Serial
Tafsir Ayat-ayat Haji dan Umrah (08/20)
Menyambut Hari Raya Qurban 1433 H/ 2012 M.
Pada periode-periode akhir kerajaannya dia bermimpi
melihat sebuah bintang bersinar terang di langit yang memudarkan sinar matahari
hingga tidak nampak, oleh tukang
ramalnya ditafsirkan sebagai isyarat akan lahirnya seorang bayi yang kelak
mengakhiri kekuasaannya. Maka diperintahkanlah semua tentaranya untuk membunuh
semua bayi laki-laki yang dilahirkan dari tanggal itu sampai satu tahun ke
depan, dan Ibrahim pun lahir pada saat itu juga yang oleh ibunya disembunyikan
di sebuah gua jauh di luar kota, lalu satu minggu dari kelahiran Ibrahim
dibawah pulang oleh ibunya seakan-akan bayi Ibrahim sudah berumur 2 tahun,
sehingga bebas dari pembunuhan tentara Namrud.
Menyambut Hari Raya Qurban 1433 H/ 2012 M.
“أَرِنَا مَنَاسِكَنَا”
(Tunjukkanlah (Manasik) Tata Cara
Ibadah Kami)
Oleh: Med HATTA
Mukaddimah:
بسم الله الرحمن
الرحيم
الحمد لله الذي
بنعمته تتم الصالحات، وبعد!
Pasang Surut Perjalanan Agama Samawi:
Agama samawi atau ajaran yang diturunkan Allah bersama
nabi Adam as dari langit ke bumi, dalam perjalanannya mengejar missinya untuk
membimbing umat manusia kejalan Allah ini, mengalami sejarah panjang yang
dramatis dan telah mengarungi gelombang dunia yang pasang surut.
Pasangan manusia pertama Adam dan Hawa memulai kehidupan baru
sebagai khalifah Allah di bumi diperkirakan tahun 40.000 SM, atau sekitar abad
ke-400 SM lalu, sedangkan umur bumi yang diperkirakan sekarang telah mencapai
sekitar 13,7 Milyar tahun. Dan Adam pada waktu itu tidak turun ke bumi ini
bersama isterinya saja, tetapi disertai oleh musuh abdinya yaitu ibalis yang
terkutuk.
Maka yang pertama sekali
dilakukan oleh bapak dan ibu manusia itu adalah menundukkan bumi yang telah
berputar liar selama kurun waktu itu, untuk menjadi tempat hunian yang layak
bagi dirinya dan keturunannya, dan sebagai pusat kegiatannya ditempat hunian baru
berlokasi disekitar Baitullah di Makkah, sebagaimana firman Allah:
Artinya: “Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Makkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi alam semesta” (QS: 03: 96).
Ritual agama yang pertama dilakukan Adam di bumi adalah “tawaf”
mengelilingi Baitullah, sebagaimana ritual yang sama dilakukan juga oleh para
malaikat di langit mengelilingi Baitulma’mur. Oleh karena itu sebagai tugas mengemban kekhalifaan di bumi, Adam as pertama kali sibuk memakmurkan
bumi dan mensosialisasikan kepada anak-anaknya (manusia-manusia generasi
pertama), “Manasik” (tata cara) melaksanakan ibadah kepada Allah SWT di
bumi.
Karena tujuan utama diciptakan manusia dan jin hanyalah
menyembah kepada Allah SWT, sebagaimana dalam firman-Nya:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ (٥٦)
Artinya: “dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS: 51: 56)
Setelah khalifah pertama di bumi menyelesaikan tugasnya
dalam menyampaikan manasik ajaran langit dan kembali kepada Allah, selanjutnya
diwariskan kepada anak cucunya, maka mulailah iblis laknat Allah, rifal Adam di
bumi, mengambil kesempatan untuk meneruskan permusuhannya dengan anak-anak Adam
sebagaimana telah memusuhi Adam sebelumnya dari surga sampai ke bumi ini.
Pasca kematian Adam as maka Iblis pun bangkit kembali
beraksi menyebarkan bala tentarantanya, dan mereka menggencarkan agresi
menyeluruh dengan cara-cara liciknya, maka intrik-intrik dan tipu daya pun
berduel head to head dengan kejujuran, keserakahan dengan keikhlashan,
dan kebatilan berhadap-hadapan dengan kebenaran. Maka pertempuran sengit yang
tidak seimbang dimenangkan oleh tipu daya iblis, karena pasukannya dari bangsa
jin amat besar dan memperalat sebagian anak manusia.
Dunia selanjutnya dikuasai oleh kemungkaran iblis dan
pasukan-pasukannya, dan manusia pun tunduk kepadanya, karena ajaran langit yang
telah disampaikan oleh Adam sudah dikaburkan dan dipalsukan oleh iblis, menjadilah
manusia menyembah kepada iblis dan berpaling dari ajaran langit, maka
kemungkaran, keserakahan dan pertumpahan darah sudah menajadi tradisi buruk
yang tidak terpisahkan lagi dari kehidupan sehari-hari anak cucu Adam.
Iblis laknat Allah dan pasukan-pasukannya itu tidak pernah
tidur meracuni kehidupan manusia, mereka pro aktif dan inovatif mengekang jiwa
demi jiwa anak-anak manusia, dengan bisikan, tipu daya dan cara-cara liciknya
yang berpariasi, sehingga tidak ada kegiatan dan aktifitas yang dilakukan oleh
manusia kecuali tangan-tangan kotor iblis pasti hadir di sana, mereka praktis
menguasai jiwa-jiwa manusia dari berbagai aspeknya, iblis total mengaturnya
mulai dari makan, minum dan tidur mereka.
Maka hukum iblis pun berkuasa di seluruh dunia, ia tidak
puas hanya bayangannya saja disembah oleh manusia maka iapun mewujudkan dirinya
dalam berbagai bentuk patung dan berhala-berhala dijadikan manusia sebagai
tuhan-tuhan mereka. Umat manusia semakin jauh tersesat, maka setiap ada anak
cucu Adam yang ikhlas ingin mengembalikan manusia kejalan Allah, pasti iblis
tidak diam membujuk saudar-sudaranya yang lain untuk memusuhi, menindas dan
bahkan menyuruh membunuhnya dengan cara keji.
Adalah Idris as, nabi kedua diutus Allah dari anak-anak Adam
untuk memberi petunjuk kepada manusia,
namun tidak menuai hasil memuaskan bahkan nabi Idris sendiri memohon perlindungan kepada
Allah dari kebiadaban bangsanya yang sesat itu, lalu Allah menyelamatkan dan
mengangkatnya ke langit. Sekali lagi iblis meraih kemenangan gemilang untuk
meneyesatkan anak cucu Adam dari ajaran langit.
Inilah harapan hidup satu-satunya iblis laknat Allah yang
abadi di dunia, sebagaimana sumpah serapahnya dihadapan Allah Sang Maha Pencipta
dalam sebuah kisah panjang direkam utuh di dalam al-Qur’an – yang artinya – Allah
berfirman:
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat: “Bersujudlah kamu kepada Adam”, maka merekapun bersujud kecuali iblis, dia tidak termasuk mereka yang bersujud (11);Allah berfirman: “Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku yang menyuruhmu?”,Iblis menjawab (dengan sombong – pen): “Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah” (12);Allah berfirman: “Turunlah kamu dari surga itu, karena kamu sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina” (13);Iblis berkata: “Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan” (14);Allah berfirman: “Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh” (15);Iblis lalu bersumpah: “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus (16);
kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka, dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat) (17);Allah berfirman: “Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang terhina lagi terusir, sesungguhnya barangsiapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar Aku akan mengisi neraka Jahannam dengan kamu semuanya (18)”. (QS: 07: 11-18).
Dakwah Agama Samawi (Langit) Periode Kedua:
Fase selanjutnya dunia di kuasai penuh oleh iblis dan
pengikut-pengikut setianya dari bangsa jin dan manusia, ajaran agama langit
sudah ditinggalkan oleh penganut tradisionalnya. Dan iblis terlaknat sangat
puas dengan hasil kerjanya yang sukses, ia berusaha mempengaruhi
sebanyak-banyaknya dari anak cucu Adam untuk menemaninya di neraka yang
dijanjikan Allah kepadanya dan orang-orang ingkar dari pengikut setia iblis.
Umat manusia semakin jauh tersesat dan berbuat maksiat oleh
bisikan dan tipu daya iblis yang semakin sombong; hukum langit tidak dihiraukan
lagi maka hukum setan dan peraturan rimba yang berlaku ditengah-tengah
masyarakat; kezaliman dan perbuatan maksiat merajalela di mana-mana; keamanan
dan stabilitas di dunia semakin memprihatinkan; nyawa manusia sudah tidak
berharga lagi, pertumpahan darah sudah
menjadi hal yang lumrah seperti memukul nyamuk dan cicak di dinding. Dan
mencapai puncaknya ketika ketika Allah mengutus Nuh as.
Nuh as diutus Allah menjadi khalifah dan rasul ketiga
dari anak-anak Adam sekitar tahun 4000 SM, seperti juga Idris as sebelumnya,
iapun mengalami penghinaan, penindasan dan intimidasi-intimidasi dari kaumnya.
Meskipun nabi Nuh melancarkan dakwah ajaran langit secara maraton, siang dan
malam terus menerus selama 950 tahun, untuk memberikan hidayah kepada manusia,
tetapi waktu 950 tahun itu tidak cukup menuntun manusia yang sudah disesatkan
oleh iblis selama 36.000 tahun, yaitu rentang waktu antara nabi Nuh dan Adam
as.
Akhirnya Nuh as pasimis bahwa sampai kapan pun bangsa ini
tidak ada harapan lagi untuk diselamatkan, dia pun memikirkan bahwa untuk
mengembalikan pamor ajaran langit kembali seperti semula pada masa Adam as,
maka semua generasi yang ada sekarang ini harus musnah secara selektif, kemudian
memulai kembali dakwah dari generasi yang baru. Lalu memohon kepada Allah SWT
untuk mendukung idenya tersebut, sebagaimana doanya diabadikan di dalam al-Quran,
Allah berfirman:
وَقَالَ نُوحٌ رَبِّ لا تَذَرْ عَلَى الأرْضِ مِنَ الْكَافِرِينَ دَيَّارًا (٢٦) إِنَّكَ إِنْ تَذَرْهُمْ يُضِلُّوا عِبَادَكَ وَلا يَلِدُوا إِلا فَاجِرًا كَفَّارًا (٢٧)
Artinya: “Nuh berdoa: “Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorangpun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi; Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat ma'siat lagi sangat kafir.” (QS: 71: 26-27);
Doa Nuh dikabulkan, lalu Allah mendatangkan bencana
kepada mereka berupa banjir besar, yang menenggelamkan bumi seluruhnya beserta
isi-isinya termasuk manusia, maka tidak ada yang selamat kecuali sebagian kecil
saja dari orang-orang beriman yang ikut di atas perahu Nuh.
Fase selanjutnya - pasca banjir besar -, Nuh as aktif
kembali mendakwahkan ajaran langit periode kedua, untuk sisa-sisa korban banjir
besar dan generasi baru selanjutnya, oleh karena itu Nuh as dikenal juga sebagai
Bapak kedua manusia, yang bertanggung jawab melanjutkan kelestarian manusia di
bumi setelah nyaris musnah akibat banjir besar itu.
Selanjutnya di sisa dakwahnya pada periode kedua ini,
nabi Nuh as melihat perlunya meratakan penakmuran dunia keseluruh
pelosok-pelosoknya, dan melebarkan syi’ar ajaran langit ke seluruh penjuru
dunia, maka Nuh membagi ketiga orang putranya yang selamat bersamanya dari
banjir, ketiga bagian bumi yang subur dan potensial, masing-masing:
- HAM: Mengambil wilayah dakwah di bagian barat Jazirah Arab, yang menurunkan bangsa-bangsa: Sudan; Sind; India; Qibti (Mesir dan raja-raja Fir’annya), dan lain-lain....
- YAFETH: Mengambil wilayah diseberang kawasan HAM dan lebih jauh lagi, yang menurunkan bangsa-bangsa: Turki dan Eropa sekitarnya; Cina dan bangsa-bangsa belahan timur bumi; dan lain-lain. Baik keturunan Ham maupun Yafeth ini keduanya tidak menurunkan seorang rasul pun dari 25 rasul-rasul yang di utus Allah, kecuali kemungkinan besar hanya mewariskan nabi-nabi penyambung dakwah dan orang-orang shaleh lainya, yang hanya Allah mengetahui sifat dan jumlahnya.
- SAM: Dia tidak pergi jauh meninggalkan bapaknya melainkan hanya mengambil wilayah dekat di pesisir selatan Jazirah Arab (Yaman), yang terakhir inilah menurunkan semua rasul-rasul utusan Allah setelah Nuh as. Dia mempunyai dua orang anak yang masing-masing menurunkan bangsa-bangsa besar dunia dan rasul-rasulnya, yaitu:
- IRAM: Menurunkan dua bangsa besar dari kedua orang putranya:
- Aush: Menurunkan bangsa 'ADD yang dipimpin oleh rasulnya yaitu nabi HUUD as, bangsa ini dimusnahkan secara tragis oleh Allah SWT sekitar tahun 2200 SM, karena membuat kerusakan di muka bumi, kemungkaran, maksiat dan menghina rasul utusan Allah.
- ‘Ars: Menurunkan bangsa TSAMUD dan rasulnya adalah SHALEH as, bangsa inipun berakhir dengan kemusnahan secara tragis oleh murka Allah pada sekitar tahun 1900 SM, karena pembangkangannya, takabbur, dan membuat kerusakan di muka bumi. Bekas peninggalan kebasaran kedua bangsa terakhir ini (Add dan Tsamud), masih dapat disaksikan sekarang di wilayah bagian selatan Jazirah Arab, antara Saudi Arabia dan Yaman.
- ARFAKHSHAD: Anak kedua SAM ini dikirim memakmurkan dunia ke bagian timur Jazirah Arab, yaitu sebuah kawasan yang dikenal kemudian dengan Babilonia (Irak). Dan di Babilonia inilah ditakdirkan lahir dua tokoh besar dari keturunan Arfakhshad bin Sam bin Nuh, yang saling berseberangan satu sama lain, yaitu: Raja Namrud dan Nabi Ibrahim as. (Lihat: Silsilah Rasul).
Raja Namrud lahir sekitar tahun 2053 SM, dia salah
seorang raja-raja dunia yang sangat terkenal dalam sejarah peradaban manusia,
disebut namanya di dalam kitab Taurat – Yahudi sebagai seorang raja perkasa
menentang Ketuhanan. Namrud juga merupakan pertama dari empat raja-raja besar
dunia yang di abadikan dalam al-Quran, dua di antaranya sebagai simbol kekafiran yaitu Namrud dan Bakhtanshar (Fir'aun periode Musa as), dan dua lainnya sebagai simbol raja-raja muslim yaitu Daud as dan Zulkarnain. Dan Namrud-lah yang
pertama memperkenalkan pemakaian mahkota dipasang di atas kepala pada raja-raja
dunia, dan dia juga pertama di dunia yang menobatkan dirinya sebagai tuhan,
serta membangun Menara Babilonia yang terkenal itu sebagai ketakabburan
menantang Tuhan. Kekuasaannya berlangsung lebih kurang 400 tahun.
Namrud & Bakhtanshar Simbol Raja-Raja Kafir |
IBRAHIM lahir sekitar tahun 1861 SM, dilahirkan dari
keturunan ketiga saudara kandung raja Namrud, mereka berdua bertemu pada kakek
keempat Ibrahim bernama Falikh bin Abir bin Shalikh bin Arfakhshad bin Sam bin
Nuh, yang tiada lain adalah ayah kandung raja Namrud.
Dari semenjak kecil Ibrahim telah menunjukkan
kecerdasannya yang luar biasa, dia tidak puas melihat bangsa Babilonia bersujud
dihadapan seorang manusia bernama Namrud, sebagaimana tidak suka menyaksikan
kaumnya membawa persembahan dan meminta keberkahan dihadapan berhala-berhala,
padahal bapaknya sendiri Azar seorang pemuka agama yang sehari-hari memahat
patung untuk disembah bangsa Babilonia.
Oleh karena itu di usia belianya Ibrahim muda sudah
memulai petualangannya mencari Tuhan hakikat, bukan Namrud dan bukan pula
berhala-berhala buatan bapaknya, Ibrahim sering beradu argumen bersama bapaknya
sendiri. Di ceritakan pada suatu hari Ibrahim memahat sebuah patung yang jauh
lebih indah dari pada desain bapaknya, maka Azar pun amat senang melihat
Ibrahim dan memperhatikan kecermatan patung putranya itu.
Namun tiba-tiba Ibrahim menghempaskan patung itu hingga
hancur berantakan, melihat peristiwa itu bapaknya pun marah besar kepadanya,
lalu Ibrahim berargumen mengatakan: Wahai bapakku, kenapa kita harus berbuat
bodoh menyembah sebuah patung yang tidak berdaya itu, ia tidak mampu memberikan
manfaat dan mudharat kepada manusia, bahkan untuk menjaga diri sendiri pun ia
tidak sanggup?
Ibrahim muda selain amat cerdes, jago berdiskusi, ia jaga
sangat piawai mengambil perhatian orang banyak. Tersebutlah pada suatu kesempatan
Ibrahim mengajak sekelompok besar orang mengadakan tour semalam pencarian
hakikat: Maka ketika Ibrahim melihat bintang lalu dia menujukkan bahwa inilah
Tuhan, tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berdalih mengatakan: Saya tidak
suka (Tuhan) yang tenggelam. Kemudian melihat bulan terbit dia menunjukkan lagi
bahwa inilah Tuhan, tetapi setelah bulan itu terbenam diapun menegaskan
keimanannya, bahwa sesungguhnya jika Tuhannya tidak memberinya petunjuk,
pastilah dia termasuk orang yang sesat.
Selanjutnya tatkala dia melihat matahari terbit, sekali
lagi dia menunjukkan inilah Tuhan karena ini lebih besar, maka tatkala matahari
itupun terbenam pula, dia berseru kepada kaumnya: Itulah semua yang kalian
sembah selama ini, sesungguhnya itu adalah perbuatan syirik, maka sembahlah
Tuhan yang menciptakan langit dan bumi, niscaya itulah agama yang benar. (Lihat
ayat lengkap: QS: 06: 36-39).
Maka dari retorika filosofis ketuhanan yang kental,
Ibrahim muda mendapatkan hidayah dari langit. Dia menemukan Tuhannya yang
sebenarnya, yaitu Allah SWT yang menciptakan dan mengatur alam semesta ini.
Ibrahim Berhadapan Dengan Paman Jaunya Raja Namrud:
Pada suatu ketika di hari perayaan besar bangsa
Babilonia, mereka semuanya pergi menuju kesebuah tempat carnafal penyembahan di
luar kota, maka tinggallah Ibrahim sendirian di dalam kota karena alasan tidak
enak badan, kemudian sepeninggal mereka Ibrahim pun memanjat gedung pusat
penyembahan berhala kerajaan Namrud dan menghancurkan semua berhala-berhala
yang ada di dalamnya dengan kapak, kecuali dia pertahankan yang paling besarnya
saja lalu menggantungkan kapak di leher patung berhala besar itu.
Setelah Ibrahim menjadi satu-satunya tertuduh sebagai
pelaku penistaan berhala, maka dia pun mengembalikan tuduhan itu kepada berhala
besar dengan dalih alat bukti masih tergantung di lehernya. Dan orang-orang
tercengang mendengarkannya, selanjutnya Ibrahim menimpali: Kalian pasti tidak
percaya kalau berhala besar it bisa melakukan apa-apa, oleh karena itu jangan
disembah sebab ia tidak bisa berbuat sesuatu menolong anak-anak patungnya,
tetapi sembahlah Tuhan yang Maha kuasa atas segala-galanya.
Kemudian raja Namrud bertanya: Hai Ibrahim, siapakah
Tuhanmu sebenarnya dan apa keistimewaannya dariku? Kata Ibrahim: Tuhanku ialah
yang telah memberikan hidup kepada kamu dan akan mematikanmu lagi nanti. Lalu
Namrud memerintahkan pengawalnya mendatangkan dua orang tahanan, satu di
antaranya terpidana mati dan satunya lagi tahanan sementara waktu, kemudian
Namrud membunuh tahanan sementara itu dan membebaskan yang terpidana mati.
Selanjutnya namrud berseru: Wahai kaumku, lihatlah saya
lebih kuasa yang bisa memberi hidup kepada tahanan pidana mati ini, dan telah
mematikan yang mestinya masih harus hidup itu.
Namun, Ibrahim langsung membungkam kesombongan Namrud
dengan sebuah komitmen tegas dan tantangan mengatakan: Tuhan-ku menerbitkan
matahari dari timur dan menenggelamkannya diufuk barat, kuasakah kamu membalikan
keadaannya dengan menerbitkan dari barat dan menenggelamkan di ufuk timur?
Maka Namrud langsung terdiam sejenak, tetapi dia tidak
kehabisan akal berusaha untuk memojokkan Ibrahim dengan sebuah pertanyaan
pendek mengatakan: Hai Ibrahim, kalau Tuhan-mu kuasa maka perlihatkanlah kepada
kamu bagaimana Dia menghidupkan yang sudah mati? Dan Ibrahim pun – dengan rasa
percaya yang amat tinggi – menjawab tantangan itu, mengatakan: Kalau memang begitu
keinginanmu, berkumpullah kita besok di sini niscaya saya akan memohon kepada
Allah untuk mendemonstrasikan kepada anda bagaimana Dia kuasa menghidupkan yang
sudah mati.
Pada besok harinya, di tempa arena yang sudah ditentukan
berkumpul, maka atas perintah Allah SWT, Ibrahim as mengambil 4 ekor burung yang
berbeda lalu memotongnya satu persatu, mencincang semua sehalus-halusnya dan
mencampur adukkannya satu sama lain layaknya adonan bakso mix terdiri dari 4
jenis daging yang berbeda. Selanjutnya Ibrahim membelah 4 adonan burung itu dan
meletakkan 4 bagian adonan burung itu kepada 4 gunung yang berjauhan, setiap
gunung diletakkan satu potong adonan.
Kemudian Ibrahim kembali lagi ke tribun semula sambil
memegang kepala 4 ekor burung yang sudah dicincang halus itu, dan berkata:
Wahai burung-burung, atas izin Tuhanmu maka bangkitlah dari kematianmu dan
kembalilah menemukan kepala masing-masing, selanjutnya terjadilah sebuah atraksi yang memukau,
semua adonan 4 jenis burung dari 4 gunung serentak bergerak membentuk
konfigurasi atraktif yang sangat indah di atas udara.
Semua elemen 4 burung dari 4 adonan memisahkan diri serat
demi serat, tulang demi tulang, darah demi darah, daging demi daging, bulu-bulu
demi bulu-bulu, dan lain-lain, semua bergerak secara pasti menempel ke komponen
masing-masing, lalu terwujudlah 4 ekor burung yang berbeda-beda tanpa kepala di
atas udara. Kemudian Ibrahim memetik tangannya sebagai kode, maka terbanglah 4
burung itu menemukan kepala masing-masin di tangan Ibrahim tanpa ada yang
tertukar, dan tiada sehelai bulu burung pun menempel ke burung yang lain.
Subhanallah! (Lihat ayat lengkapnya: (QS: 02: 260).
Namun, raja Namrud tidak berhenti sampai di situ saja,
bahkan dia sudah menganggap Ibrahim sebagai ancaman besar bagi masa depan
kerajaannya, karena semakin bertambah banyak pengikutnya dari kelompok
bangsawan sampai kepada rakyat-rakyat jelata, maka Namrud pun kembali menyeret
Ibrahim kepengadilan dan menjatuhinya pidana mati bakar di dalam api unggung
raksasa sampai menjadi debu, dengan tuduhan penistaan terhadap berhala dan
tidak tunduk kepada raja Namrud sebagai tuhan nasional yang sah bagi bangsa
Babilon.
Namrud kafir tetaplah berencana, tetapi rencana Allah-lah
yang akan berlaku pasti, maka di hari eksekusi bakar atas diri Ibrahim, Allah
pun menyelamatkannya secara mukjizat, yatu memerintahkan kepada api untuk
menjaganya dengan penuh kehormatan, sebagaimana disebutkan di dalam al-Quran,
Allah berfirman:
قُلْنَا يَا نَارُ كُونِي بَرْدًا وَسَلامًا عَلَى إِبْرَاهِيمَ (٦٩)
Artinya: “Kami berfirman: “Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim” (QS: 21: 69)
Ibrahim Hijarah Ke Palestina:
Higga tiba pada suatu hari yang menegangkan bagi Ibrahim,
pasca keselamatannya dari pidana bakar, diapun dihadapkan pada pilihan yang
sangat berat, yaitu antara keluar meninggalkan negerinya tercinta, yang telah menganugrahkannya
makna hidayah ajaran langit dari Allah SWT, atau bertahan tinggal sambil
menyaksikan keluarga dan pengikut-pengikutnya disiksa, dirampas hak-haknya, dan
dibunuh satu persatu setiap saat. Maka Ibrahim al-Khalil dengan sangat terpaksa
memilih opsi pertama meninggalkan Babilon tanah tumpah darahnya.
Jadilah Ibrahim as berhijrah membawa perbekalan
secukupnya bersama isterinya yang tercinta Sarah dan seorang sepupu yang
menjadi pengikut setianya LUTH as, serta beberapa orang pengikut setia yang
lain. Setelah Ibrahim dan rombongan melewati perjalanan panjang mencapai
sekitar 1000 mil, maka tibalah di sebuah kota yang kemudian disebut dengan kota
al-Khalil, yang berada di Palestina sekarang. Nama al-Khalil sendiri merupakan
gelar kehormatan yang dipanggilkan Allah kepada “Ibrahim al-Khalil”, yang
artinya Ibrahim teman sejati Allah.
Ibrahim Bapak Para Rasul dan Leader Founder Central Ajaran Tauhid:
Perkembanga ajaran langit selanjutnya, setelah mengalami
berbagai dinamika pasang surut, yang lebih pas disebut terkubur selama hampir
38,000 tahun, melalu ribuan generasi dan ribuan bangsa, yang hanya pernah
disentuh oleh 5 orang rasul pendahulu saja, dan nyaris musnah bersama
kenusnahan manusia periode pertama pada masa Nuh as dengan bajir besar, kalau
saja tidak digantikan Allah dengan manusia generasi baru periode kedua dari
anak-anak Nuh as.
Maka ajaran langit sebagai agama fitrah manusia ini praktis
hanya hidup berkedip-kedip saja ditengah-tengah gelombang frekwensi-frekwensi
raksasa kesombongan manusia dibawah pengaruh iblis. Oleh karena itu, ditangan
Ibrahim ajaran langit ini harus mengalami reformasi, rekonstruksi dan menata
ulang ajaran-ajaranya, serta mengadakan berbagai pembaharuan bagi beberapa
pokok-pokok ajarannya yang pernah disempurnakan sebelumnya.
Kemudian nama ajaran itupun diganti oleh Ibrahim dengan
istilah baru yang belum pernah ada sebelumnya, yaitu ajaran “Hanif” atau
kemudian dikenal dengan nama “Agama Tauhid Ibrahimi”. Yang kemudian diwariskannya
kepada 19 orang rasul penerus, semuanya dari keturunan Ibrahim, dan berakhir
dengan sangat sempurna pada rasul penutup, yaitu Baginda yang mulia rasulullah Muhammad
SAW, yaitu keturunan Ibrahim dari garis keturunan putranya yang tercinta nabi Ismail
bin Ibrahim as.
Berkat seluruh keteladanan yang telah diperankan dengan
sempurna oleh Ibrahim di atas, maka Dia dianugrahkan oleh Allah SWT gelar
kehormatan disebut “Ibrahim al-Khalil” (teman sejati Allah), disamping
itu dia dikenal juga sebagai bapak para rasul, karena menurunkan semua
rasul-rasul sesudahnya. Dan gelarannya yang lain adalah “Leader Founder
Central Agama Tauhid”.
Sebagaimana telah dijelaskan pada seri sebelumnya, bahwa
Ibrahim-lah bersama putranya Ismail yang bertanggung jawab membangun kembali
Baitullah, rumah ibadah pertama diletakkan Allah di bumi, yang pernah hilang
selama kurang lebih 38.000 tahun semenjak akhir risalah nabi rasul pertama di
bumi Adam as.
Maka setelah membangun Baitullah ini atas perintah Allah,
Ibrahim pun memohon kepada Allah diperagakan tata cara mengoptimalkan Baitullah
itu sebagai tempat ibadah manusia di bumi, lalu berdoa sebagaimana pada ayat
tema kajian di atas, Allah berfirman:
وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا
Artinya: “dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami”;
Sebagaimana nabi besar Muhammad SAW memproklamirkan kesempurnaan agama
Islam, pada saat nabi SAW menyempurnakan rukun haji di padang Arafah pada tahun
ke-9 H, maka sebelumnya kakeknya Ibrahim pun memohon kepada Allah diperagakan
tata cara pelaksanaan ibadah haji, atau “Manasik Haji”.
Pembahasan manasik haji ini tidak bisa penulis jelaskan di sini karena
sudah cukup panjang materinya, Insya Allah, akan kita kaji tuntas pada seri
berikutnya langsung. Terima Kasih!
Bersambung ke: “TafsirAyat-Ayat Haji dan Umrah” selanjutnya ------ >>>
Materi Sebelumnya:
- Pengantar Tafsir Ayat-Ayat Hajidan Umrah
- Teladan Dari Kepemimpinan Ibrahim Kepada Tokoh-Tokoh Dunia
- Baitullah Magnet Jiwa Manusia & Zona Paling Aman Dimuka Bumi
- Ritual Ibadah Ketaatan Ajaran Ibrahim Haji & Shalat
- Makkah Negeri Yang Aman Sentosa & Sejahtera
- Mukjizat al-QuranTentang Sejarah Peradaban Masa silam
- Islam Adalah Warisan DariNabi Ibrahin dan Ismail AS
Materi Yang Berhubungan:
- Pidana Menuduh Wanita Baik-baikBerzina
- Pidana Berbuat Zina
- Pengantar Umum Tafsir ayat-Ayat Ahkam (Ibadah)
- Tafsir Ayat-Ayat Ahkam 02 (At-Thaharah)
- Tafsir Ayat-Ayat Ahkam (Hukum Shalat Lima Waktu)
- Tafsir Ayat-Ayat Ahkam (HukumPuasa)
- Perkembangan Tafsir Di Indonesia
Karya Terakhir Penulis:
Beli: Di Sini! |
Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat. Dan jadi petunjuk allah.
BalasHapus