Materi Sirah Nabawiyah (04)
Untuk Mahasiswa Semester II (2012-2013)
Untuk Mahasiswa Semester II (2012-2013)
Muhammad Berkenalan Dengan Khadijah dan Pernikahannya
Dosen: Med HATTAبسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله الذي بنعمته تتم الصالحات، وبعد!
Menikah Dengan Khadijah:
Meskipun usaha bisnis yang dikelola oleh Muhammad SAW tergolang
masih relatif kecil, tetapi ia telah meraih kepercayaan pasar yang sangat
tinggi kerena kejujuran dan tingkat managerialnya yang sangat teliti, maka
dengan dua modal utama tersebut ia dikenal luas oleh publik. Oleh karena itu banyak
bisnismen kota Makkah menginginkan jasanya untuk mengelola bisnis mereka dengan
gaji yang fantastis melebih standard upah pada umumnya.
Adalah Khadijah binti Khuwailid salah seorang tokoh besar
Makkah dan salah satu pemilik bisnis terbesar di kota itu, dia mempekerjakan
profesional-profesional handal yang mengelola bisnisnya ke pasar-pasar besar
dunia, seperti negeri Syam (sekarang Demaskus - Syria) dan kerajaan Habasyah
(sekarang Ethopia – Afrika) dengan gaji yang sangat tinggi. Maka ketika
Khadijah mendengarkan kepopuleran Muhammad dalam mengelola bisnis yang rapih,
iapun berharap menjadikannya salah satu karyawannya.
Ketika itu Muhammad berumur 25 tahun, Khadijah
mendatanginya dan menawarkan membawa perdagangannya ke negeri Syam dengan gaji
dua kali lipat dari yang diterima karyawan selevelnya. Dan Muhammad menerima
tawaran itu serta berangkat menuju Syam membawa bisnis Khadijah disertai oleh
salah seorang asisten Khadijah bernama Maisara.
Sesampai di sana mereka tidak membutuhkan banyak waktu
telah menjual habis produk-produknya di Syam, dan membeli produk-produk baru
untuk dibawa pulang ke Makkah, lalu mereka kembali dengan membawa keuntungan
besar yang melampaui target Khadijah. Dan sang asisten Maisara memuji keahlian
bisnis Muhammad serta melaporkan segala prilaku-prilaku bisnis Muhammad yang
sangat istimewa dihadapan big bosnya.
Jika kita mengamati dengan seksama perjalanan bisnis
Muhammad yang sukses ini, maka sangat jelas bahwa Beliau bukanlah pertama
kalinya melakukan eksfansi bisnis ke
negeri Syam setelah lawatan pertamanya bersama sang paman Abu Thalib. Dari
pengalamannya menempuh perjalanan menuju ke Syam, begitu juga kepiawaiannya bernegoisasi bisnis
bersama pedagang setempat, serta kejeliaannya memilih produk-produk bisnis yang
sangat diminati di Makkah, kesemuanya itu menunjukkan bahwa Muhammad SAW telah
melakukan beberapa kali perjalanan ke negeri Syam sebelum membawa bisnis
Khadijah yang yang terakhir ini, di mana nampak sekali dari pengalaman dan skil
bisnis yang dimilikinya. Namun sangat disayangkan kita tidak mendapatkan
referensi sejarah memadai yang dapat mengungkapkan semua itu.
Sejarah menyebutka bahwa Khadijah pada saat itu merupaka
seorang janda yang ditinggal mati oleh suaminya, dan disebutkan juga banyak
pemuka-pemuka Makkah yang ingin mempersunting dia tapi semua ditolak karena
semua laki-laki yang melamar itu hanya menginginkan hartanya saja.
Akan tetapi setelah ia mendengarkan tentang akhlak mulia
dan reputasi yang dimiliki oleh Muhammad SAW, dan kreteria pangeran yang
didamkannya, hal itu dibuktikannya setelah mempekerjakannya bersamanya, serta
menyaksikan dari dekat sifat-sifat terpuji Muhammad yang jauh melebihi dari apa
yang didengarnya. Maka semakin bertambah simpati Khadijah kepada pemuda
Muhammad, bahkan ia telah diliputi rasa cinta yang sangat dalam kepadanya.
Perasaan itu kemudian semakin dalam bersemi di dalam hati
Khadijah sehingga ia tidak dapat menahan untuk menjadikan Muhammad SAW sebagai
pendamping hidupnya. Sebagai seorang yang terhormat, Khadijah meminta bantuan
sahabatnya untuk menyampaikan perasaannya kepada pujaan hati Muhammad, maka
gayung-pun bersambut ternyata Muhammad juga memendam rasa yang tak kala
besarnya kepada Khadijah, lalu Muhammad membawa keluarga besarnya meminang
Khadijah dan menikahinya sebagaimana tradisi pernikahan kaum bangsawan Arab.
Dari buah pernikahan Muhammad dan Khadijah keduanya
dikaruniakan semua putra-putri Muhammad kecuali Ibrahim yang lahir dari rahim
Maria al-Qibthiyah. Khadijah melahirkan putra perama Muhammad bernama al-Qasim,
maka nabi sering dipanggil Abul Qasim, kemudian Abdullah yang bergelar
at-Thayyib dan at-thahir. Dan dari Khadijah juga lahiri putri-putri Muhammad
yaitu Zainab, Ruqayyah, Ummu Kaltsum, dan Fathimah.
Sebagian ahli sejarah mengungkapkan bahwa Muhammad ketika
menikahi Khadijah berusia 25 tahun sedangkan Khadijah berusia 40 tahun, namun
dalam keterangan Ibn Abbas menegaskan bahwa Khadijah pada waktu pernikahan itu berumur
28 tahun atau lebih tua 3 tahun dari
Muhammad. Keterangan ini didukung oleh riwat hidup Umul Mu’minin Khadijah ra
sendiri, di mana ia melahirkan putranya Abdullah setelah kerasulan sehingga kemudian
digelari dengan “at-Thahirut Thayyib”.
Mengingat juga bahwa masa kerasulan nabi itu terjadi setelah
usia pernikahan mereka mencapai 15 tahun, maka jika berpetokan kepada riwayat
yang mengatakan bahwa umur Khadijah ketika dipersunting Muhammad adalah 40
tahun, berarti umurnya ketika melahirkan Abdullah sudah mencapai 55 tahun, hal
ini tentu bertentangan dengan tradisi di mana tidak memungkinkan seorang ibu
melahirkan bayinya pada usia tersebut... Wallahu’alam.
Muhammad Berpartisifasi Bersama kaumnya Membangun Ka’bah dan Memperoleh Gelar “Al-Amin” dan “As-Shadiq”:
Ketika Muhammad berumur 35 tahun,
ia ikut bersama kaum Quraisy dalam perbaikan Ka'bah. Pada saat
pemimpin-pemimpin suku Quraisy berdebat tentang siapa yang berhak meletakkan Hajar
al-Aswad, Muhammad dapat menyelesaikan masalah tersebut dan memberikan resolusi
yang adil. Yaitu Muhammad meletakkan Hajar al-Aswad di atas kainnya
sendiri lalu memanggi semua pemempin-pemimpin suku Quraisy untuk masing-masing
memegang bagian dari kain tersebut dan secara bersama-sama mengangkat Hajar
al-Aswad ketempatnya semula.
Menerima Gelar “Al-Amin”:
Saat itu ia dikenal di kalangan
suku-suku Arab karena sifat-sifatnya yang terpuji. Kaumnya sangat mencintainya,
hingga akhirnya ia memperoleh gelar “Al-Amin” yang artinya “orang yang
dapat dipercaya”.
Menerima Gelar “As-Shadiq:
Diriwayatkan pula bahwa Muhammad
adalah orang yang percaya sepenuhnya dengan keesaan Allah, Beliau hidup dengan
cara amat sederhana dan membenci sifat-sifat tamak, angkuh, dan sombong yang
lazim dikalangan bangsa Arab saat itu. Ia dikenal menyayangi orang-orang miskin,
janda-janda tak mampu dan anak-anak yatim serta berbagi penderitaan dengan
berusaha menolong mereka.
Muhammad juga selalu menghindari
semua kejahatan yang sudah membudaya dikalangan bangsa Arab pada masa itu
seperti berjudi, meminum minuman keras, berkelakuan kasar dan lain-lain,
sehingga ia dikenal sebagai “As-Saadiq” yang berarti (yang benar). (BERSAMBUNG: KLIK DI SINI).
Materi Sebelumnya:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Salam!