Selamat Natal dan Tahun Baru 2013 M:
(مَا أَرْسَلْنَاكَ إِلا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ)
“Tiadalah Kami Mengutus-mu Melainkan Rahmat Bagi Semesta Alam”
Oleh: Med HATTA
Islam Universal:
Islam adalah agama universe (rahmatan lil-‘alamin)
yang melarang segala bentuk pemaksaan untuk memeluk aqidah atau keyakinan
tertentu (Lihat: QS: 02: 256 & 109: 1-6), namun Islam sangat menganjurkan kepada
segenap pemuluknya untuk menyebar dan mensosialisasikan nilai-nilai utama
ajaran Islam seluas mungkin, dan sejauh mungkin keseluruh pelosok-pelosok bumi.
Dan lebih jauh Islam melarang menumbuhkan kebencian pemeluk agama lain terhadap
hidayahnya, karena dengan adanya kebencian tersebut berarti kita – dengan
sengaja – telah menutup pintu hidayah Islam terhadap mereka.
Salah satu bentuk kebencian (melembaga) yang dilarang itu adalah
menyerukan agar tidak menghormati sesama pemeluk agama, seperti mengharamkan
ucapan “Selamat Natal dan Tahun Baru Masehi”, yang tiada lain adalah tradisi
masyarakat tertentu bukan ritual agama. Ada ulama Islam yang menganalogikan bahwa
umat Islam dilarang mengucapkan Selamat Natal sebagaimana umat Kristen enggan
mengucapkan “Dua Kalimat Syahadat”.
Padahal secara etemologi kedua ucapan tersebut sangat berbeda; mengucapkan
selamat Natal saja itu hanyalah merupakan bentuk penghormatan kita kepada
saudara-saudara kita yang beragama lain,
yaitu menyapa mereka dengan sapaan baik yang menyentuh hatinya; hidup
perdampingan dengan baik sembari mengesankan kepada mereka nilai-nilai utama
Islam yang kita miliki, ini masuk kepada bab toleransi, hidup sosial dan dakwah
bil hal (dengan budi pekerti yang baik), yang sangat dianjurkan Islam.
Allah berfirman:وَإِنْ أَحَدٌ مِنَ الْمُشْرِكِينَ اسْتَجَارَكَ فَأَجِرْهُ حَتَّى يَسْمَعَ كَلامَ اللَّهِ ثُمَّ أَبْلِغْهُ مَأْمَنَهُ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لا يَعْلَمُونَ (٦)Artinya: “dan jika seorang diantara orang-orang musyrikin (non-Islam) itu meminta perlindungan kepadamu (hidup berdampingan), maka lindungilah (berdampinganlah) ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ketempat yang aman baginya, demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui.” (QS: 09: 6)
Adapun mengucapkan “Dua Kalimat Syahadat” itu adalah
kalimat sakral yang diucapkan oleh orang-orang yang telah berikrar dan
berkomitmen untuk memeluk Islam secara kaffah, yaitu bersedia mematuhi segala
ajaran-ajarannya, dan ini masuk kepada bab aqidah dan keyakinan.
Natal dan Tahun Baru:
Natal
(dari bahasa Portugis yang berarti “kelahiran”),
adalah hari raya umat Kristen yang diperingati setiap tahun oleh umat Kristiani
pada tanggal 25 Desember untuk memperingati hari kelahiran nabi Isa. Dalam tradisi barat, peringatan Natal juga
mengandung aspek non-agamawi, beberapa tradisi Natal yang
berasal dari Barat antara
lain adalah pohon Natal, kartu Natal (ucapan selamat), bertukar hadiah antara teman dan anggota
keluarga serta kisah tentang Santa Klaus atau Sinterklas.
Kalau itu hanya tradisi belaka dan memperingati hari kelahiran
seorang tokoh besar sekaliber Isa as, maka jangankan mengucapkan selamat kepada umatnya saja, bahkan
turut memperingati sama-sama pun tidak dilarang. Adalah nabi Muhammad SAW ketika
pertama kali berada di Madinah, beliau menyaksikan sebuah perayaan besar oleh
kelompok Yahudi lalu nabi bertanya: “Hari apakah ini?”. Sahabat-sahabat
menjawab: Hari ini adalah tanggal 10 Muharram, yang setiap tahun diperingati
oleh agama Yahudi untuk mengenang hari keselamatan nabi Musa as dan pengikutnya
dari kejaran Fir’aun.
Lalu, nabi bersabda: “Saya-lah yang lebih pantas
merayakan kemenangan itu, karena Musa itu saudara saya”, maka nabi berpuasa
dari semenjak hari itu dan menyerukan kepada umat Islam untuk berpuasa sehari
sebelum dan sehari sesudahnya, untuk berbeda dari Yahudi.
Seandainya hari Natal atau memperingati kelahiran Isa as
sudah popular di masyarakat Madinah pada masa rasulullah SAW, pasti nabi memperingati hari
kemenangan itu sebagaimana Beliau memperingati hari kemenangan Musa as, karena nabi
sesama nabi adalah bersaudara dan nabi Isa as merupakan nabi yang paling dekat
dengan nabi Muhammad SAW, dan di dalam ajaran Injil Isa as terdapat berita
gembira akan kedatangan nabi terakhir yaitu nabi besar kita Muhammad SAW. Maka apakah tidak pantas kalau nabi Muhammad SAW memperingati kelahirannya? Wallahua’lam! BERSAMBUNG:
Artikel yang berhubungan:
- Memasuki Tahun Baru Solar 2013 M
- Dirgahayu Kemerdekaan (HUT) RI Ke-67
- Kelahiran Muhammad SAW Menciptakan Pradaban Baru Umat Manusia
- Memperingati 14 Abad Kelahiran Pradaban Modern
- Memperingati Maulid Nabi Besar Muhammad SAW
- Silsilah Para Nabi, Rasul dan Bangsa-Bangsa Dunia
- Sejarah Singkat Peringatan Maulid Nabi
- Mengenang 543 Tahun Jatuhnya Grenada
- Haul Ke-12 Anregurutta Ambo Dalle
- Selamat Tahun Baru 1428 H.
assalamualaikum,,
BalasHapusustadz,, mau tanya,,
afwan sebelumnya, apakah sebagai wujud perlindungan kita kepada non muslim, harus ikut berpartisipasi memberi ucapan selamat natal dan yang lainnya? bukan kah lebih baik menjauhi ritual2 seperti itu?
Wa'alaikumussalam Wr. Wb.
BalasHapusTerima kasih atas pertanyaannya,,, berpartisipasi melaksanakan ritual2 ibadah agama2 lain itu tidak di bolehkan di dalam Islam, karena itu melanggar syariat, lebih jauh Islam sudah meletakkan komitmennya dengan jelas terhadap penganut lain: "aku tdk menyembah Tuhan yang kamu sembah dan kamu tdk menyembah Tuhan yang aku sembah; bagimu agamamu dan bagiku agamaku". Tetapi khusus mengenai budaya dan tradisi bangsa-bangsa lain, apapun corak dan agamanya, maka Islam telah menerapkan sistem toleransi yang sangat tinggi: "bergaul-lah bersama mereka semoga mereka mendengarkan firman-firman Allah".
Menyapa atau mengucapkan selamat kepada sesama manusia termasuk non-Islam adalah bagian dari budaya dan tradisi itu, terutama di era globalisasi saat ini, yang harus dimanfaatkan oleh penganut setia umat ini untuk menebar nilai-nilai Islam yang ramah kepada mereka, sekaligus menyampaikan hidayah Islam kepada mereka, karena kita tidak bisa memberikan hidayah kepada siapa pun jua tetapi Allah-lah yang akan memberikan hidayah itu kepada siapa saja yang dikehendaki dari hamba-Nya.
Saya TIDAK menganjurkan untuk mengucapkan “Selamat Natal” mutlak kepada umat Kristiani, tetapi saya tidak ingin kita serta merta mengharamkan ucapan itu dikalangan kita, karena akan membuka peluang kebencian umat lain terhadap agama Allah (Islam) secara melembaga yang tidak perlu, dengan demikian – secara tidak langsung – kita menutup pintu hidayah Islam kepada mereka. Nabi Muhammad SAW tidak mengucapkan selamat dan rahmat kepada mereka, tetapi Beliau SAW menyampaikan selamat itu sambil mendokan mereka agar mendapatkan hidayah agama yang benar (Islam). Oleh karena ajaran ini adalah da’wah massal yang harus disampaikan kepada siapa pun juga, maka ucapan yang saya usulkan adalah: “Selamat atasmu semoga kamu memperoleh hidayah dari Allah SWT”. Trims!
Wassalam.
assalamu'alaikum?
BalasHapusafwan ustadz, mohon lihat sejarah timbulnya perayaan Natal....
apakah setelah mengetahui sejarah timbulnya perayaan natal tersebut pa.ustadz masih bisa berkata seperti diatas.
syukron, semoga menjadi saran yang baik.
assalamu'alaikum?
BalasHapusafwan ustadz, mohon lihat sejarah timbulnya perayaan Natal....
apakah setelah mengetahui sejarah timbulnya perayaan natal tersebut pa.ustadz masih bisa berkata seperti diatas.
syukron, semoga menjadi saran yang baik.
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
BalasHapusTerima kasih atas saran yang baik,,,, Pernyataan bahwa Isa as lahir pada musim gugur (sekitar Bulan Maret) karena pada saat itu pohon kurma sedang berbuah lebat, yang di dasarkan pada ayat ke-25 dari surah Maryam, adalah alasan klasik bangsa Arab yang menyangkal peringatan kelahiran Isa as jatuh pada tanggal 25 Desember yg diperingati setiap tahun oleh umat Kristiani dari semenjak Pauslu Liberus (abad ke-4), padahal mereka lupa bahwa kelahiran Isa as itu sendiri merupakan mukjizat besar dan tidak mustahil peristiwa-peristiwa yang menyertainya juga adalah mukjizat. Seperti ketika bunda Maryam mengeluh kesakitan dalam persalinannya tiba2 saja Allah SWT menjadikan sebuah anak sungai yg mengalir di bawahnya untuk mengademkannya dan menjadi air minum segar yg meringankan persalinannya (Maryam: 24); kemudian pada saat bersamaan Allah juga menjadikan batang kurma yg disandari Maryam berbuah lebat, kalau itu izin Allah maka apapun bisa terjadi termasuk memerintahkan pohon kurma itu berbuah lebat meskipun bukan pada musimnya, terbukti ketika Maryam diperintahkan menyentuh batang kurma itu tiba2 berguguran buah2 kurma yg masih mentah dan segar (Maryam:25), kalau mau dipikir2 bhw meskipun pohon itu bisa bergerak akibat dorongan Maryam yg lemah oleh persalinan berat, kalau itu memang bukan izin Allah, tentu yg akan jatuh dari pohon tersebut adalah buah2 yg sudah tua, matang dan sudah kering pucuknya, bukan buah2 mentah segar yang masih kuat di rantingnya.
Sekali lagi bahwa diberikan ucapan itu bukan peringatan Natalnya, tetapi budaya dan tradisi orang-orang yg memperingatinya sebagai “kalimatan thayyibatan kasyajatin thayyibatin ashluha tsabitun wa far’uha fis sama-i”, yg diharapkan dari sapaan ramah dan kekerabatan tersebut agar supaya mereka merasa dekat dgn Islam, dan semoga mereka mau mempelajarinya dan mendapakan hidayah Islam.
Sebagai budaya dan tradisi masyarakat tertentu maka kita tidak perlu mengetahui ketepatan/kepastian hari dan tanggal kongkritnya karena itu adalah bagian dari privasi mereka, seperti halnya kita mengucapkan “Selamat Hari Kemerdekaan RI” tanggal 17 Agistus 1945, padahal kita semua mengetahui bahwa bangsa penjajah Belanda (NICA) baru keluar secara resmi dari wilayah RI pada tahun 1947 dan mengakui kemerdekaan RI beberapa tahun kemudian,,,, Jadi tidak ada masalah bagi kita. Trims!
Wassalam.