Kamis, September 16, 2021

BUKIT SHAFA DAN MARWAH SIMBOL PERJUANGAN MANUSIA :

*Mukjizat Dimensi Geografi AlQuran (06)

Sa'i di Bukit Shafa dan Marwah

By: Med Hatta 

"Ketika nabi Ibrahim as menghijrahkan istrinya Hajar dan putra mereka Ismail yang masih bayi - saat itu, di sebuah lembah yang terpencil, kering, tandus, dan sangat jauh untuk disebut sebagai tempat hunian layak manusia. Bahkan lembah itu lebih pantas disebut sebagai tempat mati serta tidak ada tanda-tanda kehidupan di atasnya. Hajar - dengan nada protes - bertanya: "Hai, Ibrahim! Mengapa engkau mau meninggalkan kami di tempat yang sangat menyeramkan ini, apakah itu perintah dari Tuhan-mu? Nabi Ibrahim menjawab singkat, mengatakan: "Iyya, Allah yang memerintahkan aku untuk meninggalkan kalian ditempat ini." Lalu Ibrahim bergegas pergi tampa sanggup menoleh kepada mereka. Tetapi jawaban suaminya cukup melegakan hatinya, dan berbisik ke telinga putranya yang (pasti) belum mengerti apa-apa tentang hidupan: "Bersabarlah anakku! Allah dan (juga) ayahmu tidak mungkin menyia-nyiakan kita di tempat ini..." 

*Baca: Versi Seluler

Namun, beberapa waktu setelah nabi Ibrahim berlalu dari mereka, bekal makan dan minumnya sudah habis, dan bayi Ismail-pun sudah meronta-ronta menangis kehausan,,, maka mulailah Hajar merasajan kepanikan tingkat dewa, kemanakah gerangan bisa mendapatkan setetes air di belantara batu-batu kasar, tandus dan kering-kerontong ini! Maka kepanikannya itulah yang membuatnya berlari naik ke bukit Shafa - yang tidak jauh dari tempat mereka - untuk mencari air, tapi nihil. 

Lalu berlari-lari lagi naik ke bukit Marwah di sebelahnya dan di sana pun mustahil menemukan air. Namun, Hajar tidak pernah putus asa mencari air demi memperjuangkan hidupnya dan putranya, sehingga tidak terasa olehnya ia sudah 7 kali bolak-balik sambil berlari-lari kecil dia antara bukit Shafa dan Marwah tersebut. Perjuangannya sebagai manusia sudah sangat maksimal, dan Allah SWT memberikan hasilnya dari sisi yang ia tidak duga. Siapa yang menyangka kalau air kehidupan itu justru mengalir dengan derasnya dari bawah kedua kaki putra kecilnya Ismal yang sudah tersenyum-senyum memainkan kedua kaki kecilnya di air. 

Mata air ajaib itulah yang dikenal dengan zan-zam (sekarang). Adapun usaha pencarian air yang dilakukan oleh Hajar dengan berlari-lari kecil di antara Shafa dan Marwah sebanyak 7 kali bolak-balik itu dikenal sebagai Sa'i, dan kini ritus itu telah menjadi salah satu rukun dari ibadah haji dan umrah bagi umat Islam. Karenanya, filosofi Sai dimaknai sebagai perjuangan hidup yang pantang menyerah dan tidak putus asa. Bahwa hidup harus dijalani dengan penuh kesabaran, ketaqwaan, serta ketawakalan kepada Allah SWT... Ayat kajian kita sekarang berbicara tentang bukit Shafa - Marwah dan keistimewaan keduanya...!"

Allah berfirman :

إِنَّ ٱلصَّفَا وَٱلْمَرْوَةَ مِن شَعَآئِرِ ٱللَّهِ ۖ فَمَنْ حَجَّ ٱلْبَيْتَ أَوِ ٱعْتَمَرَ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِ أَن يَطَّوَّفَ بِهِمَا ۚ وَمَن تَطَوَّعَ خَيْرًا فَإِنَّ ٱللَّهَ شَاكِرٌ عَلِيمٌ

Terjemah Arti: "Sesungguhnya Shafa dan Marwah merupakan sebagian syiar (agama) Allah. Maka barang siapa beribadah haji ke Baitullah atau berumrah, tidak ada dosa baginya mengerjakan sa'i antara keduanya. Dan barang siapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka Allah Maha Mensyukuri, Maha Mengetahui." (QS. Al-Baqarah: 158).

Tak syak bahwa bukit Shafa dan Marwah memiliki nilai simbol yang sangat istimewa dalam sejarah dakwah agama-agama samawi di muka bumi; Di atas puncak kedua bukit kembar ini - diyakini - sebagai tempat turunnya sepasang manusia pertama di planet bumi, Adam dan Hawa, dan di antara kedua bukit itu pula nabi Ibrahim menempatkan keluarganya, Hajar dan Ismail di sisi Baitullah, rumah ibadah yang pertama kali dibangun di atas permukaan bumi. Kemudian Allah menjadikan kedua bukit itu sebagai salah satu syi'ar agama penutup, dan menjadi rukun utama dalam menunaikan ibadah haji dan umrah, yaitu Sa'i di antara Shafa dan Marwah. 

Dalam sejarah dakwah Islam, ketika nabi Muhammad SAW telah diperintahkan oleh Allah SWT untuk menyampaikan dakwah Islam massalnya, dan setelah nabi SAW mendapatkan jaminan perlindungan dari pamannya Abu Thalib bin Abdul Muthalib, penguasa pemerintahan negeri Makkah - saat itu - untuk menyampaikan dakwah agama Allah. Maka pertama kali dilakukan oleh nabi Muhammad SAW adalah naik ke bukit Shafa lalu mengundang semua kepala-kepala suku bangsa Quraisy. 

Kemudian, nabi berseru: "Wahai keluarga besar Bani Fahr, keluarga besar Bani 'Udai, keluarga besar Bani Abdi Manaf, keluarga besar Bani Hasyim, keluarga besar Bani Abdul Mutthalib, seluruh keluarga bangsa Quraisy Bani Qushay bin Kilab dst... Sehingga semua tokoh-tokoh besar bangsa Quraisy berkumpul seketika di antara bukit Shafa dan Marwah tersebut, bahkan kalau ada di antara mereka yang berhalangan hadir pasti mengirimkan utusan. Lalu, nabi bersabda: 

يا أهل قريش! أرأيتكم لو أخبرتكم أن خيلا بالوادي تريد أن تغير عليكم، أكنتم مصدقي؟ قالوا: نعم، ما جربنا عليك إلا صدقاً، قال: فإني نذير لكم بين يدي عذاب شديد.

(Wahai para pemuka bangsa Quraisy! Jika aku mengatakan kepada kalian semua bahwa sekarang telah datang seekor kuda di seberang bukit sana (menunjuk ke bukit Marwah) ingin menyerang kalian, apakah kalian percaya padaku?) Maka para tokoh-tokoh bangsa Quraisy serentak menjawab: Kami percaya segala apa yang engkau katakan, karena kami tidak pernah mendengar engkau berbohong...!

Selanjutnya nabi SAW bersabda: (Ketahui-lah, aku ini adalah pembawa peringatan kepada kalian, pada kedua tangan aku ini terdapat ancaman (neraka) yang sangat pedih.) Pada momen penting itu nabi Muhammad SAW mengumumkan kepada keluarga-keluarga besar kerabatnya dari bangsa Quraisy tentang misi dakwah Islam yang di bawanya. Setelah pertemuan besar itu dan sekaligus pembukaan dimulainya dakwah Islam terbuka, maka seluruh tokoh-tokoh Quraisy pulang ke tempat masing-masing. 

Kecuali paman nabi sendiri, Abu Lahab yang menampakkan respon penolakannya terhadap dakwak keponakannya itu. Ia menantang nabi Muhammad SAW di atas bukit Shafa tersebut dan mengatakan kalimat kotornya yang populer : 

تباً لك سائر اليوم. ألهذا جمعتنا...!

(Celakalah engkau sepanjang hari wahai Muhammad, hanya kerena (omong kosong) inikah engkau mengumpulkan kami...?!!) Nabi Muhammad SAW tidak menanggapi cacian Abu Lahab itu, tetapi Allah SWT membela kekasih-Nya dan menurunkan satu suruh khusus dari AlQuran, yang mengutuk Abu Lahab dan menjanjikannya azab api neraka ia dan istrinya. Allah berfirman : 

تَبَّتْ يَدَآ أَبِى لَهَبٍ وَتَبَّ؛ مَآ أَغْنَىٰ عَنْهُ مَالُهُۥ وَمَا كَسَبَ؛ سَيَصْلَىٰ نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ؛ وَٱمْرَأَتُهُۥ حَمَّالَةَ ٱلْحَطَبِ؛ فِى جِيدِهَا حَبْلٌ مِّن مَّسَدٍۭ 

Terjemah Arti: "Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan benar-benar binasa dia! Tidaklah berguna baginya hartanya dan apa yang dia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak (neraka). Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar (penyebar fitnah). Di lehernya ada tali dari sabut yang dipintal." (QS. Al-Masad: 1-5). 

Peristiwa rapat Akbar seluruh tokoh-tokok bangsa Quraisy yang ada di Makkah, yang diprakarsai oleh nabi Muhammad SAW di atas terjadi pada akhir tahun kedua dari kenabian, dan sekaligus menutup periode dakwah sembunyi-sembunyi yang berlangsung selama 3 tahun, serta membuka periode baru, yaitu dakwah massal (terbuka), maka beriman-lah bagi mereka yang mendapatkan petunjuk, dan nampak-lah penolakan orang-orang kafir. Dan, semua itu terjadi di antara bukit Shafa dan Marwah, yang semakin menambah keistimewaan kedua bukit tersebut, maka Allah menjadikan keduanya sebagai bagian dari "Masya'ir Al-Haram." Allah berfirman : 

إِنَّ ٱلصَّفَا وَٱلْمَرْوَةَ مِن شَعَآئِرِ ٱللَّهِ ۖ فَمَنْ حَجَّ ٱلْبَيْتَ أَوِ ٱعْتَمَرَ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِ أَن يَطَّوَّفَ بِهِمَا ۚ وَمَن تَطَوَّعَ خَيْرًا فَإِنَّ ٱللَّهَ شَاكِرٌ عَلِيمٌ

Terjemah Arti: "Sesungguhnya Shafa dan Marwah merupakan sebagian syiar (agama) Allah. Maka barang siapa beribadah haji ke Baitullah atau berumrah, tidak ada dosa baginya mengerjakan sa'i antara keduanya. Dan barang siapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka Allah Maha Mensyukuri, Maha Mengetahui."

Profil bukit Shafa dan Marwah; Bukit Shafa adalah batu yang lebar licin, biasanya bercampur dengan kerikil dan pasir, berada pada posisi 130 meter ke arah selatan atau agak condong ke timur sedikit dari Masjidil Haram, sedangkan bukit Marwah adalah ibarat batu putih keras.  Dan keduanya merupakan simbol terkenal dari ritus Sa'i. Area bukit Shafa dan Marwah - dahulu - berada di tengah Makkah, dikelilingi oleh rumah-rumah penduduk Makkah, termasuk Dar Al-Arqam, rumah Al-Sa'ib bin Abi Al-Sa'ib, Al-A'idzi dan lain-lain. Bukit Shafa - sejatinya - terhubung dengan gunung Abu Qubais, dan Marwah bukit batu putih keras berhubungan dengan gunung Qaqi'an. 

Namun, setelah dilakukan perluasan Masjid Al-Haram tahun tahun 1375 H., maka Shafa dipisahkan dari gunung Abu Qubais, dan menyisakan beberapa batu di ujungnya menandai lokasi Al-Masy'ar, dan demikian pula halnya dilakukan untuk bukit Marwah, tetapi untuk memberikan tanda pada dua tempat suci itu, maka dibuatkan dua pintu masuk; pintu masuk yang lebih tinggi ke lantai atas, sebagai jalan masuk bukit Marwa, arah menanjak, dan sebuah pintu masuk di bagian bawah yang tetap menghubungkan Marwah dengan asalnya sebagai gunung Qaqi'an, yang telah memiliki bagian pemotongan, retakan dan pengurangan di sisi timur dan baratnya, dan bagian atas. Jarak antara Bukit Shafa dan Marwah adalah 394,5 meter. Wallahul Musta'an ! 


Kajian Berhubungan : 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Salam!