Rabu, Oktober 03, 2012

TAWAF HAJI DI BAITULLAH RITUAL AGAMA TERTUA DI MUKA BUMI


Serial Tafsir Ayat-ayat Haji dan Umrah (09/20)
Menyambut Hari Raya Qurban 1433 H/ 2012 M.
أَرِنَا مَنَاسِكَنَا
(Tunjukkanlah (Manasik) Tata Cara Ibadah Kami)
Oleh: Med HATTA
Mukaddimah:
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله الذي بنعمته تتم الصالحات، وبعد!
Tawaf Di Baitullah Cikal Bakal Ibadah Haji:
Pada seri sebelumnya langsung, kita sudah menjelaskan bahwa ketika hari pertama Adam as menjani kehidupan baru di bumi, sebagai manusia dia pun mengalami shock, maka mulailah mengingat-ingat suasana surga tempat dirinya diciptakan yang seluruhnya menyenangkan, yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata itu. Dan yang paling dirindukannya adalah suasana tawaf yang khusyu’ dilakukan oleh para malaikat di Baitul Ma’mur.

Maka Allah yang Maha mengetahui segala yang terbitik di dalam lubuk hati hamba-Nya,  merespon secara spontan keinginan hati Adam dan meletakkan sebuah Qubah dari surga di kawasan bumi yang sejajar dengan Baitul Ma’mur di surga, yaitu di Makkah persis letak Ka’bah sekarang. Kemudian semenjak dari saat itulah Adam as memusatkan ritual ibadahnya kepada Allah SWT di sisi Baitullah al-Haram, dan setiap Adam rindu akan surga maka dia pun melakukan tawaf di Baitullah, sambil mendengarka gemuruh suara malaikat, atau membayangkan suasana khusyu’ malaikat yang juga melakukan tawaf yang sama di atasnya. 

Baitullah sebagai rumah ibadah pertama diletakkan Allah untuk manusia di bumi, maka tawaf di sisinya merupakan ritual agama yang paling pertama di syariatkan kepada manusia di bumi. Dan ritual itu pulalah yang menyatukan dari manusia pertama hingga manusia terakhir menghuni bumi kelak di hari kiamat, karena semenjak di syariatkannya pada masa Adam tidak pernah dihapuskan sampai sekarang dan hingga hari kiamat nanti. 

Manasik tawaf Adam berlangsung selama sekitar 38.000 tahun tidak pernah mengalami perubahan, sehingga akhirnya datang nabi Ibrahim as sekitar tahun 2000 SM, yang meletakkan tata cara pelaksanaan tawaf dan menambahkan beberapa ketentuan baru sebagai syariat pengembangan ajaran hanif, atau agama tauhid yang dipelopori berdinya oleh nabi Ibrahim as. Maka hasil dari penyempurnaan Ibrahim inilah yang diteladani umat Islam, yang kemudian dikenal sekarang sebagai “Manasik Haji dan Umrah”.

Manasik Haji Warisan Dari Nabi Ibrahim AS:
Allah berfirman:
وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا
Artinya: “dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami”;
Yaitu, demonstrasikan atau peragakanlah tata cara pelaksanaan ibadah kami, dan bimbinglah manasik ibadah haji kami. Menurut sebuah sumber dari Mujahid mengatakan: Ketika Ibrahim as memohon petunjuk manasik seperti pada ayat kajian di atas, maka Allah SWT langsung memerintahkan malaikat Jibril as turun ke bumi untuk memberikan bimbingan manasik secara langsung dan praktis kepada Ibrahim dan Ismail as. Maka pembimbing manasik pertama dalam sejarah ritual pelaksanaan ibadah haji dan umrah adalah penghulu para malaikat, yaitu Jibril as atas perintah Allah SWT. 

Pelajaran pertama diberikan Jibril as dalam manasiknya adalah dia menggandeng tangan Ibrahim dan membawanya naik ke bukit Shafa, seraya menerangkan bahwa ini adalah salah satu "syi'ar Allah", lalu menggandeng lagi tangan Ibrahim mengajaknya ke bukit Marwah, dan menerangkan bahwa ini juga salah satu "syi'ar Allah". 

Kemudian membimbing tangan Ibrahim membawanya ke Mina, setelah tiba di 'Aqabah Ibrahim melihat sosok iblis berdiri di bawah pohon, maka Jibril memerintahkan Ibrahim membaca takbir (Allahu Akbar) dan melempar iblis dengan batu, dan iblis laknat Allah pun kabur ke Wusthaa, setelah mendekatinya Jibril kembali memerintahkan Ibrahim membaca "Allahu Akbar" melempari iblis dengan batu. Adalah iblis kotor berusaha ingin menyisipkan sesuatu di dalam manasik haji Ibrahim tetapi ia tidak berhasil. 

Selanjutnya Jibril menarik tangan Ibrahim ke "Masy'aril Haram" dan menerangkan bahwa inilah "Masy'aril Haram", kemudian melanjutkan perjalanan hingga tiba di 'Arafah. Lalu Jibril bertanya kepada Ibrahim: "Qad 'arafta maa araituka?" (Sudahkah kamu mengetahui apa yang telah saya peragakan kepadamu?". Oleh karena itu maka disebut dengan 'Arafah, karena di sanalah Ibrahim menyempurnakan manasiknya di bawah pembimbing Jibril as, dan sudah mengerti semua prosesi pelaksanaannya, Arafah artinya mengetahui.
Manasik Haji dan Umrah Praktis:

Pelaksanaan manasik haji secara praktis terbagi kepada tiga jenis: 
  1. Tamattu’: adalah berniat ihram melakukan umrah pada bulan-bulan haji (Syawal – Z.Qa’dah – 10 Z.Hijjah), dan selesai satu rangkaian haji. Kemudian berihram melakukan haji dari Makkah atau daerah sekitarnya pada hari “tarwiyah” (08 Z.Hijjah) di tahun pelaksanaan umrah itu juga. 
  2. Qiran: adalah niat ihram melaksanakan umrah dan haji secara bersamaan, dan diharamkan semua larangan-larangan haji kecuali setelah hari penyembelihan. 
  3. Ifrad: adalah niat berihram melakukan haji dari “Miqat” (wilayah batas haji), atau dari Makkah bagi domisili, atau dari tempat lain tanpa miqat. Kemudian tetap dalam keadaan ihram sampai kepada hari penyembelihan, apabila calon haji mempunyai hadyu, tetapi apabila calon haji tidak memiliki hadyu tersebut, maka segera membatalkan ifrad-nya dengan melaksanakan umrah (tawaf, sa’i, dan tahallul).
Nabi SAW melarang melaksanakan haji tidak memiliki hadyu, oleh karena itu larangan ini juga berlaku untuk manasik qiran, kalau calon haji jenis qiran tidak memiliki hadyu maka dibatalkan qiran-nya dengan melaksanakan umrah seperti menbatalkan ifrad di atas. 

Jenis pelaksanaan manasik yang utama dari ketiga bagian di atas adalah “tammattu”, bagi calon haji yang tidak memiliki hadyu, karena nabi SAW memerintahkan kepada sahabat tentang jenis dan menegaskannya.

Manasik Umrah; atau tata cara melaksanakan umrah:
  • Berada di miqat; mandi dan bersih-bersih jika memungkinkan; memakai pakaian ihram (2 pcs kain putih yang tidak berjahit) bagi laki-laki, adapun perempuan adalah memakai busana sepantasnya yang menutup semua aurat dan tidak transparan dan berbayang; Kemudian niat ihram melaksanakan umrah dan membaca: “لبيك عمرة” (Labbaika umratan); dan segera berangkat ke kota Makkah. 
  • Tiba di Makkah; melakukan tawaf  di sisi Ka’bah 7 putaran: Memulai dari “Hajar Aswad” sambil melafazkan takbir, dan akan berakhir di sana juga; selama tawaf membaca zikir, doa apa saja, dan akhir setiap putaran  membaca: (ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار); Dan setelah selesai tawaf 7 putaran, melaksanakan shalat sunnah dua rakaat dibelakang “Maqam Ibrahim”. 
  • Bukit “Shafa”: naik ke bukit menghadap qiblat sambil membaca pujian dan takbir (Alhamdulillah Allahu Akbar) tiga kali, seraya melambaikan tangan ke arah qiblat; membaca doa: (لا إله إلا الله وحده لا شريك له، له الملك، وله الحمد وهو على كل شئ قدير), dan (لا إله إلا الله وحده أنجز وعده ونصر عبده وهزم الأحزاب وحده) tiga kali jika memungkinkan; 
  • Kemudian memulai “Sa’i umrah” 7 kali bolak balik; mempercepat jalan pada batas dua tanda hijau, dan setelah atau sesudah batas itu maka berjalan normal saja; selanjutnya naik ke bukit “Marwah” membaca pujian dan takbir serta doa seperti halnya di bukit “Shafa”. 
  • Tidak ketentuan zikir wajib atau khusus bagi pelaksanaan sa’i seperti juga pada tawaf, tetapi membaca sebiasa mungkin dari zikir dan doa-doa atau membaca al-Quran, namun tetap harus konsukuen pada zikir dan doa-doa yang sering di amalkan rasul SAW. 
  • Bukit “Marwah”; berakhir 7 kali perjalanan sa’i; memotong rambut kepala, dan selesai seluruh manasik (prosesi) umrah, serta halal semua larangan ihram. Dan jika calon haji mengambil manasik jenis “tamattu”, maka wajib atasnya menyembalih kambing atau sepertujuh onta atau sapi pada hari penyembelihan, jika tidak menemukan sembelihan maka berpuasa selama tiga hari di haji dan tujuh hari setelah pulang ke keluarga. Dan sebaiknya puasa tiga hari itu dilakukan sebelum hari ‘Arafah bagi pelaksana haji tamattu’ dan qiran.


Manasik Haji; Tata Cara Pelaksanaan Haji:
  1. Mengambil miqat; yang telah di tentukan sesuai daerah asal calon haji (bagi calon pelaksana jenis haji Ifrad dan Qiran); Jika calon haji tidak terikat waktu (tamattu’), maka mengambil ihram di tempat domicili pada hari “Tarwiyah” (8 z.Hijjah); mandi sunnah dan bersih-bersih; memakai pakaian ihram; dan membaca “talbia” (Labbaika Allahumma labbaik....).
  2. Berangkat ke “Mina” (08 z.Hijjah); menunaikan shalat: Dzuhur, ‘Ashar, Maghrib, ‘Isya dan Shubuh. Semua shalat dilaksanakan pada waktunya (tidak jama’), dan shalat empat rakaat di qashar menjadi dua rakaat.
  3. Berangkat ke “Arafah” (09 z.Hijjah); menunaikan shalat Dzuhur dan ‘Ashar dengan “jama’ taqdim dan qashar” (menggabung dua shalat pada waktu pertama (Dzuhur) dan qashar, denga satu azan dan dua kali iqamat. Pastikan berada di area ‘Arafah; perbanyak zikir, doa dengan menghadap qiblat saambil mengangkat tangan, sebagaimana dilakukan oleh rasulullah SAW. Dan di Arafah hanya melakukan kegiatan wukuf sampai terbenam matahari.
  4. Bergerak menuju “Muzdalifah” setelah shalat Magrib dan ‘Isya (jama’); “mabit” (bermalam) di Muzdalifa; mengambil batu kerikil minimal 7 biji untuk melontar aqabah; perbanyak zikir, doa dengan menghadap qiblat saambil mengangkat tangan, sebagaimana dilakukan oleh rasulullah SAW, hingga shalat shubuh.
  5. Berjalan ke “Mina” setelah naik matahari sambil membaca talbia, kegiatan yang dilakukan di Mina: Melontar “Jamrah Aqabah” dengan 7 biji kerikil secara berurutan, membaca takbir (Allahu Akbar) setiap lontaran; Menyembelih binatang – jika calon haji wajib hadyu (menyembelih) – makan dagingnya dan beri makan sebagiannya kepada orang fakir; Dan mencukur atau memotong rambut.
  6. Masuk kota Makkah melakukan “Tawaf Ifadhah”; dan meneruskan dengan “Sa’i” (bagi haji tamattu’); tidak perlu disertakan “Sa’i” (bagi haji ifrad dan qiran). Dengan selesainya prosesi ini maka sudah halal berhubungan suami isteri. Atau bisa ditunda “Tawaf Ifadhah” ini sampai setelah selesei semua kegiatan di Mina, dan memasuki kota Makkah setelah melontar hari terakhir.
  7. Bermalam di Mina selama hari-hari “Tasyriq” (11-12-13 z.Hijjah), dan dibolehkan hanya dua malam saja. Melontar tiga jamrah selama jumlah hari berada di Mina (tiga hari atau dua hari) pada hari-hari tasyriq.
  8. Tawaf Wada; tawaf dilakukan menjelang pulang meninggalkan tanah suci.
Allah berfirman:
وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ (١٢٨)
Artinya: “dan terimalah taubat kami, sesungguhnya Engkaulah yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang
Ini adalah penutup dari doa nabi Ibrahim as untuk keamanan dan kesejahteraan tanah haram Makkah, di mana Allah mengabulkan doa itu dan sekaligus memberikan ancaman keras dengan neraka jahim penduduk yang kafir, sebagaimana firman Allah:
قَالَ وَمَنْ كَفَرَ فَأُمَتِّعُهُ قَلِيلا ثُمَّ أَضْطَرُّهُ إِلَى عَذَابِ النَّارِ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ (١٢٦)
Artinya: “Dan kepada orang yang kafirpun aku beri kesenangan sementara, kemudian aku paksa ia menjalani siksa neraka dan Itulah seburuk-buruk tempat kembali” (QS: 02: 126)
Maka sebagai rasa cinta nabi Ibrahim atas kota Makkah dan anak-anak cucunya yang kelak akan meramaikan tanah haram tersebut, dia memohon ampun kepada Allah untuk mereka, dengan mengatakan: Jika Engkau mengampuni mereka maka sesungguhnya Engkau Maha Penerima taubat, dan jika Engkau menyiksa mereka maka ringankanlah siksaannya, sesungguhnya Engkau Maha penyayang.
Bersambung ke: TafsirAyat-Ayat Haji dan Umrah selanjutnya ----- >>>
Materi Sebelumnya:
  1. Pengantar Tafsir Ayat-Ayat Hajidan Umrah
  2. Teladan Dari Kepemimpinan Ibrahim Kepada Tokoh-Tokoh Dunia
  3. Baitullah Magnet Jiwa Manusia & Zona Paling Aman Dimuka Bumi
  4. Ritual Ibadah Ketaatan Ajaran Ibrahim Haji & Shalat
  5. Makkah Negeri Yang Aman Sentosa & Sejahtera
  6. Mukjizat al-QuranTentang Sejarah Peradaban Masa silam
  7. Islam Adalah Warisan DariNabi Ibrahin dan Ismail AS
  8. Ibrahim AS Filosof dan Bapak AjaranTauhid
Materi Yang Berhubungan:
Karya Terakhir Penulis:
Beli: Di Sini!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Salam!