My Buku Kuning Center : RITUAL IBADAH KETAATAN AJARAN IBRAHIM HAJI & SHALAT

DROP MENU

Minggu, September 23, 2012

RITUAL IBADAH KETAATAN AJARAN IBRAHIM HAJI & SHALAT

Serial Tafsir Ayat-ayat Haji dan Umrah (04/20)
Menyambut Hari Raya Qurban 1433 H/ 2012 M.



مَقَامِ إِبْرَاهِيمَ مُصَلًّى
 (Maqam Ibrahim Tempat Shalat)
Oleh: Med HATTA
Mukaddimah:
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله الذي بنعمته تتم الصالحات، وبعد!

Maqam Ibrahim:
Adalah sebuah batu pijakan yang telah ditempati Ibrahim as berdiri; menurut riwayat ketika bangunan Ka’bah mulai naik melebihi jangkauan Ibrahim, maka Ismail pun meletakkan sebuah batu lalu kemudian dipergunakan ayahandanya berpijak dan berdiri lebih tinggi untuk memudahkannya menyusun batu-batu bangunan di atas pondasi Ka’bah lebih tinggi.

Setiap Ibrahim ingin meratakan tinggi bangunan Ka’bah ke sisi lain maka batu pijakannya itupun digeser lagi sehinggi selesai bangunan Ka’bah dari empat sisinya yang ada, dan berakhir persis di sisi kanan Hajar Aswad sebagaimana ia dimulai. Karena keseringan dipijak oleh Ibrahim dan tidak pernah diganti batu lain, dan tentu tidak lepas pula dari peranan rahasia Allah yang ingin ditampakkan, sehingga kedua telapak kaki Ibrahim berbekas di batu tersebut dengan dalam seukuran kedua telapak kakinya. 

Selanjutnya batu pijakan Ibrahim, yang kemudian dikenal dengan “Maqam Ibrahim” itu dibiarkannya tetap menempel di sisi dinding Ka’bah di mana dia berakhir men-funishing pekerjaannya, sampai akhirnya pada masa Khalifah Umar bin al-Khattab memerintah umat Islam menggantikan Abu Bakar, maka Maqam Ibrahim itupun digesarnya beberapa meter ke arah timur terpisah dari dinding Ka’bah, untuk memberikan kenyamanan bagi orang-orang melaksanakan shalat, dan tidak menghalangi arus orang-orang tawaf mengelilingi Ka’bah. 

Sampai sekarang batu bekas pijaka Ibrahim itu masih tersimpan baik, dan kini sudah dikemas rapi dengan lapisan kaca dan dipagar berwarna emas berbentuk sangkar burung, untuk memeliharanya dari pengaruh buruk cuaca. 

Menurut Ibn Katsir: Pada masa lalu bekas pijakan kedua telapak kaki Ibrahim itu masih nampak utuh sangat jelas, dan masih sempat disaksikan bangsa Arab Jahiliyah, bahkan orang-orang Islam periode awal pun masih menyaksikan seperti itu, sebagaimana keterangan Anas bin Malik: “Saya masih sempat menyaksikan makam Ibrahim itu utuh dengan bekas jari-jari dan lekuk-lekuk kedua telapak kakinya”. Bekas-bekas itu kemudian memudar karena terlalu banyak disentuh oleh tangan-tangan manusia. (Lihat: Tafsir Ibn Katsir: 1/ 117)
Lanjutan Tafsir Ayat-Ayat Haji dan Umrah Surah Al-Baqarah:
Allah berfirman:
وَاتَّخِذُوا مِنْ مَقَامِ إِبْرَاهِيمَ مُصَلًّى وَعَهِدْنَا إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ أَنْ طَهِّرَا بَيْتِيَ لِلطَّائِفِينَ وَالْعَاكِفِينَ وَالرُّكَّعِ السُّجُودِ (١٢٥) وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا بَلَدًا آمِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُمْ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ قَالَ وَمَنْ كَفَرَ فَأُمَتِّعُهُ قَلِيلا ثُمَّ أَضْطَرُّهُ إِلَى عَذَابِ النَّارِ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ (١٢٦) وَإِذْ يَرْفَعُ إِبْرَاهِيمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَإِسْمَاعِيلُ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ (١٢٧) رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِنَا أُمَّةً مُسْلِمَةً لَكَ وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ (١٢٨) رَبَّنَا وَابْعَثْ فِيهِمْ رَسُولا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُزَكِّيهِمْ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (١٢٩) وَمَنْ يَرْغَبُ عَنْ مِلَّةِ إِبْرَاهِيمَ إِلا مَنْ سَفِهَ نَفْسَهُ وَلَقَدِ اصْطَفَيْنَاهُ فِي الدُّنْيَا وَإِنَّهُ فِي الآخِرَةِ لَمِنَ الصَّالِحِينَ (١٣٠)
Artinya: “Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat, dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: “Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, i'tikaf, ruku' dan yang sujud”; Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: “Ya Tuhanku, Jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian”. Allah berfirman: “Dan kepada orang yang kafirpun Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat Kembali”; Dan (ingatlah), ketika Ibrahim membangun pondasi Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): “Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui; Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah taubat kami, sesungguhnya Engkaulah yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang; Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka sesorang rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab (al-Quran) dan al-Hikmah (as-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana”; Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang memperbodoh dirinya sendiri, dan sungguh Kami telah memilihnya di dunia dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang saleh”. (QS: 02: 124-130)
Maqam Ibrahim Tempat Melaksanakan Shalat Tawaf:
Allah berfirman:
وَاتَّخِذُوا مِنْ مَقَامِ إِبْرَاهِيمَ مُصَلًّى
Artinya: “Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat,,,,
Sebab turunnya ayat: Telah diriwayatkan oleh Ibn Murdawiyah (Banyak yang membaca: “Murdawaih”, tetapi ahli hadits lebih familiar membaca “Murdawiyah” bukan “Murda-waih” karena kata “waih” dalam bahasa Persia artinya setan), selanjutnya Ibn Murdawiyah mendengarkan dari ‘Amar bin Maimun, tentang kasus Umar bin al-Khattab: Dia melakukan tawaf melewati maqam Ibrahim bersama rasulullah SAW dan rombongan lainnya, lalu berkata: Wahai rasulullah, bukankah kita harus berdiri di makam Ibrahim? Nabi bersabda: “Ya bisa”, lalu Umar (dengan pemikiran kritisnya – pen) berpendapat: Kenapa tidak dijadikan tempat shalat saja? Maka tidak berselang beberapa saat kemudian lalu turun ayat: “Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat”.  (Lihat: As-Suyuthi, al-Itqan fi Ulumil Quran)

Berdasarkan dari riwayat ini penulis berkesimpulan: Seandainya tidak ada sahabat Umar bin al-Khattab yang mempunyai pemikiran kritis, dan tidak turun ayat “Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat” ayat kajian di atas, maka dipastikan seluruh jama’ah haji dan umrah yang tawaf di Baitullah akan meng-antri berdesak-desakan untuk sekedar berdiri satu persatu di atas batu “maqam Ibrahim” tersebut. Kalau saja 2 juta jama’ah harus mengantri di batu itu dalam satu waktu, maka tentu tidak bisa dibayangkan seperti apa kepadatan yang harus terjadi ditempat itu, berapa jiwa harus korban desak-desakan setiap tahun, dan sudah tentu mengurangi kenyamanan ibadah. 

Oleh karena itu, ritual yang harus dilakukan di sekitar maqam Ibrahim hanyalah shalat sunnah dua rakaat saja, tidak diharuskan menyentuh dan mendekatinya. Dan atas dasar ini pula penulis menerima kebijaksanaan Umar bin al-Khattab ra pada masa pemerintahannya, mengambil inisiatif cemerlang menggeser batu “maqam Ibrahim” itu menjauh dari dinding Ka’bah agar supaya para jama’ah leluasa melaksanakan shalat tawaf dua rakaat itu, dan tidak mengganggu arus tawaf di sekitar Ka’bah, meskipun hal itu tidak dilakukan oleh rasulullah SAW. Wallahua’lam!
Perintah Membersihkan “Baitullah”:

وَعَهِدْنَا إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ أَنْ طَهِّرَا بَيْتِيَ

Artinya: “dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: “Bersihkanlah rumah-Ku.

Yaitu: Allah SWT telah memerintahkan kepada Ibrahim dan Ismail untuk mensucikan rumah Allah (Baitullah); di sandarkan “rumah” kepada Allah “rumah-Ku”, bukan berarti Allah SWT membutuhkan rumah tempat tinggal, Maha suci Allah dari sifat itu, karena Allah SWT tidak berada di suatu tempat tertentu tetapi Dia berada di mana-mana, sebaimana firman-Nya: “dimana pun kamu berada maka kamu pasti menemukan wajah (kekuasaan) Allah”. 

Namun, karena tabiat manusia yang selalu membutuhkan materi untuk meyakinkannya, maka Allah SWT meletakkan Baitullah sebagai media perantara untuk dijadikannya qiblat menuju kepada Allah, taat dan menyembah kepada-Nya. Sedangkan melenceng dari fungsi itu masuk kepada kemusyrikan dan menyembah kepada selain Allah, berupa simbol-simbol seperti berhala, sebagaimana alasan picisan kaum musyrikin Makkah yang direkam dalam al-Quran: “Kami tidaklah menyembah berhala kecuali hanya untuk mendekatkan semata”. 

Oleh karena itu Baitullah harus selalu dibersihkan dari kemusyrikan dan berhala tersebut, karena itu adalah kotoran yang sangat menjijikkan dan najis, sebagaimana firma Allah: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis, maka janganlah mereka mendekati Masjidilharam sesudah tahun ini”. (QS: 09: 28).


Musuh Baitullah Sepanjag Masa Kemusyrikan dan Berhala:

Allah berfirman:

أَنْ طَهِّرَا بَيْتِيَ

Artinya: “Bersihkanlah rumah-Ku;

Dari semenjak manusia pertama Adam as ditempatkan di bumi sebagai khalifah, ia sudah terpikir sebuah materi sebagai media penyembahan kepada Allah, ia teringat kenangan indah di surga setiap hari menyaksikan para malaikat bertawaf dengan khusyu’ mengelilingi Baitul Ma’mur. Maka Allah meletakkan sebuah “Qubah” rumah setara di bumi yaitu Baitullah, sebaimana firman Allah: “Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Makkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia” (QS: 03: 96. 

Maka Adam as setiap kesempatan selalu tawaf mengelilingi Baitullah, dan ritual tersebut diwariskan kepada anak cucunya. Selanjutnya rumah ibadah pertama di bumi itu mengalami pasang surut dalam sejarahnya, dan yang paling memprihatinkan pada masa Nuh as, di mana kemusyrikan pada masa itu telah merajalela dan penyembahan berhala menguasai jiwa manusia, sehingga da’wah maraton Nuh as selama 950 tahun tidak sanggup mengembalikan mereka ke ajaran agama hanif. Dan Baitullah pun tidak luput dari kerumunan berhala. 

Oleh karena itu Allah memusnahkan kaum Nuh yang musyrik itu dengan banjir besar yang menenggelamkan bumi dan orang-orang ingkar itu, tidak ada satu pun yang selamat kecuali nabi Nuh dan orang-orang beriman yang ikut bersamanya di dalam perahu. Maka pada masa banjir besar itu Allah mengangkat kembali “Qubah” rumah ibadah pertama manusia di bumi, sehingga datang Ibrahim dan Ismail lalu Allah memerintahkannya membangun Ka’bah di atas pondasi rumah pertama di bumi itu di Makkah, pada sekitar abad ke-20 SM. Dan Allah memerintahkan kepada mereka berdua untuk membersihkan Baitullah itu dari kemusyrikan dan berhala: Bersihkanlah rumah-Ku

Maka bersihlah Baitullah itu dari kotoran kemusyrikan dan berhala, sampai akhirnya terkotorkan kembali pada masa pemerintahan kabilah Khazza’ah dari keturunan Ismail, sekitar abad ke-3 M. Tokoh yang bertanggung jawab mengori Baitullah setelah sebelumnya dibersihkan oleh Ibrahim dan Ismail as, dan tokoh pertama yang menyebarkan penyembahan berhala di seluruh Jazirah Arab adalah ‘Amar bin Luhay bin Qumma’ah, ia bertaut nasab dengan nabi SAW sampai kepada Elias bin Mudhar. Mereka menguasai Makkah dengan paksa dari kabilah Jurhum. Dari situ pula kabilah Jurhum menutup sumur zam-zam sebelum meninggalkannya dengan terpaksa. 

Kabilah Khuzza’ah disebut terakhir ini menguasai Makkah selama 300 tahun, dan kembali kegarisnya semula pada masa Kinanah bin an-Nadr, dari keturunan Elias berasal dari anak cucu Ismail bin Ibrahim as. Penguasa Kinanah bin an-Nadr adalah cikal bakal lahirnya suku Quraisy,  Kinanah merupakan pemimpin yang sangat bijaksana dan membagi-bagikan kekuasaannya kepada anak-anaknya, maka Qusai (tokoh pertama Quraisy dan kakek ke-4 nabi SAW) mendapatkan jabatan mengatur pemerintahan dan urusan Baitullah. 

Selanjutnya Qusai digantikan oleh putranya Abdul manaf, lalu Hasyim bin Abdul Manaf, dan Abdul Muttalib bin Hasyim (kakek nabi langsung), Abdul Muttalib adalah yang membuka kembali sumur zam-zam setelah ratusan tahun lamanya ditutup oleh kabilah Jurhum. Pada masa pemerintahan Abdul Muttalib itulah raja Abrahah dari Yaman datang ke Makkah dengan membawa pasukan besar berkendaraan gajah ingin menghancurkan Ka’bah dan membawa Hajar Aswad ke gerejanya di Yaman. Kedatangannya mengganggu ketenteraman bangsa Quraisy Makkah dan mengambil ternak-ternak mereka, maka Abdul Muttalib marah dan menghadangnya di jabal Arafah memintanya mengurungkan niatnya menghancurkan Ka’bah. 

Namun perundingan antara Abdul Muttalib dan raja Abrahah gagal karena Abrahah tidak mau mengurungkan niatnya menghancurkan Ka’bah, maka Abdul Muttalib pun pasrah dan dia hanya ngotot meminta dikembalikan 100 ekor untanya yang dirampas. Lalu Abrahah heran dan bertanya: Kenapa kamu ngotot meminta dikembalikan ontamu sedangkan Ka’bah kamu pasrahkan saja, bukankah itu warisan agama nenek moyang kalian? Maka Abdul Muttalib menjawab dengan ungkapannya yang terkenal: “Onta itu adalah milikku maka saya harus memeliharanya, adapun Ka’bah itu ia ada tuhannya yang memeliharanya”. 

Raja Abrahah dan pasukan gajanya gagal menghancurkan Ka’bah karena Allah menghalanginnya dengan mengirimkan burung ababil dan melontari mereka dengan batu-batu dari neraka Sijjil, sehingga mereka musnah seketika. Dan pada saat itulah nabi Muhammad SAW dilahirkan maka tahun kelahiran beliau pun dicatatkan sebagai tahun gajah, bertematan dengan tahun 570 M. 

Hingga kaum Quraisy menguasai Makkah, Baitullah masih saja dikotori oleh kemusyrikan dan berhala-berhala, sampai akhirnya pada tahun ke-9 Hijriah atau bertepatan dengan tahun 628 M, nabi Muhammad SAW bersama dengan pengikutnya menduduki kembali kota Makkah, maka yang pertama mereka lakukan adalah membasmi ajaran kemusyrikan dan menghancurkan semua berhala-berhala yang ada di sekitar Baitullah. Sebagai keteladanan Beliau dari kedua buyutnya yang mulia Ismail dan bapaknya Ibrahim as, di mana keduanya telah diperintahkan membersihkan Baitullah, sebagaimana pada ayat kajian di atas. 

Oleh karena itu, setelah nabi Muhammad SAW membersihkan Baitullah dari berhala-berhala Quraisy, nabi memerintahkan Ali bin Abu Thalib untuk membacakan maklumat Beliau: “Tidak diizinkan orang-orang musyrik mendekati Baitullah setelah tahun ini, dan tidak boleh melakukan tawaf dalam keadaan telanjang”.  Maka bersilah kembali Baitullah dari kemusyrikan dan berhala-berhala. Maklumat nabi yang dibacakan Ali bin Abu Thalib ra tadi lalu diperkuat firman Allah:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّمَا الْمُشْرِكُونَ نَجَسٌ فَلا يَقْرَبُوا الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ بَعْدَ عَامِهِمْ هَذَا وَإِنْ خِفْتُمْ عَيْلَةً فَسَوْفَ يُغْنِيكُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ إِنْ شَاءَ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ حَكِيمٌ (٢٨)
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis, maka janganlah mereka mendekati Masjidilharam sesudah tahun ini. dan jika kamu khawatir menjadi miskin, maka Allah nanti akan memberimu kekayaan kepadamu dari karuniaNya, jika Dia menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.  (QS: 09: 28)

Semua kisah di atas penulis mengemasnya dengan benar berdasarkan ayat-ayat al-Quran dan sedikit fakta sejarah yang dapat dipercaya, hanya saja penulis tidak mencantumkan semua ayat-ayat itu karena alasan efesiensi, dan juga ayat-ayat tersebut akan menjadi bagian dari tema kita: Tafsir ayat-ayat haji dan umrah, yang akan dijelaskan pada  seri-seri yang akan datang, Insya Alla.
Asli Ibadah Ketaatan Agama Hanif Haji dan Shalat:
Allah berfirman:
لِلطَّائِفِينَ وَالْعَاكِفِينَ وَالرُّكَّعِ السُّجُودِ (١٢٥)
Artinya: “untuk orang-orang yang thawaf, i'tikaf, ruku' dan yang sujud;
Yaitu, perintah penting yang dibebankan oleh Allah SWT kepada nabi Ibrahim dan putranya Ismail as, agar membersihkan Baitullah dari kemusyrikan dan berhala-berhala, dan selanjutnya perintah besar itu diteladani oleh nabi besar kita Muhammad SAW, tidak lain adalah supaya Baitullah itu tetap suci dan dipergunakan sesuai dengan fungsinya sebagai qiblat dan media untuk beribadah kepada Allah SWT semata. Dan ibadah yang di maksudkan itu adalah:
  1. Tawaf: Rukun yang paling utama dalam melaksanakan haji
  2. I’tikaf: Memakmurkan Baitullah dengan menjadikannya tempat bermeditasi berzikir kepada Allah
  3. Ruku’ – Sujud: Keduanya adalah rukun utama dalam menjalankan Shalat.
Wallahua’lam!
Bersambung ke: Tafsir Ayat-Ayat Haji dan Umrah selanjutnya ---- >>>
Materi Sebelumnya:
  1. Pengantar Tafsir Ayat-Ayat Hajidan Umrah
  2. Teladan Dari Kepemimpinan Ibrahim Kepada Tokoh-Tokoh Dunia
  3. Baitullah Magnet Jiwa Manusia & Zona Paling Aman Dimuka Bumi
Materi Yang Berhubungan:

Tidak ada komentar:

歓迎 | Bienvenue | 환영 | Welcome | أهلا وسهلا | добро пожаловать | Bonvenon | 歡迎

{} Thanks For Visiting {}
{} شكرا للزيارة {}
{} Trims Tamu Budiman {}


MyBukuKuning Global Group


KLIK GAMBAR!
Super-Bee
Pop up my Cbox
Optimize for higher ranking FREE – DIY Meta Tags! Brought to you by ineedhits!
Website Traffic