Selasa, September 25, 2012

MAKKAH NEGERI YANG AMAN SENTOSA DAN SEJAHTERA

Serial Tafsir Ayat-ayat Haji dan Umrah (05/20)
Menyambut Hari Raya Qurban 1433 H/ 2012 M.


 بَلَدًا آمِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ
 (Negeri Yang Aman Sentosa dan Berikanlah Rezki Penduduknya Dari Berbagai Penghasilan)
Oleh: Med HATTA
Mukaddimah:
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله الذي بنعمته تتم الصالحات، وبعد!
Fathu Makkah:
Sejarah pembukaan kota Makkah pra-thofan (banjir besar) di mulai semenjak 2000 tahun sebelum masehi, awalnya hanyalah sebuah pemukiman kecil terletak di sebuah lembah yang dikelilingi oleh perbukitan dari berbagai arah. Kemudian mulai orang berdatangan dan menetap di sana pada masa Ibrahim dan Ismail as, ketika itu Ibrahim as menempatkan isterinya Hajar dan putranya Ismail as di lembah batu yang kering, sebagai pelaksanaan dari perintah Allah SWT.

Maka tinggallah Hajar bersama Ismail di lembah itu sampai terbit mata air zam-zam, setelah itu datanglah kabilah pertama yang ikut mendiami lembah itu, dikenal dengan kabilah Jurhum, salah satu kabilah pesiar dari Yaman. Pada saat itu pula mulai di bangun Ka’bah oleh Ibrahim dan putranya Ismail as, lalu diperintahkan Allah kepada keduanya membersihkan Ka’bah (Baitullah) itu dari kemusyrikan dan berhala-berhala, karena merupakan kotaran yang najis bagi agama hanif. 

Lalu dikotori kembali dengan berhala pada masa kabilah Khuzza’ah di bawah pemerintahan ‘Amar bin Luhay bin Khuzza’ah bin Qumma’ah bin Elias, dari keturunan Ismail bin Ibrahim as, yang juga merupakan paman-paman jauh dari nabi SAW. 

Selanjutnya dibersihkan kembali dari kotoran-kotaran najis itu pada tahun ke-9 Hijriyah, yaitu setelah nabi Muhammad SAW menduduki kembali kota Makkah. Maka mulai tahun itu diberlakukan larangan memasuki kota Makkah selain orang-orang Islam, sebagaimana firman Allah:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّمَا الْمُشْرِكُونَ نَجَسٌ فَلا يَقْرَبُوا الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ بَعْدَ عَامِهِمْ هَذَا وَإِنْ خِفْتُمْ عَيْلَةً فَسَوْفَ يُغْنِيكُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ إِنْ شَاءَ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ حَكِيمٌ (٢٨)
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis, maka janganlah mereka mendekati Masjidilharam sesudah tahun ini. dan jika kamu khawatir menjadi miskin, maka Allah nanti akan memberimu kekayaan kepadamu dari karuniaNya, jika Dia menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.  (QS: 09: 28)
Lanjutan Tafsir Ayat-Ayat Haji dan Umrah:
Allah berfirman:
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا بَلَدًا آمِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُمْ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ قَالَ وَمَنْ كَفَرَ فَأُمَتِّعُهُ قَلِيلا ثُمَّ أَضْطَرُّهُ إِلَى عَذَابِ النَّارِ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ (١٢٦) وَإِذْ يَرْفَعُ إِبْرَاهِيمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَإِسْمَاعِيلُ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ (١٢٧) رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِنَا أُمَّةً مُسْلِمَةً لَكَ وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ (١٢٨) رَبَّنَا وَابْعَثْ فِيهِمْ رَسُولا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُزَكِّيهِمْ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (١٢٩) وَمَنْ يَرْغَبُ عَنْ مِلَّةِ إِبْرَاهِيمَ إِلا مَنْ سَفِهَ نَفْسَهُ وَلَقَدِ اصْطَفَيْنَاهُ فِي الدُّنْيَا وَإِنَّهُ فِي الآخِرَةِ لَمِنَ الصَّالِحِينَ (١٣٠)
Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: “Ya Tuhanku, Jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezki dari berbagai penghasilan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian”. Allah berfirman: “Dan kepada orang yang kafirpun Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat Kembali”; Dan (ingatlah), ketika Ibrahim membangun pondasi Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): “Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui; Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah taubat kami, sesungguhnya Engkaulah yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang; Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka sesorang rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab (al-Quran) dan al-Hikmah (as-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana”; Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang memperbodoh dirinya sendiri, dan sungguh Kami telah memilihnya di dunia dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang saleh”. (QS: 02: 124-130)

Permohonan Pertama Ibrahim Untuk Kota Makkah:

Allah berfirman:

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا بَلَدًا

Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini ,,,,,”;

Di dalam pengetahuan ulumul Quran, para pakar tafsir mengenalkan suatu hukum yang disebut “At-Taqdim wat-Takhir” (mendahulukan dan meng-akhirkan),  maka ayat ini termasuk ke dalam bagian itu. Karena redaksi ayat pada firman Allah: “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa”, yaitu do’a Ibrahim yang tidak mungkin dipanjatkannya kecuali setelah ia memasuki negeri tersebut, melihat secara langsung letak geografis, dan memperhatihan temperatur serta kondisi alamnya. 


Ayat yang ditakhirkan dalam susunan adalah firman Allah: “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim membangun pondasi Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): “Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami)”.  Ayat ini meskipun penyebutannya terakhir dalam bacaan, tetapi maksudnya lebih awal dari ayat sebelumnya. 


Yaitu; setelah Ibrahim dan putranya Ismail as mengetahui kondisi negeri itu, dan mereka telah pula membangun rumah yang diperintahkan Allah (Baitullah) di atasnya, maka tiba gilirannya ia memanjatkan do’a: Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezki dari berbagai penghasilan kepada penduduknya”.

Keamanan Mendatangkan Investasi Yang Berlimpah:

Allah berfirman:

بَلَدًا آمِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ

Artinya: “negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezki dari berbagai penghasilan kepada penduduknya”;

Yaitu; Ibrahim memohon kepada Allah SWT dalam do’anya tenteng dua hal untuk kota Makkah, yaitu: Keamanan dan Kesejahteraan:

  • PERTAMA, Keamanan:

Ibrahim sangat sadar bahwa yang paling penting untuk daerah seperti Makkah adalah menciptakan kondisi aman dan tenteram di dalamnya, karena ia merupakan negeri yang tidak ditumbuhi tanaman-tanaman dan tidak cocok pula untuk daerah pertanian. Maka seandainya kondisi keamanan pun tidak tercipta pula, niscaya kota Makkah tidak mempunyai daya tarik yang dapat mengundang investor menanamkan sahamnya, dan akan menjadi sulit kehidupan di dalamnya. 


Oleh karena itu Allah mengabulkan permohonan Ibrahim itu, dan Dia menjadikan kota Makkah zona paling aman di permukaan bumi, maka tidak ada seorang penentang pun yang bermaksud jahat ke kota makkah kecuali Allah menghancurkan terlebih dahulu sebelum tanganya menyentuh Ka’bah, seperti terjadi pada raja Abrahah dan tentara gajahnya.  

Kota Makkah bukan saja zona yang aman, tetapi ia juga menjadi tambatan jiwa semua manusia, setiap hati manusia selalu rindu ingin mengunjunginya dan terus-menerus, sebagaimana telah dijelaskan pada serie tafsir yang lalu. (Lihat: Baitullah Magnet Jiwa Manusia & Zona Paling Aman Dimuka Bumi).
  • KEDUA, Kesejahteraan:

Allah berfirman:

وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ

Artinya: “dan berikanlah rezki dari berbagai penghasilan kepada penduduknya”;

Kebanyakan pakar tafsir menerjemahkan kalimat “at-tsamaraat” pada ayat sebagai buah-buahan mutlak yang dihasilkan dari pertanian, namun penulis melihat terjemahan itu tidak relevan pada ayat ini, tetapi sesuatu yang jauh lebih bermutu dari pada hanya sekedar buah-buahan saja, dengan beberapa pertimbangan sebagai berikut: 
  1. Secara geografis kota Makkah berada di Jazirah Arab, terletak di sebuah lembah bebatuan yang kering, dikelilingi oleh bukit-bukit batu yang tandus, tidak mempunyai curah hujan yang cukup, tidak di aliri oleh sungai-sungai irigasi, dan tidak ditumbuhi oleh tanaman-tanaman. 
  2. Menurut ilmu botani modern bahwa daerah kawasan Makkah sama sekali tidak cocok untuk lahan pertanian, maka betapa pun pemerintah Saudi Arabia sekarang mengupayakan reboisasi di sana, berapa triliun Rial pun dibelanjakan untuk upaya itu, maka tetap saja pohon-pohon yang ditanam itu akan menolak karena itu bukan habitatnya. 
  3. Nabi Ibrahim as sangat mengetahui kondisi Makkah yang kering tandus setelah menempatkan keluarganya di sana, oleh karena itu Beliau (dengan nada “prihatin”) mengadukannya, sebagaimana pada firman Allah: “sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman” (QS: 14: 37).  
  4. Kalau nabi Ibrahim saja telah mengetahui fakta kota Makkah seperti pengakuannya itu, maka tidak pantas bagi Beliau sebagai seorang nabi besar, memohonkan untuk keluarganya sesuatu yang tidak wajar, seperti meminta kepada Allah menjadikan kota tandus Makkah sebagai penghasil buah-buahan yang berlimpah ruah. Kecuali hal itu untuk keperluan da’wah sebagai kemukjizatan Allah, seperti terjadi pada diri Isa as meminta diturunkan makanan siap saji dari langit, dan itupun hanyaa berlaku sekali saja pada saat itu juga. 
  5. Kemudian jika yang dimaksudkan dalam do’a itu adalah buah-buahan import, sebagaimana banyak dilangsir oleh para pakar tafsir, maka itu saja tidak cukup mengangkat penduduk Makkah menjadi sejahtera, karena itu hanya memenuhi kebutuhan nutrisi saja, sedangkan penduduk Makkah masih membutuhkan protein, pangan yang lain, sandang, pakaian cantik, rumah mewah, kendaraan lux, dan pershiasan kemewahan lainnya, layaknya masyarakat sejahtera. Nah, kalau hanya mengimport buah-buahan saja tentu tidak memenuhi standard sejahtera, bahkan menjadikan negara pengeksport lebih makmur.
Dari keterangan-keterangan di atas, penulis cenderung menerjemahkan kalimat “at-tsamaraat” pada ayat kajian di atas sebagai “produk investasi”, maka do’a Ibrahim: “dan berikanlah rezki dari berbagai produk investasi kepada penduduknya”.  
Pertimbangan lain penulis: Pertama, kalimat “at-tsamaraat” berasal dasar bahasa Arab “at-tsamaru” – single, artinya hasil atau produk. Seperti kalau di katakan: buah adalah hasil atau produk dari tanaman, lulus ujian adalah hasil dari belajar keras, kaya raya adalah hasil dari bisnis sukses, dll.....

Maka di dalam istilah per-bank-an dan ilmu ekonomi modern pun kata “al-istitsmar” - berasal dari kata “at-tsamaru” tadi - sudah menjadi bahasa umum di negara-negara yang berbahasa Arab yang artinya investasi, seperti “al-bank al-Istismar al-Wathani” artinya Bank Investasi Nasional, atau “al-Mustatsmir” artinya investor, atau “at-Tsamaraat” bisa juga berarti laba bersih. 

Kedua, pada realita – sekarang – Kerajaan Saudi Arabia yang mengasai urusan Baitullah di Makkah,  secara kasak mata kita dapat membayangkan berapa besar devisa yang diperoleh negeri itu dari investasi haji dan umrah, karena banyaknya jamaah haji dan umrah yang berziarah ke tanah suci itu setiap tahun. Penulis tidak bisa menyebutkan data angkanya karena tidak ada data yang mendukung untuk itu. 

Bahkan saking sejahteranya tanah suci tersebut, membuat Saudi Arabia satu-satunya negara di dunia yang mampu memberikan visa masuk gratis bagi lebih dari 10 juta peziarah sepanjang tahun pada setiap tahunnya. 

Ini semua tidak akan terjadi kalau kota Makkah tidak memberikan jaminan keamanan dan kestabilan di kawasannya, sehingga membuat nyaman para investor dan peziarah Baitullah memasuki kawasan tersebut setiap saat. Maka benar Allah telah mengabulkan do’a rasul-Nya yang mulia Ibrahim as: Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezki dari berbagai penghasilan kepada penduduknya”.


Rahmat Allah Meliputi Orang Yang Beriman dan Tidak Beriman:


Allah berfirman:


مَنْ آمَنَ مِنْهُمْ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ قَالَ وَمَنْ كَفَرَ فَأُمَتِّعُهُ قَلِيلا ثُمَّ أَضْطَرُّهُ إِلَى عَذَابِ النَّارِ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ (١٢٦)

Artinya: “kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian”. Allah berfirman: “Dan kepada orang yang kafirpun Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat Kembali”;

Dari konteks ayat kajian nampak jelas Ibrahim hanya memohonkan keamanan dan kesejahteraan bagi penduduk Makkah yang beriman saja, karena memang hanya sampai di situ kewenangannya, dia segan memohonkan kepada Allah hal yang sama untuk orang-orang yang ingkar kepada-Nya. 

Tetapi Allah menegaskan sifat rahmat-Nya bahwa Dia ingin memberikan kesenangan kepada orang kafir sekali pun, tetapi hanya bersifat sementara saja, kalau dia tidak tobat dan beriman kepada Allah dan hari kemudian, maka Allah akan memberikan pilihan yang terburuk, yaitu menyeretnya dengan paksa menjalani siksaan-Nya yang amat pedih ke dalam api neraka. Wallahua'lam!
Bersambung ke: Tafsir Ayat-Ayat Haji dan Umrah selanjutnya ------ >>>
Materi Sebelumnya:
  1. Pengantar Tafsir Ayat-Ayat Hajidan Umrah
  2. Teladan Dari Kepemimpinan Ibrahim Kepada Tokoh-Tokoh Dunia
  3. Baitullah Magnet Jiwa Manusia & Zona Paling Aman Dimuka Bumi
  4. Ritual Ibadah Ketaatan Ajaran Ibrahim Haji & Shalat
Materi Yang Berhubungan:
Karya Terakhir Penulis:
Beli: Di Sini!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Salam!