Sabtu, Maret 09, 2013

SIRAH NABAWIYAH IV (MENIKAH DENGAN KHADIJAH DAN MEMPEROLEH GELAR TERTINGGI BANGSA ARAB):

Materi Sirah Nabawiyah (04)
Untuk Mahasiswa Semester II (2012-2013)
Muhammad Berkenalan Dengan Khadijah dan Pernikahannya
Dosen: Med HATTA

بسم الله الرحمن الرحيم

الحمد لله الذي بنعمته تتم الصالحات، وبعد!


Menikah Dengan Khadijah:
Meskipun usaha bisnis yang dikelola oleh Muhammad SAW tergolang masih relatif kecil, tetapi ia telah meraih kepercayaan pasar yang sangat tinggi kerena kejujuran dan tingkat managerialnya yang sangat teliti, maka dengan dua modal utama tersebut ia dikenal luas oleh publik. Oleh karena itu banyak bisnismen kota Makkah menginginkan jasanya untuk mengelola bisnis mereka dengan gaji yang fantastis melebih standard upah pada umumnya.



Adalah Khadijah binti Khuwailid salah seorang tokoh besar Makkah dan salah satu pemilik bisnis terbesar di kota itu, dia mempekerjakan profesional-profesional handal yang mengelola bisnisnya ke pasar-pasar besar dunia, seperti negeri Syam (sekarang Demaskus - Syria) dan kerajaan Habasyah (sekarang Ethopia – Afrika) dengan gaji yang sangat tinggi. Maka ketika Khadijah mendengarkan kepopuleran Muhammad dalam mengelola bisnis yang rapih, iapun berharap menjadikannya salah satu karyawannya.

Ketika itu Muhammad berumur 25 tahun, Khadijah mendatanginya dan menawarkan membawa perdagangannya ke negeri Syam dengan gaji dua kali lipat dari yang diterima karyawan selevelnya. Dan Muhammad menerima tawaran itu serta berangkat menuju Syam membawa bisnis Khadijah disertai oleh salah seorang asisten Khadijah bernama Maisara.

Sesampai di sana mereka tidak membutuhkan banyak waktu telah menjual habis produk-produknya di Syam, dan membeli produk-produk baru untuk dibawa pulang ke Makkah, lalu mereka kembali dengan membawa keuntungan besar yang melampaui target Khadijah. Dan sang asisten Maisara memuji keahlian bisnis Muhammad serta melaporkan segala prilaku-prilaku bisnis Muhammad yang sangat istimewa dihadapan big bosnya.

Jika kita mengamati dengan seksama perjalanan bisnis Muhammad yang sukses ini, maka sangat jelas bahwa Beliau bukanlah pertama kalinya melakukan eksfansi  bisnis ke negeri Syam setelah lawatan pertamanya bersama sang paman Abu Thalib. Dari pengalamannya menempuh perjalanan menuju ke Syam,  begitu juga kepiawaiannya bernegoisasi bisnis bersama pedagang setempat, serta kejeliaannya memilih produk-produk bisnis yang sangat diminati di Makkah, kesemuanya itu menunjukkan bahwa Muhammad SAW telah melakukan beberapa kali perjalanan ke negeri Syam sebelum membawa bisnis Khadijah yang yang terakhir ini, di mana nampak sekali dari pengalaman dan skil bisnis yang dimilikinya. Namun sangat disayangkan kita tidak mendapatkan referensi sejarah memadai yang dapat mengungkapkan semua itu.

Sejarah menyebutka bahwa Khadijah pada saat itu merupaka seorang janda yang ditinggal mati oleh suaminya, dan disebutkan juga banyak pemuka-pemuka Makkah yang ingin mempersunting dia tapi semua ditolak karena semua laki-laki yang melamar itu hanya menginginkan hartanya saja.

Akan tetapi setelah ia mendengarkan tentang akhlak mulia dan reputasi yang dimiliki oleh Muhammad SAW, dan kreteria pangeran yang didamkannya, hal itu dibuktikannya setelah mempekerjakannya bersamanya, serta menyaksikan dari dekat sifat-sifat terpuji Muhammad yang jauh melebihi dari apa yang didengarnya. Maka semakin bertambah simpati Khadijah kepada pemuda Muhammad, bahkan ia telah diliputi rasa cinta yang sangat dalam kepadanya.

Perasaan itu kemudian semakin dalam bersemi di dalam hati Khadijah sehingga ia tidak dapat menahan untuk menjadikan Muhammad SAW sebagai pendamping hidupnya. Sebagai seorang yang terhormat, Khadijah meminta bantuan sahabatnya untuk menyampaikan perasaannya kepada pujaan hati Muhammad, maka gayung-pun bersambut ternyata Muhammad juga memendam rasa yang tak kala besarnya kepada Khadijah, lalu Muhammad membawa keluarga besarnya meminang Khadijah dan menikahinya sebagaimana tradisi pernikahan kaum bangsawan Arab.

Dari buah pernikahan Muhammad dan Khadijah keduanya dikaruniakan semua putra-putri Muhammad kecuali Ibrahim yang lahir dari rahim Maria al-Qibthiyah. Khadijah melahirkan putra perama Muhammad bernama al-Qasim, maka nabi sering dipanggil Abul Qasim, kemudian Abdullah yang bergelar at-Thayyib dan at-thahir. Dan dari Khadijah juga lahiri putri-putri Muhammad yaitu Zainab, Ruqayyah, Ummu Kaltsum, dan Fathimah.

Sebagian ahli sejarah mengungkapkan bahwa Muhammad ketika menikahi Khadijah berusia 25 tahun sedangkan Khadijah berusia 40 tahun, namun dalam keterangan Ibn Abbas menegaskan bahwa Khadijah pada waktu pernikahan itu berumur  28 tahun atau lebih tua 3 tahun dari Muhammad. Keterangan ini didukung oleh riwat hidup Umul Mu’minin Khadijah ra sendiri, di mana ia melahirkan putranya Abdullah setelah kerasulan sehingga kemudian digelari dengan “at-Thahirut Thayyib”.

Mengingat juga bahwa masa kerasulan nabi itu terjadi setelah usia pernikahan mereka mencapai 15 tahun, maka jika berpetokan kepada riwayat yang mengatakan bahwa umur Khadijah ketika dipersunting Muhammad adalah 40 tahun, berarti umurnya ketika melahirkan Abdullah sudah mencapai 55 tahun, hal ini tentu bertentangan dengan tradisi di mana tidak memungkinkan seorang ibu melahirkan bayinya pada usia tersebut... Wallahu’alam.
Muhammad Berpartisifasi Bersama kaumnya Membangun Ka’bah dan Memperoleh Gelar “Al-Amin” dan “As-Shadiq”:
Ketika Muhammad berumur 35 tahun, ia ikut bersama kaum Quraisy dalam perbaikan Ka'bah. Pada saat pemimpin-pemimpin suku Quraisy berdebat tentang siapa yang berhak meletakkan Hajar al-Aswad, Muhammad dapat menyelesaikan masalah tersebut dan memberikan resolusi yang adil. Yaitu Muhammad meletakkan Hajar al-Aswad di atas kainnya sendiri lalu memanggi semua pemempin-pemimpin suku Quraisy untuk masing-masing memegang bagian dari kain tersebut dan secara bersama-sama mengangkat Hajar al-Aswad ketempatnya semula.
Menerima Gelar “Al-Amin”:
Saat itu ia dikenal di kalangan suku-suku Arab karena sifat-sifatnya yang terpuji. Kaumnya sangat mencintainya, hingga akhirnya ia memperoleh gelar “Al-Amin” yang artinya “orang yang dapat dipercaya”.
Menerima Gelar “As-Shadiq:
Diriwayatkan pula bahwa Muhammad adalah orang yang percaya sepenuhnya dengan keesaan Allah, Beliau hidup dengan cara amat sederhana dan membenci sifat-sifat tamak, angkuh, dan sombong yang lazim dikalangan bangsa Arab saat itu. Ia dikenal menyayangi orang-orang miskin, janda-janda tak mampu dan anak-anak yatim serta berbagi penderitaan dengan berusaha menolong mereka.

Muhammad juga selalu menghindari semua kejahatan yang sudah membudaya dikalangan bangsa Arab pada masa itu seperti berjudi, meminum minuman keras, berkelakuan kasar dan lain-lain, sehingga ia dikenal sebagai “As-Saadiq” yang berarti (yang benar). (BERSAMBUNG: KLIK DI SINI).
Materi Sebelumnya:
  1. Kebutuhan Manusia Terhadap Agama
  2. Pengantar Sirah Nabawiyah
  3. Sirah Nabawiyah II (Periode Makkah I) 
  4. Sirah Nabawiyah III (Karir Nabi Muhammad SAW) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Salam!