MARIKI-MAI :: TOUR MAROKO
(H + 06 - 13 Des '19)
SEBUAH ungkapan popular
masyarakat Maroko yang dinisbatkan kepada Ibn Khaldun (1332 - 1406 M) tentang
keunikan negeri terbenam matahari dan etnik Maroko ini, lebih enak diucapkan
dalam bahasa aslinya, mengatakan:
"ما دمت في المغرب فلا تستغرب" ... واذا رأيت الحمير تطير فان الله على كل شيء قدير
Kalo melihat keledai
terbang maka sesungguhnya Allah atas segala sesuatu Maha Kuasa (Tambahan : pen).
Tentu saja sejarahwan
kaliber dunia Ibnu Khaldun tidak mengada-ada ketika mengucapkan kalimat
tersebut sekitar 700 tahun lalu, melainkan di dasari atas pengenalan,
pengalaman, dan penelusuran yang mendalam terhadap bangsa yang komentari.
Bahkan hingga kini masyarakat Maroko sendiri-pun masih kerap mengucap/menulis
pameo legendaris itu sampai hari ini dalam berbagai moment, politik, budaya,
sosial dll. Hanya saja - belakangan - sering disetir pada hal-hal yang negatif
tentang Maroko dan ke-Maroko-an.
Penulis juga tidak
mengetahui apa yang terlintas dalam benak Ibnu Khaldun ketika mengucapkan pada
masanya, positif atau negatif kah? Itu tidak penting. Tetapi memang diakui
bahwa Maroko memiliki banyak sesuatu yang unik dan aneh-aneh, setidaknya hal
itu dapat dirasakan oleh siapa saja yang berkunjung ke negeri Ibnu Batouta ini.
Yang paling berkesan
pada kehadiran ketiga kalinya penulis di Maroko ini, yang nyaris
"tidak" terpedulikan selama 16 tahun domicili sebelumnya (1995 -
2010), adalah PESTA COUSCOUS pada Hari Jum'at......
Adalah Hari Jum'at
setiap pekan menjadi Hari besar nasional bagi masyarakat Maroko, pada hari besar
umat islam tersebut, setelah usai menunaikan Shalat Jumat berjamaah pada berbagai
masjid di kerajaan, seluruh masyarakat Maroko dari berbagai tingkatan dan
status sosial, dari keluarga bangsawan, orang-orang kaya dan warga yang paling
sederhana sekalipun, semuanya merayakan pesta makan besar dengan jenis menu
yang sama secara nasional, yang mereka sebut masakan COUSCOUS.
Bahkan tidak jarang di
antara keluarga-keluarga yang beruntung secara ekonomi, mengundang kerabat dan
teman-temannya berpesta couscous bersama di kediaman mereka atau
membagi-bagikan kepada tetangga atau pada pekerja dan buruh yang ada
dilingkungan mereka.
Anehnya, setiap keluarga
Maroko seakan-akan menyiapkan pesta couscous itu jauh-jauh hari sebelumnya,
sehingga ada anekdot liar mengatakan bahwa hari-hari orang Maroko itu adalah
dari couscous ke couscous. Ini jelas ketika penulis dan rombongan tiba di
Maroko Minggu lalu, yang kebetulan bertepatan hari Jum'at (06/12/'19), kami
disambut oleh ibu tuan rumah yang kami tempati di Temara (kota kecil Selatan
Ibukota Rabat). Saat itu - tanpa ditanya - ibu tuan rumah langsung mengatakan:
"mohon maaf, sedianya tadi saya mau menyiapkan couscous pada kalian tapi
saya lagi tidak enak badan, tapi - insya Allah - mulai Jum'at depan dan
seterusnya kami akan membuatkan couscous terus. Maka, jadilah kami pesta
couscous besar-besaran hari ini.
COUSCOUS bagi masyarakat
Maroko bukan saja merupakan makanan tradisional tetapi sudah menjadi menu
sakral karena dikaitkan dengan ritual ibadah Shalat Jum'at pada hari
"SAYYIDUL AYYAM". Ia terbuat dari: Tepung gandum khusus, daging, 7
macam sayuran pilihan (khudhar), dan bumbu khas timur tengah.
PENASARAN ? Silahkan
order khusus di Cafe MARIKI-MAI (setiap hari Jum'at). Jumlah Pemesanan TERBATAS
setiap minggu.
TULISAN YANG
TERKAIT:
5. Top Menu MARIKI-MAI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Salam!