Minggu, Oktober 21, 2012

BAITULLAH BANGUNAN TERTUA DI MUKA BUMI:


Serial Tafsir Ayat-ayat Haji dan Umrah (17/20)
Menyambut Hari Raya Qurban 1433 H/ 2012 M.
أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ
(Rumah Pertama Dibangun Untuk Manusia)
Oleh: Med HATTA
Mukaddimah:
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله الذي بنعمته تتم الصالحات، وبعد!
Sejarah Singkat Baitullah (Ka’bah):
Sudah disebutkan pada beberapa serial kita yang lalu, bahwa telah sepakat para ulama dalam menafsirkan ayat ke-96 dari surah Ali Imran, yaitu ayat kajian sekarang: Bahwa rumah ibadah yang mula-mula di bangun untuk manusia adalah Baitullah (Ka’bah), bahkan as-Sudi menegaskan sebagai bangunan pertama yang diletakkan di muka bumi secara mutlak. Namun berbeda beberapa riwayat yang memastikan penanggung jawab pertama membangun Ka’bah kuno tersebut.



Tetapi bagi kita, sudah cukup gamblang disebutkan dalam al-Quran dan as-Sunnah bahwa pihak yang pertama kali membangunnya adalah malaikat, yaitu persis setelah diciptakan langit dan bumi oleh Allah SWT,  sebagai persiapan menunggu kedatangan manusia pertama Adam as. Dan malaikat-lah yang pertama kali tawaf mengelilingi Baitullah, kemudian runtuh dan lenyap pondasinya secara keseluruhan ketika terjadi banjir besar pada jaman Nuh as sekitar abad ke-30 SM. 

Sehingga akhirnya dibangun kembali pondasinya oleh Ibrahim as – atas perintah Allah SWT – pada akhir abad ke-17 SM, yang dikhususkan untuk tawaf, i’tikaf, shalat, haji dan umrah. Selanjutnya dijadikan oleh umat Islam sebagai tempat shalat dan kiblat, baik oleh yang domisili di sana maupun yang berada jauh dari kota Makkah dari berbagai penjuru dunia. 

Dalam sejarah modern diketahui bahwa Baitullah pernah beberapa kali mengalami keruntuhan karena pengaruh ketuan dan faktor alam, di dalam buku sejarah al-Fakihi dan sesudahnya al-Azraqi, keduanya menyebutkan: Bahwasanya Baitullah pernah runtuh lalu dibangun oleh bangsa Jurham dari keturuna nabi Ismail bin Ibrahim as, lalu dibangun lagi oleh bangsa Quraisy bersama dengan pemuda Muhammad SAW pada tahun ke-16 sebelum hijrah. 

Kemudian berturut-turut dibangun oleh: Abdullah bin az-Zubair (64 H); al-Hajjaj (74 H); terakhir adalah Sultan Murad bin Ahmad al-Othmani (1039 H), dan bangunan inilah yang masih bertahan sampai sekarang. Adapun mesjidil haram telah mengalami pembangunan pesat dan beberapa kali perluasan yang menakjubkan yang dilakukan oleh pemerintah Kerajaan Saudi Arabi dan masih terus berlangsung hingga kini. 


Meskipun demikian, tidak mengurangi status Ka’bah sebagai rumah pertama dibangun di atas permukaan bumi secara mutlak, sebagaimana hadits dari Abu Zar ra bertanya: Wahai rasulullah! Mesjid mana yang pertama kali dibangun? Nabi SAW bersabda: “Mesjidil Haram; Abu Zar bertanya lagi: Setelah itu mesjid mana lagi? Nabi bersabda: “Mesjid al-Aqsha”; lalu bertanya lagi: Berapa tahun jarak antara keduanya? Nabi bersabda: “Empat puluh tahun,,,,” (Lihat: Sunan Ibn Majah). 

Fakta ilmiah tentang kemukjizatan ayat kajian ini, telah dijelaskan oleh pakar sains al-Quran Prof. DR. Zaglul an-Najjar, dan kita kembangkan sedikit kepada tiga fenomena penting yaitu: Konstruksi Ka’bah sendiri; permukaan semuanya bumi berkembang dari bawah dasar Ka’bah; dan Kota Makkah berada pada posisi geografis dipertengahan daratan bumi:
  • Pertama: Ka’bah Rumah Perama Di Permukaan Bumi:
Allah berfirman:
إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبَارَكًا وَهُدًى لِلْعَالَمِينَ (٩٦)
Artinya: “Sesungguhnya rumah yang pertama dibangun untuk manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Makkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia” (QS: 03: 96);
Ayat ini sangat jelas petunjuknya bahwa Ka’bah adalah rumah paling pertama dibangun untuk kepentingan manusia, ungkapan al-Quran “awwala baitin” (ruma yang pertama); yaitu tidak membatasi rumah “ibadah” pertama – meskipun Ka’bah merupakan rumah pertama tempat menyembah Allah dipermukaan bumi – maka disimpulkan bahwa Ka’bah memang benar-benar rumah pertama diletakkan di atas permukaan bumi secara mutlak, sesuai dengan makna nash ayat kajian di atas. 

Hal ini juga dipertegas lagi dalam al-Quran dengan menyebut Ka’bah sebagai “al-Baitul ‘Atiq” (rumah tua),  seperti pada surah al-Hajj (Lihat: QS: 22: 29), begitu juga firman Allah: “dibangun untuk manusia”; menghilangkan kesan bahwa ia dibangun oleh manusia, yaitu mengkostruksinya dari awal. Dengan demikian, semakin mendukung persepsi bahwa malaikat-lah yang pertama kali telah membangun Ka’bah Mulia itu, kemudian rumah tua itu telah mengalami beberapa kali keruntuhan termakan usia dan faktor alam, lalu dibangun kembali oleh generasi demi generasi setidaknya sudah 6 kali mengalami rekonstruksi. 

Keterangan ini diperkuat adanya sebutan-sebutan seperti: Karamah, barakah, dan syaraf untuk kota Makkah secara khusus, dan bukan untuk materi bangunan Ka’bah (kecuali Hajar Aswad). Kesimpulan ini berdasarkan hadits-hadits nabi, di antaranya rasulullah SAW bersabda ketika berpidato dihadapan manusia pada hari pembebasan kota Makkah:
Bahwasanya kota Makkah  telah diharamkan Allah SWT semenjak diciptakan langit dan bumi, tidak boleh seorang pun yang beriman kepada Allah dan hari akhirat untuk menumpahkan darah di atasnya, dan tidak merusak pepohonannya, maka jika ada seorang yang pernah diizinkan melakukan peperangan di dalamnya, maka katakanlah: Sesengguhnya Allah telah mengizinkan kepada rasul-Nya dan tidak mengizinkan kepada kamu, dan izin itu hanya pernah berlaku sesaat dari suatu hari, setelah itu keharaman kota Makkah dikembalikan lagi seperti sebelumnya”. (Lihat: Kitab Shahih Bukhari).
Banyak sekali hadits-hadits nabi yang bercerita tentang kehormatan kota Makkah, seperti sabda rasulullah SAW yang lain: “Umat ini akan senantiasa baik-baik saja selama mereka masih menghormati tanah haram ini dengan sungguh-sungguh, lalu apabila mereka telah menyia-nyiakannya maka mereka telah binasa” (Lihat: Ahmad da Ibn Majah). Hadits-hadits nabi tersebut merupakan penjelasan dari firman Allah melalui lisan rasul-Nya yang mulia SAW:
Artinya: “Aku hanya diperintahkan untuk menyembah Tuhan negeri ini (Makkah) yang telah menjadikannya suci dan kepunyaan-Nya-lah segala sesuatu, dan aku diperintahkan supaya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” (QS: 27: 91).
  • Kedua: Daratan Bumi Seluruhnya Mulai Terbentang Dari Bawah Dasar Ka’bah:
Hasil riset terbaru dari Geoscience modern mengungkapkan bahwasanya planet bumi yang kita huni ini, tersingkap setelah melawati suatu fase dalam sejarahnya yang sangat panjang tenggelam di dalam air secara keseluruhan, maka hilang daratan seluruhnya, tidak tampak daratan secuil pun. 

Kemudian Allah SWT menarik dasar samudera yang sangat dalam ini dengan sebuah revolusi vulkanik luar biasa yang telah menyingkap permukaan di atas dasar laut pertama sehingga membentuk pegunungan di tengah-tengahnya mirip apa yang dikenal sekarang dengan pegunungan di tengah laut, rantai batuan vulkanik dan batuan sedimen yang bercampur, yang sambung menyambung sepanjang samudera yang ada sekarang. 

Selanjutnya dikembangkan oleh aktivitas gunung berapi di dasar laut terus-menerus, pada skala interval kegiatan dan kelesuan dalam rangka menunjukkan beberapa puncak di atas permukaan air di lautan menjadi sejumlah pulau vulkanik, seperti: Kepulauan Hawaii, Jepang, Filipina, Indonesia dan lainnya

Pegunungan yang terbentuk di atas dasar laut pertama, yang telah menenggelamkan bumi, perlahan telah tumbuh dengan aktivitas vulkanik terus menerus, maka munculah permukaan daratan pertama di atas permukaan air, yaitu bumi daratan Makkah, lalu Allah SWT memerintahkan malaikat untuk membangun Ka'bah pada sepenggal pertama bumi tersebut. Oleh karena itu Rasulullah SAW bersabda: “Ka'bah pada awalnya adalah berada di dasar laut lalu tersingkap dari padanya bumi (Lihat: al-Harawi, Zamakhsyari). 
 
Sebagaimana sabda rasulullah SAW yang lain: “Bumi bermula tersingkap dari Makkah maka Allah SWT membentangkan daratan dari bawahnya, maka disebut “Ummul Quraa” (Ibu Pemukiman)”. (Lihat: Musnad Imam Ahmad). Dan masih banyak lagi hadits-hadits nabi yang senada tidak bisa disebutkan semuanya di sini. 

Rentetan letusan gunung berapi di atas dasar laut pertama telah mulai menyingkap permukaan daratan secara perlahan, sehingga terbentuk pulau-pulau vulkanik, lalu pulau-pulau itu saling berdempet satu sama lain, dan membentuk suatu blok daratan yang dikenal sebagai ibu benua atau ibu benua-benua (Pangaea), kemudian – atas kehendak Allah – benua-benua itu terbelah-belah menjadi lempengan bumi, yang dikenal sekarang sebagai tujuh benua. 

Pada awalnya lempengan-lempengan bumi itu saling berdekatan satu sama lain, kemudian terjadi berbagai faktor alam termasuk erosi, abrasi dan lain-lain, yang menyebabkan benua-benua tersebut terpisah semakin jauh seperti sekarang ini. Dan ketujuh benua bumi yang ada sekarang masih saja bergeser terus menerus, tetapi gerakannya sangat pelan sehingga tidak dapat dirasakan manusia, meskipun dapat dideteksi melalui alat pengukuran atau pendeteksiaan yang canggih.
  • Ketiga: Kota Makkah Berada Pada Posisi Pertengahan Daratan Bumi:
Dalam sebuah studi untuk menentukan arah kiblat dari kota-kota besar di dunia, Almarhum Profesor DR. Hussain Kamaluddin mencatat zona kota Makkah berada pada pusat lingkaran yang terbentang disekelilingnya ketujuh benua yang ada sekarang, lalu berkesimpulan bahwa kota Makkah merupakan titik pelebaran seluruh daratan bumi secara berkala dan teratur, artinya kota Makkah al-Mukarramah adalah central bumi. 

Lebih lanjut studi ini menjelaskan, bahwasanya pada setiap kondisi daratan (mulai dari satu blok daratan; terus terpecah-pecah menjadi lempengan 7 benua; ketika benua-benua itu masih berdekatan; sampai kepada berjauhan sampai sekarang; dan masih akan bergerak terus), namun kota Makkah akan tetap berada pada titik centralnya (di tengah-tengah). Hal ini menegaskan bahwa daratan bumi ini telah tersingkap dari bawah kota Makkah, sebagaimana telah di jelaskan di atas dan keterangan dari hadits-hadits nabi yang telah disebutkan. Dan keterangan ini akan lebih jelas lagi dengan firman Allah:
وَهَذَا كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ مُبَارَكٌ مُصَدِّقُ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَلِتُنْذِرَ أُمَّ الْقُرَى وَمَنْ حَوْلَهَا
Artinya: “Dan ini (al-Quran) adalah kitab yang telah Kami turunkan yang diberkahi, membenarkan Kitab-Kitab yang (diturunkan) sebelumnya dan agar kamu memberi peringatan kepada (penduduk) Ummul Qura (Makkah) dan orang-orang yang di luar lingkungannya” (QS: 06: 92).
Masih banyak banyak sekali bukti-bukti lain dari keterangan-ketarang nash al-Quran dan fakta-fakta ilmiah yang dapat menunjukkan keistimewaan kota Makkah al-Mukarramah, kesucian dan kemuliaannya, penulis dapat menyimpulkan beberapa hal penting, sebagai berikut:
  1. Adanya kota Makkah al-Mukaramah menjadi titik central pelebaran seluruh daratan bumi secara berkala dan teratur, seperti keterangan dari studi yang dilakukan oleh Almarhum Profesor DR. Hussain Kamaluddin, seperti telah dijelaskan di atas. (Lihat: Majalah Riset Islam, Ed. I, Jilid I, Terbit: Riyadh, Tahun: 1395 H/ 1975 M).
  2. Tidak ditemukan (minimnya) adanya penyimpangan magnetik pada bujur Makkah (39,817 timur).
  3. Adanya sisi-sisi (pojok) bangunan Ka’bah menunjuk kepada keempat arah mata angin secara tepat.
  4. Secara menakjubkan mata air Zam-zam terpencar dari tengah batuan metamorf yang sangat keras, dan mengalir terus menerus sampai sekarang atau selama hampir 4000 tahun, semenjak tahun 1823 SM.
  5. Telah terbukti adanya “hajar aswad” dan batu “maqam Ibrahim” dari jenis batu-batu meteorik, menunjukkan bahwa keduanya berasal dari benda-benda langit, sebagaimana hal itu telah diungkapkan rasulullah SAW sejak 1433 tahun lalu.
Semua petunjuk dan fakta-fakta ini belum pernah diungkapkan oleh sains modern sebelumnya, kecuali setelah pertengahan awal dari abad ke-20 M. Maka adanya hal itu disebutkan di dalam al-Quran dan hadits-hadits nabi SAW dari semenjak lebih dari seribu empat ratus tahun lalu, membuktikan bahwa al-Quran “Kalam Allah”, sekaligus menegaskan kenabian Muhammad SAW sebagai rasul terakhir yang menerima wahyu dari Allah.
Tafsir Ayat-ayat Haji dan Umrah Selanjutnya:
Allah berfirman:
فِيهِ آيَاتٌ بَيِّنَاتٌ مَقَامُ إِبْرَاهِيمَ وَمَنْ دَخَلَهُ كَانَ آمِنًا وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلا وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ (٩٧)
Artinya: “Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim, barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia, mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (QS: 03: 97);
Adapun Maqam Ibrahim; keamanan kota Makkah; dan perintah kewajiban haji bagi yang mampu menunaikannya, semuanya sudah dijelaskan pada serial-serial kita yang lalu (Lihat Kembali). Wallahua’lam!

Bersambung ke: TafsirAyat-Ayat Haji dan Umrah selanjutnya-- >>>
Materi Sebelumnya:
  1. Pengantar Tafsir Ayat-Ayat Hajidan Umrah
  2. Teladan Dari Kepemimpinan Ibrahim Kepada Tokoh-Tokoh Dunia
  3. Baitullah Magnet Jiwa Manusia & Zona Paling Aman Dimuka Bumi
  4. Ritual Ibadah Ketaatan Ajaran Ibrahim Haji & Shalat
  5. Makkah Negeri Yang Aman Sentosa & Sejahtera
  6. Mukjizat al-QuranTentang Sejarah Peradaban Masa silam
  7. Islam Adalah Warisan DariNabi Ibrahin dan Ismail AS
  8. Ibrahim AS Filosof dan Bapak AjaranTauhid
  9. Tawaf Haji Di Baitullah Ritual Agama Tertua Di Muka Bumi 
  10. Amanat Penyerahan Kepemimpinan Ibrahim Kepada Muhammad SAW 
  11. Hukum-hukum Penting Dalam Melaksanakan Haji & Umrah 
  12. Manasik Haji & Umrah Praktis (Tamattu')  
  13. Haji Akbar dan Haji Muhammad SAW 
  14. Haji dan Bisnis Di Tanah Haram  
  15. Wukuf Di Arafah dan Masy'aril Haram  
  16. Zikir & Doa Sapu Jagat Di Masy'aril Haram 
Materi Yang Berhubungan:
Karya Terakhir Penulis:
Beli: Di Sini!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Salam!