Kamis, Oktober 07, 2021

NEGERI ANTAKYA KOTA YUNANI KUNO DIABADIKAN ALQURAN :

*Mukjizat Dimensi Geografi AlQuran (28)

Negeri Tiga Rasul

By: Med Hatta

"Kemukjizatan geografis AlQuran tidak saja menyebutkan tempat dan negeri-negeri yang menjadi sentra-sentra pemusatan dakwah para rasul-rasul besar masa kenabian, seperti di kawasan Jazirah Arabia (saja), tapi juga menyebutkan sejumlah tempat dan negeri yang telah menjadi saksi peristiwa besar lainnya. Salah satunya adalah negeri Antakya, yang merupakan bagian dari kota-kota Yunani kuno, bahkan satu dari 16 kota paling terkenal yang didirikan oleh Kaisar Alexander Agung. Secara geografis kota Antakya - sekarang - berada di pesisir wilayah Turki Selatan, ia terletak di barat laut Suriah di pesisir muara Sungai Orontes. Nama Antakya diambil dari seorang tokoh Yunani disebut Antibes, lalu berubah seperti sekarang - setelah melalui arabisasi. Negeri - yang kini - dikenal Antakya ini disebutkan dalam AlQuran (ayat kajian) berkenaan dengan kasus penolakan penduduk negeri terhadap 3 orang rasul yang diutus kepada mereka sekaligus...!"

*BACA: VERSI SELULER

Allah berfirman :

وَٱضْرِبْ لَهُم مَّثَلًا أَصْحَٰبَ ٱلْقَرْيَةِ إِذْ جَآءَهَا ٱلْمُرْسَلُونَ؛ 

Terjemah Arti: "Dan buatlah suatu perumpamaan bagi mereka, yaitu penduduk suatu negeri, ketika utusan-utusan datang kepada mereka." (QS. Yasin: 13). 

Kata kunci pada ayat kajian adalah ("ٱلْقَرْيَةِ"/ qaryah = negeri); sepakat mayoritas (jumhur) ulama dan pakar tafsir seperti imam At-Thabari, Imam Al-Qurthubi, Imam Muslim dan lain-lain, bahwa negeri yang dimaksud ayat ke 13 dari surah Yasin (ayat kajian) adalah Antakya. Dan nama kota itu sendiri dinisbatkan pada nama tokoh yang membangunnya, salah seorang jendral kepercayaan Alexander Agung disebut Antiokhia, lalu berubah menjadi Antakya - seperti sekarang - setelah melalui arabisasi. 

Pakar sejarah dunia, Yaqut al-Hamawi menyebutkan dalam kitabnya "Mu’jam al-Buldan" bahwa Antakya - awalnya - menjalani kehidupan yang makmur lalu - silih berganti - dihancurkan oleh keserakahan dan konspirasi untuk menguasainya. Pada tahun 64 SM, Antakya ditaklukkan oleh bangsa Romawi dan menghancurkannya setelah - sebelumnya - kota itu mengalami stabilitas, keamanan, politik, komersial dan tata perkotaan yang besar. Selanjutnya kota unik itu dikosongkon oleh penduduknya sekitar tahun 528 M, setelah diporak-porandakan oleh gempa bumi yang menghancurkannya, tiada yang tersisa dari bangunan dan penghuninya pada masa itu. 

Kemudian, Antakya dibangun kembali oleh umat Islam setelah ditaklukkannya di bawah kepemimpinan Abu Ubaidah bin Al-Jarrah tahun 16 H/637 M, pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Al-Khattab ra. Selanjutnya direbut oleh Bizantium pada tahun 966 M, dan tetap tunduk pada kekuasaan mereka sampai direbut oleh tentara Salib pada tahun 1098 M, dan kota itu tetap berada di tangan penguasa tentara Salib pada periode antara abad kedua dan ketiga belas. 

Lalu dibebaskan oleh jendral muslim, Al-Zahir Baybars pada tahun 1268 M. Dan tetap berada di bawah kekuasaan Mamluk sampai jatuh ke tangan Ottoman pada tahun 1517 M, dan menjadi salah satu kota Suriah setelahnya. Pembebasan dari kekuasaan Ottoman Secara administratif, itu melekat pada distrik Iskenderun, yang beralih ke wilayah Turki dari Suriah pada tahun 1939 M. Dan sekarang menjadi objek wisata yang banyak dikunjungi oleh wisatawan karena pentingnya dalam sejarah, budaya dan agama.

Kisah tentang rasul-rasul yang diutus di Antakya pada masa-masa ke-rasul-an, Allah berfirman : 

إِذْ جَآءَهَا ٱلْمُرْسَلُونَ 

Terjemah Arti: "ketika utusan-utusan datang kepada mereka."

Yaitu, menurut riwayat disebutkan bahwa saat itu Antakya berada dalam masa kelam - ia diperintah oleh seorang raja yang zalim dan penyembah berhala dikenal Antiokhas bin Antiokhia, maka Allah mengutus tiga orang rasul kepadanya dan rakyatnya, yaitu: Sadiq, Saduq, dan Shallum. Ada juga sebagian ulama yang pendapat bahwa ketiga rasul tersebut dikirim oleh nabi Isa as untuk mengajak warga Antakya kembali ke jalan (agama) Allah.

Abu Hayyan Al-Andalusi menyebutkan dalam tafsirnya (Al-Bahrul Muhith) bahwa: Tidak ada perbedaan pendapat dalam kisah penduduk negeri (Antakya) dimana ketiga rasul itu diutus, tapi mereka berbeda dalam waktu diutusnya, dan tampak dari firman Allah pada ayat berikutnya: "Kami mengutus", bahwa mereka adalah nabi yang diutus oleh Allah SWT. Dan itu (juga) ditunjukkan oleh respon orang-orang yang menerima rasul itu (warga Antakya): "Kamu tidak lain adalah manusia seperti kami." Dialog seperti ini hanya terjadi pada nabi-nabi yang diutus Allah. Dan pendapat serupa disebutkan juga oleh Ibnu Abbas dan Ka'ab. 

Berbeda dengan Qatadah dan lainnya menyebutkan bahwa mereka (rasul-rasul) itu adalah para murid yang diutus oleh nabi Isa as yaitu ketika ia diangkat oleh Allah SWT dan disalib (atau orang diserupakan dengannya), maka murid-muridnya dicurigai sehingga mereka berpisah-pisah menyebar ke pelosok-pelosok. Dan diantaranya adalah yang dikisahkan oleh Allah yang datang ke Antakya pada masyarakat penyembah berhala seperti pada ayat kajian. Namun, ketiga rasul itu mengalami nasib yang dramatis di Antakya, mereka ditolak dan dipersekusi. Allah berfirman :

إِذْ أَرْسَلْنَآ إِلَيْهِمُ ٱثْنَيْنِ فَكَذَّبُوهُمَا فَعَزَّزْنَا بِثَالِثٍ فَقَالُوٓا۟ إِنَّآ إِلَيْكُم مُّرْسَلُونَ؛ قَالُوا۟ مَآ أَنتُمْ إِلَّا بَشَرٌ مِّثْلُنَا وَمَآ أَنزَلَ ٱلرَّحْمَٰنُ مِن شَىْءٍ إِنْ أَنتُمْ إِلَّا تَكْذِبُونَ؛ قَالُوا۟ رَبُّنَا يَعْلَمُ إِنَّآ إِلَيْكُمْ لَمُرْسَلُونَ؛ وَمَا عَلَيْنَآ إِلَّا ٱلْبَلَٰغُ ٱلْمُبِينُ؛ قَالُوٓا۟ إِنَّا تَطَيَّرْنَا بِكُمْ ۖ لَئِن لَّمْ تَنتَهُوا۟ لَنَرْجُمَنَّكُمْ وَلَيَمَسَّنَّكُم مِّنَّا عَذَابٌ أَلِيمٌ؛ قَالُوا۟ طَٰٓئِرُكُم مَّعَكُمْ ۚ أَئِن ذُكِّرْتُم ۚ بَلْ أَنتُمْ قَوْمٌ مُّسْرِفُونَ؛ 

Terjemah Arti: "(yaitu) ketika Kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakan keduanya; kemudian Kami kuatkan dengan (utusan) yang ketiga, maka ketiga (utusan itu) berkata, "Sungguh, kami adalah orang-orang yang diutus kepadamu." Mereka (penduduk negeri) menjawab, "Kamu ini hanyalah manusia seperti kami, dan (Allah) Yang Maha Pengasih tidak menurunkan sesuatu apa pun; kamu hanyalah pendusta belaka." Mereka berkata, "Tuhan kami mengetahui sesungguhnya kami adalah utusan-utusan(Nya) kepada kamu. Dan kewajiban kami hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas." Mereka menjawab, "Sesungguhnya kami bernasib malang karena kamu. Sungguh, jika kamu tidak berhenti (menyeru kami), niscaya kami rajam kamu dan kamu pasti akan merasakan siksaan yang pedih dari kami." Mereka (utusan-utusan) itu berkata, "Kemalangan kamu itu adalah karena kamu sendiri. Apakah karena kamu diberi peringatan? Sebenarnya kamu adalah kaum yang melampaui batas." (QS. Yasin: 14-19).

Pada awalnya, hanya dua orang rasul (saja) yang datang pertama kali kepada penduduk Antakya, lalu mereka (warga) mendustakan keduanya, yaitu menolak ajaran agama Allah yang disampaikan kepada mereka. Maka Allah memperkuat misi kedua rasul itu dengan menugaskan rasul ketiga, dan terjadi-lah dialog seru antara tiga rasul dan penduduk Antakya. Ketiga rasul itu mengeluarkan argumen dan dalil-dalil fakta yang mendukung seruan mereka; "Sungguh, kami adalah orang-orang yang diutus kepadamu,,, Tuhan kami mengetahui sesungguhnya kami adalah utusan-utusan(Nya) kepada kamu. Dan kewajiban kami hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas...!!!"

Namun, semua agumen dan dalil-dalil ketiga rasul itu didustakan oleh warga, bahkan mereka mengejek para rasul dengan kata-kata melecehkan, mengatakan: "Kamu ini hanyalah manusia seperti kami, dan (Allah) Yang Maha Pengasih tidak menurunkan sesuatu apa pun; kamu hanyalah pendusta belaka....

Terakhir warga yang zalim itu mengancam para rasul untuk dibunuhnya jika tidak mau berhenti berdakwah, mengatakan: "Sesungguhnya kami bernasib malang karena kamu. Sungguh, jika kamu tidak berhenti (menyeru kami), niscaya kami rajam kamu dan kamu pasti akan merasakan siksaan yang pedih dari kami...!!!"

Kata Ibnu Ishak menulikil dari Ka'ab dan Wahab: Bahwa raja zalim Antiokhas bersama rakyatnya sudah sepakat untuk membunuh ketiga rasul itu, bahkan sudah menggiringnya ke pasar kota Antakya untuk merajam mereka, tapi tiba-tiba ada pihak yang menyampaikan kasus hukuman itu kepada seorang tokoh masyarakat Antakya yang shaleh, beriman kepada Allah dan disegani oleh seluruh masyarakat Antakya disebut Habib An-Najjar yang tinggal di pojok kota, maka yang terakhir ini segera datang ke pasar tempat eksekusi para rasul itu dengan tergesa-gesa dan memperingatkan kepada raja dan rakyatnya yang melampaui batas itu untuk menghentikan tindakan mereka yang tidak terpuji itu dan menyerunya agar mengikuti ajaran rasul-rasul yang diutus oleh Allah tersebut. Dan seruan Habib An-Najjar yang populer itu diabadikan di dalam AlQuran, Allah berfirman :

وَجَآءَ مِنْ أَقْصَا ٱلْمَدِينَةِ رَجُلٌ يَسْعَىٰ قَالَ يَٰقَوْمِ ٱتَّبِعُوا۟ ٱلْمُرْسَلِينَ؛ ٱتَّبِعُوا۟ مَن لَّا يَسْـَٔلُكُمْ أَجْرًا وَهُم مُّهْتَدُونَ؛ وَمَا لِىَ لَآ أَعْبُدُ ٱلَّذِى فَطَرَنِى وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ؛ ءَأَتَّخِذُ مِن دُونِهِۦٓ ءَالِهَةً إِن يُرِدْنِ ٱلرَّحْمَٰنُ بِضُرٍّ لَّا تُغْنِ عَنِّى شَفَٰعَتُهُمْ شَيْـًٔا وَلَا يُنقِذُونِ؛ إِنِّىٓ إِذًا لَّفِى ضَلَٰلٍ مُّبِينٍ؛ إِنِّىٓ ءَامَنتُ بِرَبِّكُمْ فَٱسْمَعُونِ؛ قِيلَ ٱدْخُلِ ٱلْجَنَّةَ ۖ قَالَ يَٰلَيْتَ قَوْمِى يَعْلَمُونَ؛ بِمَا غَفَرَ لِى رَبِّى وَجَعَلَنِى مِنَ ٱلْمُكْرَمِينَ

Terjemah Arti: "Dan datanglah dari ujung kota, seorang laki-laki dengan bergegas dia berkata, "Wahai kaumku! Ikutilah utusan-utusan itu. Ikutilah orang yang tidak meminta imbalan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. Dan tidak ada alasan bagiku untuk tidak menyembah (Allah) yang telah menciptakanku dan hanya kepada-Nyalah kamu akan dikembalikan. Mengapa aku akan menyembah tuhan-tuhan selain-Nya? Jika (Allah) Yang Maha Pengasih menghendaki bencana terhadapku, pasti pertolongan mereka tidak berguna sama sekali bagi diriku dan mereka (juga) tidak dapat menyelamatkanku.

Sesungguhnya aku telah beriman kepada Tuhanmu; maka dengarkanlah (pengakuan keimanan)ku." Dikatakan (kepadanya), "Masuklah ke surga." Dia (laki-laki itu berkata, "Alangkah baiknya sekiranya kaumku mengetahui, apa yang menyebabkan Tuhanku memberi ampun kepadaku dan menjadikan aku termasuk orang-orang yang telah dimuliakan." (QS. Yasin: 20 -27).

Wallahul Musta'an !


Kajian Berhubungan : 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Salam!