Rabu, September 22, 2021

BADAR SAKSI SEJARAH KEJAYAAN ISLAM :

*Mukjizat Dimensi Geografi AlQuran (12)

Perang Badar Agung

By: Med Hatta 

"Secara geografis, lokasi Badar terletak disebelah Barat kota Madinah, ditempuh melalui jalur perdagangan Arab masa itu, yang juga dilewati oleh Rasulullah SAW pada perang Badar, sekitar 257,5 Km. Ia berada di sebelah Utara Makkah, ditempuh oleh pasukan kaum musyrik Makkah - dengan jalur kafilah - sekitar 402,3 Km. Sekarang, jarak Makkah dan Badar dengan jalur lintas bebas hambatan sekitar 343 Km, sedangkan Madinah dan Badar sekitar 153 Km. Daerah Badar pada awalnya hanyalah area tempat persinggahan pada jalur kafilah dagang Arab dari Makkah ke Suriah. Karena lokasinya strategis terletak antara Makkah dan Madinah pada jalur perdangan maka Badar menjadi salah satu pasar populer Arab. Namun, Badar terkenal ke seantoro dunia, tak lain karena tempat itu menjadi saksi sejarah kemenangan Islam dalam peperangan melawan kaum musyrik Makkah. Karenanya, perang badar disebut titik awal kemunculan Islam sebagai salah satu agama terbesar dunia dengan ajaran Tauhidnya - hingga hari ini. Ayat kajian ini berkisah tentang perang badar yang dahsyat itu...!"

*Baca: Versi Seluler

Allah berfirman :

وَلَقَدْ نَصَرَكُمُ ٱللَّهُ بِبَدْرٍ وَأَنتُمْ أَذِلَّةٌ ۖ فَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Terjemah Arti: "Dan sungguh, Allah telah menolong kamu dalam Perang Badar, padahal kamu dalam keadaan lemah. Karena itu, bertakwalah kepada Allah, agar kamu mensyukuri-Nya." (QS. Ali Imran: 123).

Para ahli sejarah sepakat bahwa Perang Badar yang merupakan kontak senjata skala besar pertama antara pasukan umat Islam dengan kaum musyrik Quraisy terjadi pada 17 Ramadhan tahun 2 H., atau bertematan dengan tanggal 13 Maret 624 M. Pasukan umat Islam kala itu tergolong kekuatan kecil, karena hanya terdiri dari 313 personil saja, sedangkan pasukan musyrik Quraisy memiliki kekuatan 1000 tentara bersenjata lengkap. 

Namun - atas pertolongan Allah - setelah keduanya saling menyerang dan bertempur habis-habisan selama lebih 2 jam, pasukan kecil umat Islam berhasil menghancurkan pasukan musuh yang berjumlah besar itu, membunuh pemimpin mereka, 'Amr bin Hisyam Al-Makhzumi Al-Qurasyi (Abu Jahah),  menewaskan 70 lainya, menahan 70 tentara dan sisanya kabur melarikan diri.  Allah berfirman : 

وَلَقَدْ نَصَرَكُمُ ٱللَّهُ بِبَدْرٍ وَأَنتُمْ أَذِلَّةٌ ۖ 

Terjemah Arti: "Dan sungguh, Allah telah menolong kamu dalam Perang Badar, padahal kamu dalam keadaan lemah."

Disebut Perang Badar karena peristiwanya terjadi di lokasi bernama Badar, terletak antara Makkah dan Madinah, dan juga merupakan jalur ramai kafilah dagang bangsa Arab pada masa itu, yang menghubungkan antara Makkah dan Suriah. Karena letaknya yang strategis itulah sehingga Badar menjadi salah satu pasar populer Arab. Namun, Badar menjadi terkenal ke seantoro dunia, tak lain karena tempat itu menjadi saksi sejarah kemenangan Islam melawan kaum musyrik Makkah, yang merupakan titik awal kemunculan Islam sebagai agama terbesar dunia dengan ajaran Tauhidnya - hingga hari ini. 

Sejatinya cikal-cikal-bakal peristiwa perang Badar bermula dari nabi Muhammad SAW mendapatkan informasi tentang keberadaan rombongan dagang musyrik Quraisy di bawah pimpinan Abu Sofyan bin Harb, yang sedang dalam perjalanan pulang dari negeri Syam (Suriah) menuju Makkah, maka nabi SAW ingin mencegat rombongan itu untuk mengambil harta dagangan mereka sebagai kompensasi ganti rugi atas kekayaan kaum Muhajirin yang diambil paksa oleh mereka di Makkah. Jadi, nabi SAW tidak mempersiapkan pasukan untuk berperang.

Maka pada tanggal 12 Ramadhan tahun ke 2 H, nabi Muhammad SAW keluar bersama pasukan secukupnya, tidak semua kekuatan militer negara Islam Madinah yang sudah berusia 2 tahun saat itu, hanya sekitar 313 tentara saja, mereka menuju ke daerah Badar untuk menghadang rombongan dagang Abu Sofyan tersebut. Tetapi Abu Sofyan yang (juga) ahli strategi itu keburu mengetahui rencana nabi Muhammad SAW, dan merasa bahwa rombongannya sedang terancam bahaya, maka ia segera mengalihkan jalur mereka ke arah laut merah. 

Kemudian Abu Sufyan segera mengirim pembawa pesan ke Makkah bahwa rombongannya sedang dihadang oleh pasukan Muhammad di Badar. Dan, selanjutnya kaum musyrik Makkah - segera - merespon pesan tersebut dan mempersiapkan pasukan besar dari semua klan yang ada di Makkah untuk menyerang pasukan Islam di Badar, kecuali hanya klan dari Bani Uday (saja) yang menolok terlibat dalam pertempuran itu. 

Tetapi meskipun demikian, kaum musyrik Makkah mampu mempengaruhi beberapa sekutunya yang lain dari luar Makkah, sehingga terbentuk pasukan yang besar terdiri dari 1000 tentara, di antaranya 100 penunggang kuda dan beberapa rombongan unta, serta semua bersenjata lengkap. Pasukan besar itu berangkat ke Badar di bawah pimpinan 'Amr bin Hisyam Al-Makhzumi Al-Qurasyi (Abu Jahal) dan tokoh-tokoh pembesar Quraisy lainnya. 

Akan tetapi, setelah Abu Sofyan merasa rombongan dagang yang dibawanya sudah merasa aman dari kepungan pasukan nabi Muhammad SAW, karena berhasil meloloskan diri dengan memutar arah dari daerah Badar, maka ia segera mengirim pesan kepada Abu Jahal agar menghentikan serangan ke Badar dan kembali ke Makkah. Namun Abu Jahal menolak saran itu, dan ia tetap bulat untuk tetap menyerang pasukan Muhammad untuk memberinya pelajaran, sekaligus Abu Jahal ingin mendemonstrasikan kekuatan militer bangsa Quraisy di mata negara-negara Arab lainnya agar mereka takut, serta mengamankan jalur perdagangan mereka dari gangguan-gangguan penyerangan serupa. 

Di sisi lain, nabi Muhammad SAW dan pasukannya yang sudah berada di lokasi Badar mengetahui akan kedatangan tentara besar dari kaum musyrik Makkah di bawah pimpinan Abu Jahal, maka nabi segera berembuk dengan para sahabat-sahabatnya yang terlibat dalam pasukan Badar tentang sikap yang harus ditempuhnya. Tapi semua sahabat dari kaum Muhajirin dan Anshar (Bani Aus dan Bani Khazraj) sepakat untuk maju ke medan perang melawan mereka, meskipun jumlah musuh jauh lebih besar, mereka tidak gentar. 

Imam Bukhari dalam kitabnya (Ash-Shahih) merekam suasa  pertemuan nabi bersama para sahabat-sahabatnya itu, bahwa mereka sepakat mendukung gagasan untuk maju melawan musuh, di antara sahabat yang turut berbicara adalah Abu Bakar As-Shiddiq, Umar bin Khattab dan bahkan sahabat Miqdad bin Aswad menambahkan, berkata: "Ya Rasulullah, kami tidak akan mengatakan seperti ucapan Bani Israil kepada nabi Musa (membaca ayat), Allah berfirman : 

قَالُواْ يَا مُوسَى إِنَّا لَن نَّدْخُلَهَا أَبَدًا مَّا دَامُواْ فِيهَا فَاذْهَبْ أَنتَ وَرَبُّكَ فَقَاتِلا إِنَّا هَاهُنَا قَاعِدُونَ 

Terjemah Arti: "Mereka berkata, "Wahai Musa! Sampai kapan pun kami tidak akan memasukinya selama mereka masih ada di dalamnya, karena itu pergilah engkau bersama Tuhanmu dan berperanglah kamu berdua. Biarlah kami tetap (menanti) di sini saja." (QS. Al-Maidah: 24); 

Yaitu, jika Rasulullah SAW berperang maka kami pun ikut bersamanya (kata Miqdad). Tetapi dari 3 sahabat yang berbicara itu semua adalah kaum Muhajirin, karenanya, nabi ingin mendengarkan (juga) pendapat dari kaum Anshar (Aus dan Khazraj), secara merekalah yang mayoritas pada kelompok badar itu. Sebagai catatan tentang komposisi pasukan Badar, yaitu; 61 orang dari Aus, 170 dari Khazraj, atau 231 orang mewakili Anshar, dan sisanya (82 orang) dari kaum Muhajirin. 

Karenanya nabi bersabda: "Wahai para hadirin, berikanlah pendapat kepadaku." Mendengar itu, sahabat Sa'ad bin Mu'adz (pemimpin Anshar) langsung berdiri, mengatakan: "Wahai Rasulullah, seakan-akan yang Anda maksud adalah kami,,, Demi Allah, selama ini kami telah mengamankanmu di Madinah, kami juga telah bersaksi bahwa ajaran yang Anda kepada kami adalah kebenaran, maka kami telah memberikan janji dan sumpah kami untuk taat kepada Allah dan rasul-Nya, jika Anda memerintahkan kami menyeberangi sebuah samudra besar maka kami akan mengarunginya, tanpa seorang pun dari kami yang membangkang... Maka majulah ke medan perangmu wahai Rasulullah, dan kami menyertaimu...!"

Pernyataan yang sama datang pula dari tokoh Anshar yang lain, sahabat Sa'ad bin 'Ubadah. Maka nabi Muhammad SAW merasa legah atas kesetiaan dan keberanian sahabat-sahabatnya, serta memutuskan jalan perang. Kemudian segera nabi mengatur strategi perang dan pembagian tugas-tugas penting; nabi memberikan Bendara Putih kepada Mash'ab bin 'Umair, sebagai komando militer, 2 Bendera Hitam dibagikan kepada masing-masing Ali bin Abi Thalib, sebagai komando tentara Muhajirin, dan Sa'ad bin Mu'adz, sebagai tentara Anshar. 

Serta nabi menugaskan Az-Zubair bin Awwam mengawal pasukan dari arah kanan, dan Miqdad dari kiri. Karena hanya mereka berdua saja yang berkuda dari pasukan Islam. Dan karena pihak pasukan Islam yang pertama tiba di daerah Badar, maka nabi mencoba mengatur strategi dan posisi yang ideal untuk pasukannya, sesuai kondisi medan Badar, sebagaimana telah dipetakan AlQuran, Allah berfirman : 

إِذْ أَنتُم بِٱلْعُدْوَةِ ٱلدُّنْيَا وَهُم بِٱلْعُدْوَةِ ٱلْقُصْوَىٰ وَٱلرَّكْبُ أَسْفَلَ مِنكُمْ ۚ وَلَوْ تَوَاعَدتُّمْ لَٱخْتَلَفْتُمْ فِى ٱلْمِيعَٰدِ ۙ وَلَٰكِن لِّيَقْضِىَ ٱللَّهُ أَمْرًا كَانَ مَفْعُولًا لِّيَهْلِكَ مَنْ هَلَكَ عَنۢ بَيِّنَةٍ وَيَحْيَىٰ مَنْ حَىَّ عَنۢ بَيِّنَةٍ ۗ وَإِنَّ ٱللَّهَ لَسَمِيعٌ عَلِيمٌ

Terjemah Arti: "(Yaitu) ketika kamu (Muhammad) berada di pinggir lembah yang dekat dan mereka berada di pinggir lembah yang jauh sedang kafilah itu berada lebih rendah dari kamu. Sekiranya kamu mengadakan persetujuan (untuk menentukan hari pertempuran dan posisi), niscaya kamu berbeda pendapat dalam menentukan (pemilihan itu), tetapi Allah berkehendak melaksanakan suatu urusan yang harus dilaksanakan, yaitu agar orang yang binasa itu binasa dengan bukti yang nyata dan agar orang yang hidup itu hidup dengan bukti yang nyata. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui," (QS. Al-Anfal: 42). 

Lalu, nabi memilih posisi dekat dengan sumur satu-satunya yang ada di Badar itu, tujuannya agar mudah mencapai air jika tentara kehausan dalam berperang, tapi seorang sahabat Al-Habbab bin Al-Mundzir berkata: "Tabe, Rasulullah! Apakah pemilihan tempat ini perintah wahyu (juga), ataukah hanya siasat dan strategi perang saja?!" Nabi bersabda: "ini hanya siasat dan strategi saja!" Kata Al-Habbab: "menurut pengalaman saya, ini bukan tempat yang tepat untuk pasukan kita...!"

Lalu, Al-Habbab mengusulkan agar pasukan bergeser ke samping menjauh dari sumur, pertimbangannya bahwa orang-orang musyrik Makkah (juga) sangat mengenal tempat ini sebagai jalan raya mereka pergi berdagang ke Suriah. maka begitu mereka datang nanti, mereka pasti akan langsung menyerbu ke arah sumur untuk menguasainya. Jadi, sebaiknya kita menjauh dari sumur, tapi di bawah kita akan membuat kolam besar, dan menguras habis isi sumur itu dengan membuat ledeng ke arah kolam kita. 

Rasulullah SAW tersenyum puas mendengarkan penjelasan dari sahabat Al-Habbab, dan nabi mengikuti usulannya tersebut. Serta langsung memerintahkan seluruh pasukan bergeser ke bawah (pojok Selatan area Badar, menggali kolom dan menguras isi sumur Badar ke kolam mereka. Dan, membangun tenda mereka di tempat itu serta malamnya mereka bisa tidur puas menunggu hari pagi kedatangan musuh. Allah berfirman :

إِذْ يُغَشِّيكُمُ ٱلنُّعَاسَ أَمَنَةً مِّنْهُ وَيُنَزِّلُ عَلَيْكُم مِّنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءً لِّيُطَهِّرَكُم بِهِۦ وَيُذْهِبَ عَنكُمْ رِجْزَ ٱلشَّيْطَٰنِ وَلِيَرْبِطَ عَلَىٰ قُلُوبِكُمْ وَيُثَبِّتَ بِهِ ٱلْأَقْدَامَ

Terjemah Arti: "(Ingatlah), ketika Allah membuat kamu mengantuk untuk memberi ketenteraman dari-Nya, dan Allah menurunkan air (hujan) dari langit kepadamu untuk menyucikan kamu dengan (hujan) itu dan menghilangkan gangguan-gangguan setan dari dirimu dan untuk menguatkan hatimu serta memperteguh pendirianmu." (QS. Al-Anfal: 11). 

Pagi hari Jum'at, 17 Ramadhan 2 H, bertepatan dengan 13 Maret 624 M, pasukan islam bangun dari tidur nyanyak mereka dengan segar bugar, dan saat-saat itu (pula) pasukan musuh sudah tiba di medan tempur. Lalu, nabi memeriksa kembali pasukannya sambil mengulangi taklimat-taklimat bersabda: "Wahai kaum, Allah telah menjanjikan kemenangan kepada kalian,,, berhemat dalam pelemparan,,, jangan melepaskan anak-anak panah kalian kecuali mengenai sasaran,,, dan jangan menghunus pedang kalian kecuali setelah bentrok langsung dengan musuhmu...!"

Adalah kebiasaan bangsa Arab, mereka tidak memulai sebuah peperangan yang dilakoni sebelum menonton pertandingan-pertandingan adu duel dari perwakilan kedua belah pihak; maka nabi menujuk Ali bin Abi Thalib, Hamzah bin Abdul Mutthalib dan Ubaidallah bin Al-Harits untuk tampil ke depan mewakil pasukan Islam, dan pihak sebelah, 'Amr bin Hisyam (Abu Jahal) menunjuk 'Otbah bin Rabi'ah, saudaranya Syaibah bin Rabi'ah dan putranya Al-Walid bin 'Otbah mewakili pihak musyrik Makkah. 

Hamzah menghadapi Syaibah dan hanya sekelebat saja, Hamzah sudah membunuh Syaibah, Ali berhadapan dengan Al-Walid dan sekali terjang, Ali sudah menewaskan Al-Walid. Dan Ubaidillah beradu imbang dengan 'Otbhah, saling memukul dan keduanya terlalu parah serta jatuh ke tanah, selanjutnya - tanpa dikomando - Hamzah dan Ali serentak menyerang 'Otbah dan telah mencabut nyawanya. Lalu, mereka berdua menggotang Ubaidillah yang terluka parah kepada nabi, dan tidak lama, Ubaidillah tersenyum melihat nabi sambil mengucap: Ahadun,,, Ahadun,,, dan menghembuskan nafasnya yang terakhir di atas pangkuan mulia Rasulullah SAW. 

Hening sejenak, dua sahabat menyingkirkan jasad Ubaidillah, lalu - perlahan - nabi berdiri mengomandokan kalimat tauhid: Ahadun,,, Ahadun,,, dan seketika pasukan Islam bergerak membentuk sebuah komfigurasi berbaris lapis laksana "shaf shalat" menghadap ke Ka'bah, pasukan pemenah pada barisan pertama sebagai pelapis dengan perisai-persai mereka, di belakangnya pasukan pelempar disusul pasukan penyerbu. Mereka dalam komfigurasi itu membiarkan punggung mereka membelakangi matahari yang cukup terik di pagi hari itu. Sehingga sinar matahari menerpa langsung ke wajah-wajah musuh, dan cukup menggu konsentrasi mereka.

Semua pemandangan yang memukau dan sekaligus mengancam itu terjadi di hadapan mata kaum musyrik Makkah, sehingga membuat mereka terkesima dan menciutkan nyali mereka serta gentar. Sejurus kemudian, nabi Muhammad memulai melempar pertama ke arah musuh, sebagai lemparan yang sangat berarti untuk membakar semangat umat Islam. AlQuran mengabadikan lemparan nabi tersebut. Allah berfirman :

فَلَمْ تَقْتُلُوهُمْ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ قَتَلَهُمْ ۚ وَمَا رَمَيْتَ إِذْ رَمَيْتَ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ رَمَىٰ ۚ وَلِيُبْلِىَ ٱلْمُؤْمِنِينَ مِنْهُ بَلَآءً حَسَنًا ۚ إِنَّ ٱللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

Terjemah Arti: "Maka (sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, melainkan Allah yang membunuh mereka, dan bukan engkau yang melempar ketika engkau melempar, tetapi Allah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui." (QS. Al-Anfal: 17). 

Setelah nabi melempar, maka tanpa menunggu komando lagi, pasukan Islam langsung melancar serangan melempar dan panah dari barisan mereka. Dan kaum musyrik sudah mulai panik kocar-kacir, sudah melai berjatuhan korban dari mereka, dan diperparah lagi sebagian tentara musyrik kabur melarikan diri dari pasukannya karena ketakutan. 

Kata Abdurrahman bin Auf, kita lagi seru-serunya bertempur dari jarak terpisah tiba-tiba datang kepadaku 2 anak muda belia dari Anshar,  Mu'adz bin 'Afraa (16 thn) dan Mu'adz bin 'Amr bin Kumuh (16 thn), bertanya: Om, manakah di situ disebut 'Amr bin Hisyam si Abu Jahal itu? Lalu aku tunjukkan orangnya kepada mereka, dan belum lagi telunjukku turun, kedua anak muda itu sudah muluncur bag anak panah - dengan pedang terhunus - menorobos ke jantung pasukan musuh, keduanya langsung menyerang Abu Jahal dan membunuhnya. 

Lalu, mereka berdua datang kepada Rasulullah, mengatakan: Kami telah membunuhnya wahai Rasulullah. Nabi bersabda: Siapa di antara kalian yang membunuhnya? Mereka berdua serentak menjawab: saya-lah yang membunuhnya ya Rasulullah. Kemudian nabi tersenyum senang, bersabda: perlihatkanlah kepadaku pedang kalian masing-masing,,, nabi memeriksa pedang kedua anak muda itu, dan bersabda: kalian berdua (sama-sama) yang telah membunuhnya. 

Setelah peperangan berlangsung seru selama sekitar 2 jam, dan pemimpin musyrik, Abu Jahal telah dibunuh oleh 2 dua anak kecil umur 16 tahun, maka pasukan musyirik sudah mulai hancur dan banyak kabur melarikan diri. Dan selanjutnya, pasukan Islam bergerak semakin menekan, menewaskan 72 tentara musyrik, menawan 70 dan lainnya melarikan diri tanpa membawa harta-harta mereka sedikit pun. Maka semua kekayaan yang mereka tinggalkan itu menjadi harta rampasan perang milik tentara Islam.

Demikianlah Perang Badar Akbar berakhir atas kemenangan umat Islam. Dan dengan kemenangan itu semakin menguatkan posisi umat Islam di Madinah, sudah ditakuti oleh negara-negara tetangga. Sebagaimana memberikan keuntungan material yang berlimpah untuk kas negara Islam yang masih baru, dari harta rampasan perang dan tebusan tawanan-tawanan tentara musyrik dari pihak keluarga masing-masing. Karenanya, mereka terbantukan dari kemiskinan yang mereka alami selama 18 bulan keberadaan mereka di Madinah. 

Kerugian jiwa dari pihak Islam di Perang Badar sebanyak 14 korban, 6 dari Muhajiri dan 8 dari Anshar. Sedangkan kerugian yang diderita kaum musyrik Makkah selain materi yang banyak, juga mengalami kerugian jiwa 72 korban, 70 orang ditawan. Dan kehilangan banyak tokoh besar Makkah, seperti: 'Amr bin Hisyam (Abu Jahal), Umaiyah bin Khalaf, 'Otbah bin Rabi'ah, 'Otbah bin Abi Mu'ith dan tokoh-tokoh kuat dan berpengaruh lainnya.

Tetapi kurugian yang lebih besar sesungguhnya yang diderita kaum Musyrik Makkah adalah kehilangan jati diri, karena negara Islam Madinah tidak lagi hanya sekedar mengancam kepetingan perdagannya di jalur Makkah dan Suriah, namu dengan kekalahannya di Badar mengancam kedaulatan dan runtuhnya pamor bangsa Quraisy Makkah di Hijaz dan Jazirah Arabiah seluruhnya. Wallahul Musta'an !


Kajian Berhubungan : 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Salam!