MARIKI-MAI :: Tour Maroko (H + 10 - 16 Des '19)
"ما دمت في المغرب فلا تستغرب" ... واذا رأيت الحمير تطير فان
الله على كل شيء قدير
Maksudnya: "Selama kamu di Maroko maka jangan merasa aneh"...
Kalo melihat keledai terbang maka sesungguhnya Allah atas segala sesuatu Maha
Kuasa (Tambahan : pen).
Kerajaan Maroko dikenal sebagai negeri para wali, dimana tersebar
di seantero kerajaan ribuan makam suci yang rutin di ziarahi - bukan saja -
oleh masyarakat lokal tetapi juga datang dari manca negara. Sehingga disebutkan
bahwa tiada suatu kota atau kampung di Maroko yang luput dari wali atau orang
shaleh.
Oleh sebab itu, Maroko disebut juga sebagai kerajaan para wali dan
orang-orang shaleh. Ini terbukti dengan terdapatnya - tidak kurang - 5000 makam
wali yang umumnya pelaku tharikat sufi tersebar di seluruh pelosok negeri
Kerajaan Maroko.
Bagi masyarakat Maroko makam-makam wali tersebut dianggap sebagai
sesuatu yang suci karena banyaknya warga yang menjadikannya sebagai tempat
ziarah spritual, mereka berkeyakinan bahwa berkat para wali atau orang-orang
shaleh yang terkubur di bawah makam itu dapat menjadi washilah (penyambung)
tersampaikannya doa-doa atas hajat mereka.
Di antara makam-makam wali yang paling menarik perhatian penulis
pada kunjuangan ke negeri para wali kali ini adalah dua makam wali sejoli yang
fenomenal terdapat di wilayah Azemmour, yaitu Lalla 'Aicha Bahria dan Molay
Bouchouaib. Kedua pasangan sejoli ini mempunyai kisah cinta yang tidak
kesampaian. Dan mereka berdua hidup pada awal Abad ke-15 M. atau sekitar abad
ke-10 H.
LALLA 'AICHA BAHRIA pada masanya dikenal sebagai patriotrist atau
pejuang wanita yang disegani oleh penjanjah Perancis, dengan kelihaian
berperang dan keberaniannya bersama beberapa pejuang wanita yang bergabung
bersamanya membuat kelabakan tentara-tentara penjajah di wilayah Dukkalah
'Abdah. Wujud dan gerakan Lalla 'Aicha Bahria tidak pernah bisa terdeteksi oleh
pasukan penjajah sampai ia dikabarkan meninggal dunia.
Menurut legenda masyarakat Maroko bahwa sesungguhnya Lalla 'Aicha
Bahria itu adalah asli warga Bagdad Iraq. Ia datang ke Maroko demi untuk
mengejar cintanya pada seorang wali shaleh yang tinggal di Azemmour yaitu Molay
Bouchouaib.
Dikisahkan bahwa jalinan cinta keduanya terjadi dengan cara tidak
umum, mereka berkomunikasi jarak jauh secara spritual. Lucunya lagi, media yang
menghubungkan mereka adalah sepak bola. Molay Bouchouaib menendang bola dari
Azemmour Maroko sambil berteriak "terima ini 'Aicha" dan diterima
oleh 'Aicha di Bagdad Iraq. Lalu dibalas "Aicha dan menendang Bola dari
Bagdad ke Azemmour sambil teriak pula "terima ini Bouchouaib". Dan
seterusnya...
Meski ada juga versi lain yang menceritakan bahwa kisah cinta
mereka di awali setelah pertemuan keduanya di Bagdad ketika Molay Bouchouaib
berkelana menuntut ilmu ke Bagdad, tetapi cinta mereka kandas karena tidak
direstui oleh kedua orang tua 'Aicha Bahria maka pulanglah Molay Bouchouaib ke
Maroko dengan patah hati.
Namun, karena cinta yang terpendam di dalam hati 'Aicha Bahri pada
Molay Bouchouaib sangat dalam, maka ia memutuskan berkelana ke Maroko untuk
menemui sang pujaan hati di Azemmur. Tetapi nahas, sebelum Lalla 'Aicha Bahria
sampai ke Azemmour ia keburu dijemput ajal dengan sebuah kecelakaan tenggelam
di laut menjelang memasuki dermaga Azemmour, dan langsung di makamkan di sana.
Mengetahui kekasihnya meninggal dunia setelah susah payah mencari
dirinya, Molay Bouchouaib dirundung rasa penyesalan yang mendalam sehingga ia
mengikrarkan dalam hatinya untuk hidup membujang selamanya. Serta berwasiat
bila suatu saat ia meninggal dunia agar dimakamkan berdekatan dengan makam
Lalla 'Aicha Bahria cinta sejatinya.
Karena melegendanya kisah cinta Lalla 'Aicha denaga Molay
Bouchouaib, meskipun tidak "Happy Ending,, dan keshalehan serta
keteladanan keduanya membuat makamnya ramai di datangi pengunjung lokal dan
manca negara. Bahkan penziarahnya tidak terbatas pada umat Islam saja tetapi
diziarahi pula oleh kelompok-kelompok agama Yahudi dan Nasrani.
Berbeda dengan makam-makam wali lainnya, Makam Lalla 'Aicha Bahria
dan Molay Buoucouaib lebih khusus diziarahi oleh kebanyakan perempuan Maroko
yang sudah lama menanti jodohnya tapi belum kunjung datang. Mereka meyakini
bahwa keramat Lalla 'Aicha Bahria dapat segera mempertemukan jodohnya dan
menikah. Berbeda dengan peziarah makam Molay Bouchouaib pengunjungnya biasanya
pasangan-pasangan yang menginginkan anak laki-laki atau keturunan.
Ada sebuah pemandangan menarik dan agak menggelitik perut, bahwa
disamping makam Lalla 'Aicha Bahria itu terdapat sebuah sumur yang sudah
diberikan dinding semi parmanent, biasanya dipergunakan oleh para peziarah
status perawan tua atau gadis-gadis yang ingin segera menikah, mandi-mandi
sebelum masuk ke dalam makam meminta jodoh. Dan biasanya semua pakaian dalaman
yang dipakai para peziarah perempuan tersebut ditanggalkan di sumur itu dan
diganti dengan pakaian dalaman baru yang sudah disiapkan.
Mereka meyakini bahwa dengan membuang pakaian-pakaian dalamannya di
sumur itu mereka telah membuang sial dan berharap keberuntungan selanjutnya
dengan segera mendapatkan jodoh yang diinginkannya. Karena fungsi sumur Lalla
'Aicha Bahria yang "vital' sekali tersebut sehingga sering mengundang
hasrat kaum laki-laki, khususnya mereka yang suka "berhalusinasi"
untuk selalu mondar-mandir sekitar sumur. Setidaknya menjadi refrensi-refrensi
"ringan" pengantar tidur.. he he..
Menurut keterangan permerhati sumur Lalla 'Aicha, warga setempat
menceritakan beberapa pengalaman perempuan-perempuan alumni sumur Lalla 'Aicha
mengatakan bahwa umumnya - kalau tidak semuanya - yang pernah ziarah ke sumur
dan makam Lalla 'Aicha Bahria menikah dengan jodohnya setelah pulang dari sana.
(Wallahua'lam)...
Amatan penulis sendiri, mungkin hal-hal seperti di atas atau
perempuan mendapatkan jodohnya setelah pulang dari ziarah ke sumur Lalla 'Aicha
tersebut (sebagaimana keyakinan mereka), memang mungkin saja bisa terjadi,
karena menurut pengamatan langsung penulis dengan situasi yang sudah terpola
secara natural layaknya pasar jodoh musiman. Dimana para perempuan keluar
ketempat itu pada musim-musim tertentu seperti Minggu kedua setiap selesai
perayaan hari besar untuk mencari jodoh....
Sedangkan lelaki juga pada waktu bersamaan hadir pula ditempat itu,
entah dengan tujuan - memang - juga mencari pasangan atau sekedar iseng,
membuat mereka saling bertemu dengan misi yang sama, maka terjadilah kontak
batin, berbagi senyum, bersapaan, negoisasi dan cocok maka naiklah ke pelaminan
bersama...
Kompleks kedua makam di atas, khususnya lokasi sumur Lalla 'Aicha
Bahria, kata penduduk setempat: Setiap 1 Minggu setelah perayaan hari besar
Islam, dan lebih spesial setelah Idul Adha, Makam Lalla 'Aicha dan Molay
Bouchouaib mendadak jadi pasar musiman. Para peziarah berdatangan dalam jumlah
besar dari berbagai daerah lokal dan manca negara, maka para pedagang pun
menangkap peluang pasar ini dengan mendatangkan berbagai kebutuhan peziarah,
mulai dari makanan, minuman sampai kepada kebutuhan-kebutuhan ziarah makam
seperti, kemenyan, dupa, lilin dan perlengkapan-perlengkapan ritual lainnya.
DAN, yang selalu viral dari pasar dadakan tersebut dan paling
banyak menyita perhatian publik adalah penjual pakaian-pakaian dalaman
perempuan, sebagai salah satu ritual popular sumur Lalla 'Aicha yaitu membuang
dan mengganti pakaian dalaman para perempuan peziarah di dalam sumur.
Nah, bagaimana dengan kisah SUMUR JODOH di CempaE Soreang Kota
Parepare? Perlu studi khusus!!!!
BERSAMBUNG :: (dengan kisah wali yang lain)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Salam!