Wilayah Kekuasaan Sufi Di Bumi
By: Med Hatta
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ.
Artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. Mereka berkata: Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau. Tuhan berfirman: Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui” (QS. 2: 30).
MENURUT pemahaman “ahli Tasawwuf” (Sufi) bahwa ketika Allah SWT
memproklamirkan pada Malaikat di langit, sesungguhnya Allah akan menciptakan Khalifah
(penguasa) di muka bumi, (Lihat: QS. 2: 30). Maka
pada saat itu Allah telah mempersiapkan dua bentuk ke-khalifah-an (dinasti)
yang berbeda di bumi yang saling mendukung dan sinergitas satu sama lain untuk memakmurkan
kehidupan dimuka bumi. Kedua dinasti tersebut diperankan oleh umat manusia
dalam dua dimensi: Pertama, Dinasti Dhahiri (nyata), yang diemban
pertama kali oleh nabi Adam as dan dilanjutkan – setelahnya – secara berkala
oleh para rasul yang diutus Allah SWT pada umatnya masing-masing, sehingga
sampai pada nabi Muhammad SAW yang diutus sebagai Rahmatan lil-‘Alamin.
Kemudian setelah nabi Muhammad SAW – sebagai penutup para
rasul – wafat, maka fungsi penerus dinasti (menurut Islam Sunni) berpindah-pindah
dari dinasti Khulafaur Rasyidin (Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali), ke
Bani Umayyah, Abbasiyah, dan seterusnya sampai pada pemerintahan bangsa-bangsa
dunia yang dipilih secara musyawarah ataupun demokrasi hingga saat ini. Penguasa
tertinggi di dalam dinasti ini dikenal Istilah-istilah seperti Rasul/Nabi,
Khalifah, Imam, Raja/Ratu, Amir dan Presiden. Dan di antara penguasa dari
dinasti ini ada juga yang berkuasa rangkap pada dinasti bentuk kedua, yang akan
penulis jelaskan nanti pada waktunya. Oleh karena itu penulis akan mencukupkan
pembahasan tentang berntuk dinasti yang pertama ini sampai disini saja, karena hakekatnya
kita sudah berjalan dalam sestem ini.
Dinasti Kerajaan Sufi
Kajian kita disini adalah dinasti bentuk yang kedua,
yaitu Dinasti Bathini (spiritual), atau dikenal juga sebagai Dinasti
Kerajaan Sufi. Dinasti ini sangat diagung-agungkan oleh para pelaku sufi
“tradisional” sebagai sebuah kerajaan yang sangat luas kekuasaannya, mengatur
segala aturan dan urusan yang berjalan dimuka bumi, dan diluar jangkauan planet
bumi (supranatural). Bahkan terkadang mengklaim peranannya dalam Menjaga stabilitas
dan menjaga kelangsungan kehidupan di planet bumi lebih besar dari pada dinasti
Dhahiri, di alam nyata yang kita kenal sebagai kekuasaan pemerintahan kita
sekarang. Serta mengaku wilayah kekuasaannya pun lebih luas dari kekuasaan
dinasti Dhahiri kita.
Seperti juga dinasti Dhahiri tradisional, dinasti
kerajaan sufi ini juga memiliki sistem, wilayah, pringkat dan perangkap pemerintahan
seperti sistem pemerintahan pada dunia nyata yang kita kenal sekarang. Pucuk
kekuasaan tertinggi pada dinasti kerajaan sufi adalah Al-Quthub atau Al-Ghauts,
kemudian, Aimmah, Autad, Abdal, Nujaba, dan jabatan paling rendah adalah
Nuqaba. Dan masing-masing peringkat pemerintahan tersebut memiliki
jumlah personel tertentu yang berbeda-beda sesuai wilayah kekuasaannya, serta
tidak pernah lebih dan tidak berkurang sampai hari kiamat. Setiap ada jabatan
yang lowong karena meninggal akan digantikan oleh pejabat baru dibawahnya atau
pejabat baru dari luar lingkup peringkat yang ada sebelumnya. Ada sedikit yang
berbeda dari dinasti kerajaan sufi ini yaitu tidak diwariskan secara
turun-temurun, tidak melalui musyawarah atau melalui pemilihan demokrasi,
tetapi penunjukan langsung dari Allah lewat surat mandat ghaib.
Adapun tokoh-tokoh sufi (Auliyaul Quthub/ Al Ghauts)
yang pernah memimpin dinasti kerajaan sufi dari zaman ke zaman, semenjak nabi
Adam as sampai kepada nabi Muhammad SWA, diperincikan oleh syeikh Abdul Wahab
Assya’rani dalam kitabnya “al Yawaqit wal Jawahir” menukil dari
Syeikhnya Assyaikhul Akbar Ibn Arabi jumlahnya ada 25 Quthub, sebagaimana
jumlah rasul yang diutus Allah SWT, masing-masing: (Furaq, Mudawi, Kalum, Bakkaa, Murtafi’, Syaffar, Madhi, Mahiq,
Aqib, Manhour, Syarid, Shaigh, Muraji’, Thayyar, Salim, Khalifah, Maqsum, Abdel
Hay, Raqi, Abdel Wasi’, Bahar, Munshif, Abdel Hadi, Ashlah, dan Abdel Baqi’). (Lihat: Assya’rani, al-Yaqit wal Jawahir: Vol. 2, Hal.
82).
Lebih lanjut Ibn Arabi menegaskan bahwa selain nama-nama Al-Quthub
atau Al-Ghauts yang telah disebutkan di atas, ada lagi 4 ahlul Ghauts yaing
lain dari unsur rasul dan nabi yang masih hidup sampai sekarang, yang –
sementara – diberikan tugas khusus oleh Allah SWT, yaitu: Idris, Ilyas, Isa dan
Kheider. Dan mereka berempat akan kembali menjabat posisi Al-Ghauts secara
berkala pada waktunya masing-masing.
Perangkat dan Peringkat Dinasti Kerajaan Sufi
Adalah Syeikh Abu Bakar Al Kattani[1],
tokoh sufi yang pertama memperkenalkan tata perangkat dan peringkat wilayah
kekuasaan sufi (Abad ke-4 H/ 10 M), ia menyusunnya berdasarkan gelar dan
tingkatannya, seperti: Nuqaba, Nujaba, Abdal, Akhyar, Omd, Ghouts, dan
Suyyahun. Dan ditambahkan oleh Syeikh Abu Thalib Al Makki[2]
(akhir abad ke-4 H) dengan Istilah Al Qothub dan Autad. Kemudian disempurnakan oleh filosof besar dan
syeikh sufi Assyeikhul Akbar Muhyidin bin Arabi atau popular Ibn Arabi (Abad
ke-7 H), dengan meletakkan garis-garis besar haluan dinasti kerajaan sufi, yang
kemudian menjadi undang-undang darasa atau pedoman tetap dinasti kerajaan sufi
universal dalam sebuah kitab besar dikenal “Al Futuhatul Makkiyah”. Kitab tersebut telah dikomentari oleh murid
terdekatnya Abdul Wahab Assya’rani dalam “Al Yawaqit wal Jawahir”.
Ibn Arabi membagi peringkat kekuasaan sufi lengkap dengan
nama gelar, fungsi, jobdisk, kemampuan, pengangkatan, dan jumlah masing-masing.
Mereka ditugaskan mengatur kehidupan makhluk di jagad raya secara berkala
sepanjang masa. Personil setiap perangkat tidak bertambah dan berkurang sampai
hari kiamat, jika salah satu pejabat yang meninggal maka digantikan oleh
pejabat yang lain. Peringkat jabatan di dalam dinasti kerajaan sufi ada 6 (enam),
sbb:
1.
Pertama Al-Quthub; atau dikenal juga Al-Ghauts,
merupakan tingkatan yang paling tinggi di dalam kerajaan sufi sebagai fungsi “raja”
yang mengatur stabilitas kehidupan di permukaan bumi. Dan posisi ini hanya dijabatan
oleh 1 (satu) wali saja dalam satu periode, yang masa tugasnya
seumur hidup, jika meninggal maka digantikan oleh quthub lain setelahnya
melalui surat mandat ghaib. Keunikan Qhutub ini ilmunya sudah mencapai tingkat
kasyaf, menyingkap rasahia-rahasia zat ke-Tuhan-an, ia juga memiliki ilmu yang
sangat luas dan tidak terbatas tentang sifat-sifat Allah SWT.
Peringkat quthub adalah derajat manusia yang paling
sempurna, kedudukannya tidak terbatas dan dapat berpindah-pindah dari satu
tempat ke tempat lain yang ia inginkan tanpa terikat oleh waktu. Tugas
utamanaya adalah mengatur dan memelihara keberlangsungan planet bumi serta menjaga
pengikut-pengikutnya. Di antara Khulafaur Rasyidin yang pernah menjabat
posis Quthub atau Ghauts disamping menjadi Khalifah Rasulullah SAW di dalam
pemerintahan Islam (menurut ibn Arabi) adalah Abu Bakar bin Shiddiq ra dan Umar
bin Khattab ra.
2.
Kedua Aimmah; Terdiri dari 2 (dua) wali sebagai
Imam, keduanya bertugas mendampingi Quthub dan selalu menyertai tugas Quthub. Di
dalam keprotokoleran istana sufi, salah satu diantaranya duduk disebelah kanan
Quthub bertugas mengontrol dunia Malaikat, dan yang satunya lagi berada
disebelah kiri sebagai penanggungjawab kelanjutan kerajaan sufi, ia juga
disebut “putra mahkota” yang akan menggantikan Quthub jika meninggal dunia.
3.
Ketiga Autad; Jumlah pejabat dalam fungsi ini adalah 4 (empat) wali. Bertugas menjaga keselamatan bumi dari
berbagai ancaman keburukan dan kerusakan, dan setiap wali dalam fungsi ini menduduki
satu bagian dari empat arah mata angin (Utara, Selatan, Timur dan Barat). Kalau
di dalam pemerintahan kita mungkin bisa disebut sebagai Gubernur KDH Tk. I
Provensi. Keunikan mereka memiliki ruhaniah ke-Tuhan-an dan penguasaan
ilmu yang sangat dalam.
Setiap wali dari empat pejabat Autad ini masing-masing
memiliki hubungan emosional dengan empat rasul besar yang pernah diutus Allah;
satu diantaranya terkait dengan nabi Adam as, kedua berhubungan dengan nabi
Ibrahim as, ketiga berhubungan dengan nabi Isa as, dan yang keempat berhubungan
dengan nabi Muhammad SAW.
4.
Keempat Abdal; Jumlah pejabat fungsional pada posisi ini 7 (tujuh) wali. Tugas mereka adalah
memelihara 7 benua yang ada di bumi (Afrika, Amerika Selatan, Amerika Utara, Asia,
Australia, Eropa, dan Antartika). Setiap wali Abdal mengurusi satu benua yang
menjadi wilayah tugasnya, mungkin semacam Bupati KDH Tk. II Kabupaten dalam perangkat
pemerintahan yang kita kenal. Disebut Abdal karena memiliki kemampuan merubah
dirinya dengan sosok lain yang serupa (menggandakan diri), dan mampu bergerak dari
satu tempat ketempat lain dengan sangat cepat seperti siluman. Di antara imam
mazhab yang kita kenal pernah menduduki jabatan ini semasa hidupnya (menurut
Ibn Arabi) adalah Imam Syafi’i ra.
5.
Kelima Nujaba; Jumlah personil mereka 40 wali. Derajatnya di bawah Abdal,
mereka bertugas meringankan beban-beban kemanusiaan. Dan mereka tidak mengalami
kenaikan pangkat atau jabatan.
6.
Keenam Nuqaba; Merupakan debut pertama dalam karir ke-sufi-an setelah menyelesaikan
pendidikan (suluk) sufi dengan intensifitas tinggi, dan mengamalkan ritual-ritual
tasawuf dengan konsukwesn. Jumlah mereka dalam satu zaman 300 orang wali,
mereka yang tergabung dalam peringkat ini adalah wali-wali muda yang telah
berhasil mengekstrak anonimitas nurani dan menyingkap tabir-tabir rahasia jati
diri mereka.
BACA JUGA:
[1].
Abu Bakar Mohamed bin Ali bin Jaafar al-Kattani, seorang ulama Ahlussunnah wal
Jama’ah, tokoh tasawwuf sunni, hidup pada abad ke-4 H. Asli Bagdad dan
meninggal di Kota Suci Makkah, Tahun 322 H.
[2].
Abu Thalib Mohamed bin Ali bin Athiyah Al Haritsi, wafat di Bagdad tahun 386 H.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar