.
·
Situs berita Almowaten juga
menyebutkan akan adanya telegram rasa dukacita dan simpati dari Salman bin
Abdulaziz al-Saud kepada Presiden Joko Widodo berkenaan guncangan gempa ini.
Telegram ini disampaikannya atas nama seluruh rakyat dan pemerintahan Saudi
Arabia.
·
Ada pula sejumlah public figur
dunia yang turut merasakan duka bagi para korban di Sulawesi Tengah. Seperti
ini ekspresi simpati dari para selebriti luar negeri:
1. Choi
Siwon mengirimkan ucapan bela sungkawa lewat hashtag #PrayforIndonesia
“Saya ingin
mengungkapkan rasa duka cita terdalam kepada para korban tewas dan luka-luka
dari gempa dan tsunami yang melanda bagian utara dari Pulau Sulawesi,
Indonesia. Saya berdoa agar negara ini bisa segera pulih dan simpati saya untuk
mereka. #PrayforIndonesia”.
2. Maher
Zain mengunggah foto penuh makna di Instagram, Penyanyi religi berdarah Libanon
asal Swedia, Maher Zain juga turut mengunggah konten bela sungkawa atas bencana
yang menimpa Sulawesi Tengah. Di akun Instagramnya, pelantun Thank You Allah
ini memasang foto dengan hashtag #Sulawesi #Indonesia.
Ucapan turut
berduka pun membanjiri kolom komentar akun official Maher Zain tersebut.
Artikel Berhubungan:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Salam!