Rabu, Maret 18, 2020

GURUTTA AMBO DALLE BERJUANG DENGAN LIDAHNYA:


*Seminar Nasional Pengusulan Penganugerahan Gelar
Pahlawan Nasional kepada CPN AG.KH. Abd Rahman Ambo Dalle
*Catatan Pandangan/Pendapat Orang dan Tokoh Masyarakat
Tentang Kepahlawanan Anregurutta KH. Abdurrahman Ambo Dalle (10)

AG. K.H. Abd. Rahman Ambo Dalle Sangat Pantas Dinobatkan Sebagai Pahlawan Nasional

Oleh: AG. Prof. Dr. KH. M. Faried Wajedy, MA

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله الذي أنعم علينا نعمة الإسلام والإيمان، والصلاة والسلام على سيدنا محمد أشرف الأنام، وعلى آله وأصحابه وأتباعه الكرام، أما بعد!


Siapa yang tidak mengenal Anregurutta KH. Abd Rahman Ambo Dalle (Baca: Gurutta Ambo Dalle), mulai dari pada masyarakat kecil sampai kepada orang yang paling besar di negara ini tau siapa itu Gurutta Ambo Dalle! Kifrah Beliau pada masa hidupnya, seluruh hidupnya diwakafkan untuk membangun bangsa dan umat ini.


Meski Gurutta tidak terlibat aktif memanggul senjata mengusir penjajah sebagaimana seorang prajurit, namun di dalam aktifitasnya mengajar dan berdakwah dari masjid ke masjid dan dari kampung ke kampung dengan tekun, ikhlas dan tanpa mengenal lelah, senantiasa berperan memotifasi masyarakat (bangsa) untuk berjuang mengusir penjajah dan menanamkan rasa patriotism serta cinta tanah air kepada masyarakat dan santri-santrinya.

Saya mengetahui, pada masa-masa kritis, tidak jarang Anregurutta KH. Abd Rahman Ambo Dalle mengunjungi pemuda-pemuda pejuang di daerah-daerah untuk memberikan nasehat, mengajarkan syariat agama, dan terkadang memberikan do’a serta wirid-wirid tertentu kepada para pejuang untuk meningkatkan semangat perjuangan, kesabaran dan memacu kepercayaan diri mereka. Semua itu dilakukan Anregurutta KH. Abd. Rahman Ambo Dalle dengan tulus/ikhlas sebagai rasa peduli dan keinginan hatinya yang tulus untuk membebaskan bangsa Indonesia dari belenggu penjajahan.

Sampai pada masa Beliau diculik masuk ke dalam hutan pada Bulan Juli 1955 di lokasi Jembatan Putih, tempatnya itu antara Jembatan Putih dan Belang-Belang (SPBU Maros: sekarang). Disini saya harus menjelaskan bahwa usaha-usaha penculikan atas diri Gurutta Ambo Dalle itu bukan sekali atau dua kali saja dilakukan oleh kelompok bersenjata yang ada di Sulawesi pada waktu itu, di sini saja (Mangkoso) sebelumnya Gurutta sudah pernah hampir diculik tetapi ada keajaiban saat itu sehingga tidak terjadi.

Karena memang pada waktu itu sedang santer penculikan-penculikan terhadap tokoh-tokoh tertentu, yang – sebenarnya – dilakukan oleh dua kelompok bersenjata yang berbeda; pertama kelompok anak buahnya Kahar Muzakkar, dan yang kedua adalah kelompok anak buahnya Osman Balo, keduanya memiliki motifasi yang berbeda. Kalau kelompok anak buahnya Osman Balo sasarannya adalah orang-orang kaya, dan motifnya murni penyanderaan dan pemerasan untuk meminta tebusan dari keluarga korbannya.

Sedangkan kelompok anak buahnya Kahar Muzakkar ini memang sasaran utamanya adalah tokoh-tokoh publik, terutama sekali para ulama, tujuannya untuk memanfaatkan mereka dan mengutkan citra DI/TII di mata masyarakat. Maka itu pula-lah salah satu yang memicu Gurutta dan beberapa ulama Ahlussunnah wal-Jama’ah Sulawesi melakukan pertemuan rahasia pada Bulan Februari 1947 di Soppeng untuk membicarakan semua hal yang berhubungan dengan kemashlahatan umat, terutama yang menyangkut dengan keberlangsungan pendidikan dan dakwah di tengah-tengah kondisi masyarakat yang sulit dan sangat mencekam ketika itu.

Perlu juga diketahui bahwa, sesungguhnya pada waktu itu Kahar Muzakkar sudah membagi wilayah Sulawesi kedalam dua zona; pertama, zona kafir (Darul harb), yaitu semua wilayah yang dikuasai oleh TNI, kedua, zona islam (Darul Islam), yaitu wilayah yang dikuasai oleh DI/TII Kahar Muzakkar, yang mereka sebut De Facto.

Kembali pada cerita penculikan Gurutta Ambo Dalle, hari itu Gurutta dalam perjalan pulang dari Makassar menuju Mangkoso, pas mobilnya melintas di daerah antara jembatan putih dan Belang-Belang, tiba-tiba dihadang oleh sekelompok gerombolan tidak dikenal, nanti setelah mereka membuka topinya barulah kelihatan rambutnya terurai panjang, yang merupakan ciri khas anak buah Kahar, maka sopir Gurutta langsung sadar bahwa Gurutta sedang disasar oleh anak buah Kahar Muzakkar.  

Lalu gerombolan itu, setengah memaksa, menyuruh Gurutta berjalan cepat mengikuti mereka masuk ke dalam hutan, tapi Gurutta menolak. Dan nanti setelah mereka mulai agak kasar, baru sopir Gurutta (H. Abdullah Giling) memberi tahu mereka bahwa jangan berbuat kasar pada Gurutta. Pasukan gerombolan penculik itu bertanya, ini Gurutta siapa? Setelah diberitahukan bahwa yang mereka tangkap itu adalah Anregurutta Kali Ambo Dalle, mereka langsung senang karena merasa tangkapannya itu adalah sasaran besar (kakap), dan pasti mereka akan mendapatkan banus besar kenaikan pangkat jika bisa membanya kehadapan Kahar Muzakkar. Maka mereka buru-buru mengambil tandu dan menggotong Gurutta bergegas pergi masuk ke dalam hutan.

Di dalam hutan Gurutta tidak pernah menghentikan aktifitasnya mengajar dan berdakwah memberikan pencerahan kepada masyarakat. Salah satu pendamping Gurutta selama di hutan, yaitu H. Mustamin (orang Palopo) itu banyak sekali bercerita tentang berbagai aktifitas Gurutta di dalam hutan yang dijalaninya selama 8 tahun.  Kata H. Mustamin bahwa aktifitas Gurutta di dalam hutan itu selain mengajar sebagai kegemaran utamanya, Gurutta juga sering mengobati orang yang sakit atau tantara yang terluka dengan hanya memberikan air yang sudah di do’akannya pada orang sakit atau luka maka penyakit atau luka pasiennya perlahan sembuh. Dan setiap orang yang diobatinya disuruh mengikuti pengajiannya.

Maka tidak membutuhkan waktu yang lama Gurutta sudah memiliki banyak sekali pengikut dan murid-murid yang aktif mengikuti pengajian-pengajiannya di dalam hutan, dan Gurutta menikmati kegiatannya itu. Gurutta sangat bahagia jika mampu mencerahkan dan meluruskan aqidah masyarakat awam, karena kebetulan masyarakat yang terpencil di dalam hutan saat itu masih banyak sekali yang buta terhadap ajaran Islam, mayoritas besar mereka masih terkungkung di dalam kegelapan kemusyrikan. Maka Gurutta Ambo Dalle merasa tertantang dan bekerja keras untuk mencerahkan mereka. Bahkan saking menikmatinya tugas mencerahkan masyarakat terpencil tersebut, sehingga nyaris Gurutta lupa keluar dari hutan.

Jadi, memang Gurutta Ambo Dalle tidak melakukan perjuangan fisik mengangkat senjata melawan penjajah dan pemberontak, tetapi sesungguhnya – kalau kita mau tahu – bahwa perjuangan Beliau jauh lebih dahsyat dari pada hanya sekedar memanggul senjata sahaja. Gurutta Ambo Dalle berjuang dengan lidahnya, kalau mau tau, lidah seorang ulama yang mempunyai kekuatan spiritual yang sangat tinggi seperti Gurutta Ambo Dalle itu jauh lembih melumpuhkan dari pada 1000 senjata caliber sekalipun.

Ini hanya sekedar ilustrasi dari saya, bahwa jalan perjuangan yang tempuh oleh Gurutta Ambo Dalle itu sungguh serupa apa yang telah dilakukan oleh Khomeini dari Persia, Khomeini itu diasingkan ke Perancis selama 14 tahun, tetapi justru dari tempat pengasingannya itulah dia mampu mengobarkan semangat perjuangan anak-anak muda Iran sehingga mampu menumbangkan rezim penguasa di negerinya pada saat itu. Ketika saya masih di Mesir dulu, saat terjadi revolusi Iran itu, ada seorang teman saya yang datang dari Iran untuk melanjutkan s2-nya di Al-Azhar bercerita bahwa faktor keberhasilan anak-anak muda Iran menumbangkan rezim Syah Iran adalah mereka mempergunakan senjata yang tidak dapat terdeteksi oleh intelejen Amerika waktu itu.

Apa jenis senjata revolusioner Iran? Ternyata hanya kaset-kaset saja, yaitu rekaman pidato-pidato Khomeini disebarkan secara rahasia kepada pemuda-pemuda Iran sehingga mereka terbakar semangatnya berjuang membebaskan negara dan bangsanya dari rezim yang zalim, sehingga mereka berhasil bebas dari ketidak adilan yang berlangsung selama berpuluh-puluh tahun di dalam negarinya.

Ada dua bangsa tetangga yang sama-sama berjuang membela negara masing-masing pada waktu itu; pertama, Iran yang memang sudah siap berjuang dan siap menerima kemenangan, akhirnya berhasil, dan suksesinya pun berjalan dengan baik. Dan kedua adalah Afghanistan, mereka memang siap berjuang tetapi tidak siap menerima kemenangan, yang akhirnya seperti sekarang, mereka berhasil mengusir penjajah tapi tidak bisa menikmati kemenangannya itu karena mereka bertikai internal memperebutkan kursi kekuasaan.

Sebagaimana apa yang telah dilakukan oleh Khomeini seperti diceritakan di atas, sesungguhnya demikian itu pula yang telah diperankan oleh Gurutta Ambo Dalle dalam memotifasi kami semua sebagai anak-anak muda pada masa penjajahan itu. Karena prinsif kami pada saat itu adalah lebih baik masuk ke dalam liang lahad dari pada di jajah. Dengan merdeka kami bebas menjalankan syariat agama islam lebih leluasa. Itulah yang sering dibisikkan oleh Gurutta Ambo Dalle pada saat itu sehingga penjuang-pejuang kita tidak pernah gentar menghadapi penjajah.

Oleh karena itu, Maka AGKH. Abd. Rahman Ambo Dalle perlu dikukuhkan (diakui) oleh negara sebagai pahlawan nasional. Banyak sekali hal-hal yang patriotik yang telah dilakukan oleh Anregurutta KH. Abd Rahman Ambo Dalle yang tidak bisa kita ungkan semua di sini dan jarang diketahui oleh orang banyak. Karena Gurutta itu ibarat pahlawan yang terselubung, kepahlawanannya tidak diungkapkannya karena tertutupi oleh keikhlasan, pengabdian dan ketawadhuannya.

Saya yakin sudah banyak orang telah mendapatkan gelar pahlawan nasional yang diberikan oleh negara padanya, tapi nilai perjuangannya masih rendan dibandingkan dengan nilai-nilai perjuangan yang telah dilakukan oleh Gurutta Ambo Dalle dengan tulus dan ikhlas. Maka melalui usaha ini saya pribadi mendukung Pengusulan ini dan berharap agar Gurutta Ambo Dalle diakui keberadaannya, secara nasional sebagai pahlawan nasional. Anregurutta Ambo Dalle diberikan penghargaan oleh negara sesuai dengan apa yang telah dilakukannya, yang telah memberikan segenap jiwa raganya untuk membangun karakter dan mencerdaskan anak bangsa. Wassalamu’alaikum wr. wb! (Mangkoso, 18/03/20).





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Salam!