Serial Bulan Sya'ban: Tafsir Ayat-Ayat Puasa (02/ 03)
Menyambut Bulan Suci Ramadhan 1433 H. (H -12)
Menyambut Bulan Suci Ramadhan 1433 H. (H -12)
“PUASA DAN KEUTAMAAN BULAN SUCI RAMADHAN”
Oleh: Med HATTA
Mukaddimah:
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله الذي بنعمته تتم الصالحات، وبعد!
Dua Malam Tidak Akan Jatuh (Diawali) Masuknya Bulan Suci Ramadhan Sampai Hari Kiamat:
Berdasarkan keterangan hadits-hadits
rasulullah SAW, bahwasanya lailatul qadr tidak akan
terjadi kecuali hanya pada malam-malam ganjil dari sepuluh terakhir bulan suci
Ramadhan. Bahwa Lailatul qadr hanya bisa terjadi pada malam Selasa
saja sampai hari kiamat. (Lihat: RENUNGAN RAMADHAN 1430 H. (Lailatul Qadr)). Maka awal Ramadhan tidak akan jatuh (diawali)
masuknya oleh dua malam dalam sepekan sampai hari kiamat, yaitu malam Jum’at dan
malam Minggu.
Penjelasannya: Jika diasumsikan bulan suci ramadhan jatuh (masuk) pada malam
Jum’at, maka lailatul qadr terjadi pada malam Selasa tanggal 26 (= genap
dari sepuluh terakhir). Hal ini bertentangan dengan hadits-hadits rasulullah
SAW bahwa lailatul qadr terjadi pada malam ganjil dari 10 terakhir.
Dengan demikian bulan ramadhan tidak akan Jatuh (diawali) dengan malam Jum’at
sampai hari kiamat.
Jika diasumsikan bulan
suci ramadhan jatuh (masuk) pada malam Minggu, maka lailatul qadr
terjadi pada malam Selasa tanggal 24 (= genap dari sepuluh terakhir). Hal ini
bertentangan dengan hadits-hadits rasulullah SAW bahwa lailatul qadr
terjadi pada malam ganjil dari 10 terakhir. Dengan demikian bulan ramadhan
tidak akan jatuh (diawali) dengan malam Minggu sampai hari kiamat, seperti pada
malam Jum’at di atas.
Berdasarkan keterangan di atas dan kesimpulan dari sumber asli tulisan ini, saya meyakini - Wallahua'lam - bahwa Bulan Suci Ramadhan tahun ini, 01 Ramadhan 1433 H akan jatuh pada malam Sabtu (21/ 7/ 2012 M), atau bulan Sya'ban mengambil hitungan genap 30 hari, kurang dari itu akan kena hari Jum'at yang bertentangan dengan kajian ini, sedangkan lebih juga tidak mungkin karena hitungan bulan Sya'ban akan mencapai 31 hari, bertentangan dengan tradisi.
Adapun Lailatul Qadr akan terjadi pada Malam Selasa, 25 Ramadhan 1433 H, bertepatan dengan tanggal 14 Agustus 2012. Penulis ada penjelasan panjang tentang kasus ini dalam buku: “Keajaiban Angka Dalam Al-Qur’an”, silahkan dibaca untuk memperdalam! Sekarang mari memulai tafsir kita, sebagai berikut:
Adapun Lailatul Qadr akan terjadi pada Malam Selasa, 25 Ramadhan 1433 H, bertepatan dengan tanggal 14 Agustus 2012. Penulis ada penjelasan panjang tentang kasus ini dalam buku: “Keajaiban Angka Dalam Al-Qur’an”, silahkan dibaca untuk memperdalam! Sekarang mari memulai tafsir kita, sebagai berikut:
Allah berfirman dalam Surah al-Baqarah: 183-185:
- "يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (١٨٣)
- أَيَّامًا مَعْدُودَاتٍ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ وَأَنْ تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (١٨٤)
- شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (١٨٥)".
- وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ (١٨٦)
- أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ إِلَى نِسَائِكُمْ هُنَّ لِبَاسٌ لَكُمْ وَأَنْتُمْ لِبَاسٌ لَهُنَّ عَلِمَ اللَّهُ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَخْتَانُونَ أَنْفُسَكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنْكُمْ فَالآنَ بَاشِرُوهُنَّ وَابْتَغُوا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَكُمْ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الأبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الأسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى اللَّيْلِ وَلا تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنْتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ تِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ فَلا تَقْرَبُوهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ آيَاتِهِ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ (١٨٧)
Artinaya:
- “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa; (QS: 2: 183)
- (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu, maka barangsiapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui; (QS: 2: 184)
- (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur”. (QS: 2: 185)
- dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (QS: 2: 186)
- Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma'af kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan Makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, Yaitu fajar. kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, Maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa.” (QS: 2: 187)
Definisi Puasa:
Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ
Artinaya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan
atas kamu berpuasa...”
Ayat ini khusus memanggil orang-orang yang
beriman saja, karena kandungannya menguraikan tentang hukum (yaitu perintah ibadah
puasa), yang hanya bisa direalisasikan oleh golongan pilihan ini saja, tanpa
selainnya dari orang-orang munafik, musyrik dan kaum kafir.
Puasa secara bahasa adalah menahan dan berhenti
melakukan sesuatu, sedangkan menurut syariat Islam: Menahan dari makan, minum
dan berhubungan suami-isteri dari terbit Fajar sampai Magrib, sebagai ibadah
ketaatan kepada Allah; membersihkan jiwa dan mempersiapkannya menuju ketaqwaan
kepada Allah dengan penuh konsentrasi; mengekang hasrat terhadap prilaku hawa
nafsu, untuk memotifasi pelaku puasa meninggalkan keburukan dan yang
diharamkan.
Syariat Puasa Dalam Islam:
كَمَا كُتِبَ عَلَى
الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ
Artinaya: “sebagaimana diwajibkan atas orang-orang
sebelum kamu”
Ayat perintah puasa turun pada bulan
Sya’ban tahun ke-2 setelah hijrah nabi ke Madinah, dan pelaksanaan wajib puasa
pertama kali dilaksanakan dalam Islam selang beberapa hari setelah turunnya
ayat perintah tersebut, yaitu Ramadhan tahun itu juga. Yang kemudian di kenal
dengan “Puasa Ramadhan”.
Puasa Umat Terdahulu Sebelum Islam:
Puasa telah diperintahkan Allah kepada
agama-agama terdahulu, ia menjadi rukun penting bagi semua agama, karena merupakan ibadah ketaatan yang paling agung
dan sistem penguatan diri yang paling kokoh. Allah SWT menginformasikan pada
ayat di atas: “sebagaimana (puasa itu) diwajibkan atas orang-orang sebelum
kamu”, sebagai konfirmasi atas kesatuan agama secara usul dan prinsifnya. Sekaligus
menegaskan eksestensi pentingnya perintah ini dan menstimulus dengan pahala
yang sangat besar bagi para pelakunya.
Kata imam al-Qurthubi, mengutif dari pendapat
seniornya Ibn Athiya: Allah tidak menjelaskan identitas orang-orang yang telah diwajibkan
berpuasa sebelum kita dalam ayat, karena sudah menjadi pengetahuan umum bahwa
puasa itu telah ada pada setiap pemeluk agama hingga penganut kepercayaan
animisme sekalipun. Puasa telah dikenal pada bangsa Mesir kuno, lalu pindah
kepada bangsa Yunani yang juga menganjurkan puasa termasuk kepada kaum
perempuan, begitu pula pada bangsa Romania, dan sampai sekarang bangsa India
dan penganut animesme lainnya masih melakukan puasa.
Meskipun tidak terdapat di dalam kitab Taurat
yang beredar sekarang tentang kewajiban puasa, namun ada yang menyebutkan puasa
dan memuji orang-orang yang berpuasa. Dan diketahui bahwa nabi Musa as pernah
melakukan puasa selama 40 hari, menunjukkan bahwa puasa telah dikenal oleh
mereka pada waktu itu, diwajibkan dan mempunyai waktu tertentu sebagai ibadah.
Orang-orang Yahudi era sekarang melakukan ritual
puasa selama seminggu memperingati jatuhnya Yerusalem dan pengambilannya kembali, ada juga melakukan
puasa sehari setiap bulan ke-8. Dan dikutip bahwa kitab Taurat mewajibkan puasa
seharian setiap tanggal 10 bulan ke-7, dan masih meneruskan juga puasa pada
malam harinya, mungkin dimaksudkan puasa “Asyuraa”.
Setelah nabi Musa as dikenal juga ada puasa Daud
as, yaitu berpuasa sepanjang tahu tetapi selang-seling, seperti sehari puasa
sehari tidak dan seterusnya, tidak berturut-turut hingga setahun.
Sedangkan agama Nasrani, di dalam Injilnya pun
tidak dikenal ada kewajiban puasa, tetapi seperti juga Taurat ada menyebut
puasa dan memuji pelakunya, dan menganggapnya sebagai ibadah seperti melarang
berbuat riya (puasa dari memuji diri sendiri) dan menjelaskan
keburukannya. Oleh karena itu menganjurkan kepada orang yang mengerjakan puasa riya
agar meminyaki kepala dan mencuci muka supaya tidak nampak kalau ia sedang
melaksanakan ritual puasa seperti yang dilakukan orang bangsa Persia.
Ritual puasa paling populer di kalangan Nasrani
dan puasa besar yang paling terdahulu adalah dilaksanakan sebelum perayaan Fashah,
yaitu puasa yang pernah dilakukan oleh nabi Musa as dan dilakukan juga oleh
nabi Isa as serta pengikut-pengikut setianya, yaitu kelompok Hawariyun. Selanjutnya
kepala-kepala gereja menganjurkan ritual puasa lain yang pelaksanaannya berbeda
sesuai mazhab dan kelompok-kelompok yang ada.
Seperti berpuasa dari makan daging, ikan, telur dan susu. Ada juga
ritual puasa yang pernah diperintahkan kepada pendahu-pendahu mereka, seperti
puasa Yahudi, yaitu sekali berpuasa selama sehari semalam, lalu mereka
mengamendemennya dan menggati dengan berpuasa yang dimulai dari tengah malam
sampai tengah hari.
Adapun puasa yang masyhur dilakukan bangsa
Quraisy Jahiliyah sebelum Islam dikenal dengan puasa Ibrahimi, merujuk
kepada puasanya nabi Ibrahim as, yaitu berpuasa tiga hari setiap awal bulan.
Dan puasa inilah yang teruskan oleh umat Islam pendahulu sebelum ayat perintah
puasa di bulan Ramadhan ini turun.
Sebagaimana juga nabi Muhammad SAW senantiasa melakukan
puasa Asyuraa yang pernah dilakukan oleh nabi Musa as dan nabi Isa as, seperti
yang akan di jelaskan nanti pada bagian: Ayat Puasa Membatalkan Hukum Puasa Umat-Umat
Terdahulu.
Saya tidak akan menguraikan lebih panjang lagi
masalah ini, hanya sekedar ingin menjelaskan maksud firman Allah:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu...”
Yaitu diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
juga telah diwajibkan atas orang-orang mu’min dari pengikut agama-agama sebelum
kamu. Merupakan perbandingan kewajiban dengan kewajiban dan tidak termasuk di
dalamnya bentuk pelaksanaan dan jumlah hari-harinya. Bahkan ada lagi ritual
puasa wajib umat terdahulu yang lain tidak seperti yang diuraikan di atas,
seperti kisah yang diceritakan al-Qur’an tentang puasa nabi Zakaria as dan
Maryam as, yaitu puasa tidak berbicara kepada manusia.
Pada kisah nabi Zakaria, firman Allah: “Tanda-tanda
bagi kamu adalah jangan berbicara kepada manusia selama tiga hari kecuali hanya
isyarat saja”. Sedangkan pada kisah Maryam: “Katakanlah (Hai Maryam):
Bahwa sesungguhnya aku telah berjanji kepada Allah yang maha penyayang untuk
berpuasa tidak berbicara kepada siapapun jua pada hari ini”.
Motifasi Puasa Dalam Islam:
Allah berfirman:
لَعَلَّكُمْ
تَتَّقُونَ (١٨٣)
Artinaya: “agar kamu bertakwa.”
Menafsirkan ayat ini cukup diwakilkan kepada
komentar al-Qurthubi, dalam tafsirnya “al-Jaami’ li Ahkamil Qur’an – Halaman:
117” mengatakan: (Ini adalah motifasi diwajibkannya ibadah puasa, dengan
menjelaskan faedahnya yang sangat besar dan hikmah yang amat tinggi. Yaitu merefresh jiwa pelaku puasa untuk
menerima takwa kepada Allah SWT, dengan meninggalkan segala bentuk hawa nafsu
manusiawi yang – mestinya – dibolehkan dan tersedia, sebagai menifestasi
ketaatan melaksanakan perintah Allah dan mengharapkan balasan yang lebih besar
dari sisi-Nya.
Dengan demikian, terbiasa dan sangat mudah
mengontrol keinginan hawa nafsunya meninggalkan perbuatan yang diharamkan; sabar dan konsukwen menjalaninya maka meninggalkan
haram lebih mudah baginya dari mempraktekannya; dan memotifasi untuk bangkit menganjurkan
ketaatan, kebaikan serta konsukwen merealisasikannya maka disiplin pun telah
menjadi tradisi baginya.
Oleh karenanya, nabi Muhammad SAW bersabda:
“Ibadah puasa itu separuh dari pada kesabaran (sabar: bangkit, konsukwen dan
disiplin - pen).” | HR: Ibn Majah dan melatakkannya pada jejeran hadits shahih
dalam kitabnya “al-Jami’ as-Shaghir”|.
Lanjut al-Qurthubi: Inilah maksud dari kalimat (la’alla)
pada ayat di atas artinya: (agar, semoga, mudah-mudahan), yaitu sebuah harapan.
Dan harapan itu hanya dapat terealisasi bagi yang telah memiliki sarana dan
segala faktor pendukungnya. Objek disini adalah orang-orang yang diserukan ayat
bukan yang menyerukan. Maka barang siapa yang tidak berpuasa dengan niat tulus
dan berharap mendekatkan diri, janganlah dia mengharap meraih predikat takwa
ini. Karena puasa dalam Islam bukanlah bertujuan menyiksa jiwa raga semata
tetapi mentraning dan merefreshnya.
Berbeda dengan keyakinan penganut animesme
tradisional, mereka melakukan ritual puasa untuk meredakan kemurkaan tuhan jika
mereka telah melakukan suatu pelanggaran fatal. Atau untuk menyenangkan tuhan
dan membujuknya agar membantu mereka dalam suatu urusan dan mencapai tujuan,
mereka meyakini bahwa untuk menyenangkan tuhan dan menggugahnya harus dilakukan
dengan menyiksa diri dan menahan segala kebutuhan tubuh.
Kepercayaan ini menyebar pula ke dalam
agama-agama ahli kitab terdahulu, sehingga datang Islam yang mengajarkan kepada kita
bahwa puasa dan ibadah-ibadah lainnya, diwajibkan hanyalah bertujuan untuk
meraih puncak kebahagian dengan takwa; sesungguhnya Allah Maha kaya dari apa
yang kita kerjakan; dan tidaklah diwajibkan ibadah puasa itu kecuali bermanfaat
hanya untuk kebaikan diri kita sendiri.
Motifasi dan tujuan-tujuan penting ibadah puasa
lainnya penulis simpulkan ke dalam beberapa hal utama, sebagai berikut:
- PERTAMA: Meraih Derajat dan Kemulian Yang Tinggi:
Untuk tujuan ini telah digambarkan oleh beberapa hadits nabi SAW, sebagai berikut:
- Nabi Muhammad SAW bersabda dalam sebuah hadits Qudsi: (Allah berfirman: “Semua perbuatan anak Adam memperoleh ganjaran, setiap melakukan satu kebaikan dibalas sepuluh kebaikan serupa sampai 700 kali lipat, berbeda dengan puasa karena ia adalah untuk-Ku dan Aku-lah yang akan membalasnya,,,,,” (HR: Bukhari dan Muslima).
- Dari Abu Hurairah ra: Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah SWT mewajibkan puasa kepada kamu, dan aku menganjurkan kepada kamu shalat taraweh pada malam harinya, maka barang siapa yang berpuasa dan shalat malam harinya dengan iman dan tekun, dia diampunkan dari dosa-dosanya seperti bayi yang baru dilahirkan ibunya. (HR: an-Nasa-i).
- Dari Sahal bin Sa’ad ra: Nabi SAW bersabda: (Bahwasanya di dalam surga terdat sebuah pintu disebut “Rayyan” yang akan dimasuki hanya oleh orang-orang yang berpuasa tanpa selainnya, apabila orang-orang yang berpuasa sudah masuk akan tertutup langsung dan tidak ada yang masuk lagi seorang pun (HR: Bukhari, No. 1797 dan Muslim, No. 1151).
- KEDUA: Sebagai Media Pendidikan dan latihan rohani :
- Mendidik jiwa agar dapat menguasai diri
- Mendidik nafsu agar tidak senantiasa dimanjakan dan dituruti
- Mendidik jiwa untuk dapat memegang amanah dengan sebaik-baiknya
- Mendidik kesabaran dan ketabahan
- KETIGA: Kepekaan Sosial dan Pergaulan:
- KEEMPAT: Manfaat Kesehatan:
Sepakat para ulama dan ahli medis bahwa: Ibadah puasa Ramadhan membawa
faaedah bagi kesehatan rohani dan jasmani bila ditunaikan mengikut panduan yang
telah ditetapkan, jika tidak maksimal maka hasilnya pun tidaklah seberapa menggembirakan bahkan mungkin
ibadah puasa kita sia-sia saja. Allah berfirman:
يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا
زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلا تُسْرِفُوا إِنَّهُ
لا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ (٣١)
Artinya: "Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap
(memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan."
(QS: 07: 31).
Nabi Muhammad SAW bersabda: "Kita
ini adalah kaum yang makan bila lapar, dan makan tidak kenyang."
Jasmani manusia memerlukan makanan yang bergizi sesuai kebutuhan tubuh. Jika makan
berlebih-lebihan tentu akan membawa pengaruh buruk terhadap kesehatan. Bisa menyebabkan
badan menjadi gemuk; rawan terkena sakit jantung; darah tinggi; penyakit
kencing manis; dan berbagai penyakit lainnya. Oleh itu makanlah secara
sederhana, terutama sekali ketika berbuka, mudah-mudahan ritual puasa dibulan
Ramadhan akan membawa kesehatan bagi rohani dan jasmani kita. Insya Allah.
- KELIMA: Sebagai rasa syukur atas segala nikmat Allah.
Bersambung (Kajian selanjutnya):
Kajian sebelumnya:
Artikel yang berhubungan:
- Isra' - Mi'raj Ke Elle SalewoE Bersama H. Jamalu
- Isra'-Mi'raj Melumpuhkan Sistem Digital
- Kelahiran Nabi SAW Menciptakan Peradaban Baru Umat Manusia
- Maulid Nabi SAW dan Sejarah Perjuangan
- Al-Qur'an Kampanye Anti-Miras
- Silsilah Para Nabi, Rasul dan Bangsa-Bangsa Dunia
- Bumi Allah Amat-lah Luas Berhijrah-lah
- 1 Jam Dimurka Gurutta Ambo Dalle
- Seorang Muhajir Fakir
Karya Terbaru Penulis:
Beli Bukunya Sekarang! |
Semoga jadi ilmu yang bermanfa'at.. Amiiiiin.
BalasHapus