*Seminar
Nasional Pengusulan Penganugerahan Gelar
Pahlawan Nasional kepada CPN
AG.KH. Abd Rahman Ambo Dalle
*Catatan Pandangan/Pendapat Orang
dan Tokoh Masyarakat
Tentang Kepahlawanan Anregurutta
KH. Abdurrahman Ambo Dalle (08)
GURUTTA AMBO DALLE BERJUANG LEWAT
PENA dan KAPUR
(AGKH. Abd Rahman Ambo Dalle Pantas
Dinobatkan Sebagai Pahlawan Nasional Republik Indonesia)
Oleh:
KH. Mas’ud A. Mustary, Lc., MA
Anregurutta
KH. Abd Rahman Ambo Dalle atau lebih akrab disapa Anregurutta/Gurutta, semenjak
tahun 1920-an sampai akhir hayatnya berkiprah membangun dan mengembangkan pradaban umat.
Semasa mudanya Beliau sudah menjabat sebagai
sekretaris mendampingi Petta Pillae di Kampung halamannya di wilayah Paria
(Masuk daerah Kab. Wajo sekarang), yaitu suatu lembaga intitusi adat (pangadereng),
yang bertugas menentukan pengangkatan seorang Putra Mahkota (pattola) sebagai
Raja di wilayah tersebut.
Perjuangan dan pembekalan dirinya-pun
berlanjut dengan menimba ilmu pengetahuan pada seorang ulama jebolan Makkah al-Mukarramah di Sengkang
Kabupaten Wajo (1930 M), dan menambah wawasan pengetahuan skil di kota Makassar. Sebagai putra bangsa Beliau sadar bahwa banyak
cara yang bisa ditempuh dalam rangka
menuju bangsa yang berperadaban dan bermartabat.
Anregurutta KH. Abd Rahman Ambo Dalle
kemudian mendirikan lembaga pendidikan Madrasah Arabiyah Islamiyah
disingkat MAI di Mangkoso tahun 1938. Pada periode ini Anregurutta membuka madrasah
dan pengajian, sekaligus membuka cabang-cabang di daerah di luar Mangkoso.
Inilah cikal bakal menjadi Perguruan Darud Da'wah wal-Irsyad (DDI), yang dideklarasikan berdirinya di Soppeng Riaja tahun 1947 M.
Dengan terbentuknya Perguruan Darud
Da'wah wal-Irsyad maka terintegrasilah Madrasah Arabiyah Islamiyah
(MAI) menjadi sebuah perguruan Darud Da'wah wal-Irsyad. Keberhasilan
Gurutta membuka cabang demi cabang perguruan, sehingga jumlah madrasah terus berkembang. Bukan saja yang
berada di Mangkoso akan tetapi daerah-daerah mulai mengusahakan cabang-cabang
hingga saat ini ribuan alumninya. Mulai yang menjadi murid secara langsung
dihadapi hingga generasi ke generasi yang tersebar di seantero Nusantara.
Kunjungan Anregurutta ke daerah-daerah
dalam rangka berda'wah dan mengajar, berhasil membuat semakin pesat perkembangan
Madrasah DDI di daerah-daerah Timur Indonesia, dan sejalan dengan itu meningkat
pula permintaan guru-guru baru di daerah-daerah yang membuka cabang baru
tersebut. Untuk itu, Anregurutta mengambil suatu kebijakan yaitu siswa-siswa
yang telah menduduki tingkatan tertinggi diutus untuk keluar menjadi tenaga
guru dibekali kurikulum dan kitab-kitab (Karya Gurutta sendiri yang ditulisnya dalam bahasa Arab), sesuai dengan tingkatan Madrasah yang dituju. Dan tidak ketinggalan kitab-kitab untuk pengajian di masyarakat yang diajarkan di Masjid. Dalam jangka waktu tertentu. Dan apabila waktu yang telah ditentukan telah
selesai, barulah dipanggil kembali untuk melanjutkan pendidikannya dan digantikan dengan guru yang lain.
Sebuah
tradisi gurutta yang cukup berkesan bagi penulis, yaitu apabila madrasah yang akan
dituju memerlukan guru pria dan guru wanita secara bersamaan, maka Gurutta terlebih dahulu mencari
seorang santri laki-laki yang senior dan paling pintar di kelasnya, dan seorang santriwati yang cakap dan sudah layak menikah, lalu keduanya dinikahkan di hadapan orang
tua masing-masing, dan diutus ke daerah yang membutuhkan sepasang guru tersebut.
(Dari Kiri: Prof. KH.M. Aliyafie, Hj. St. Aisyah Umar - Aliyafie, Hj. Zainab, dan Hj. Khadijah (istri Gurutta KH. Amin Nashir) |
Salah satu pasangan yang mengalami
peristiwa bersejarah ini (menurut kisah) adalah kedua orang tua Penulis sendiri,
yaitu (alm) KH. Muhammad Arib Mustary dan (almh) Ustadzah Hj. Sitti Zainab, yang dinikahkan di rumah
Anregurutta di Mangkoso sebelum kemudian keduanya diutus mengajar ke cabang DDI
Enrekang. Itulah di antara semangat pribadi pada diri gututta, bahwa Beliau sangat akrab
dengan masyarakat, sehingga tidak heran jika ada orang tua santri yang datang menitipkan - baik dan buruknya - putra atau putri mereka kepada Gurutta.
Kegiatan kegiatan kemasyarakatan diberikannya
perhatian khusus, di samping kegiatan-kegiatan yang digelutinya sehari-hari seperti
mengajar siang dan malam adalah menjadi kebiasaan gurutta. Pada waktu hari-hari
besar Islam seperti peringatan Maulid Nabi, Isra' dan Mi'raj Nabi, Beliau
jarang ditemukan di rumah, tapi memenuhi undangan dari berbagai kalangan. Dan
kendaraannya yang senantiasa melaju kencang di aspal kadang menjadi tempat
istirahatnya.
Pena dan kapur gurutta dari zaman
Kolonial Belanda, Jepang hingga kemerdekaan tak pernah akan terhenti.
Anregurutta menebar ilmu melalui dua jalur yaitu di dalam kelas dan di tengah
masyarakat. Hal itu dilakukannya karena panggilan jiwanya yang didorong
motivasi berjuang menegakkan dienullah, dienul Islam. Oleh karena itu, bagi penulis Gurutta sangat pantas dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional Republik Indonesia.
(Penulis adalah Alumni Pesantren DDI Ujung Lare - Parepare)
(Penulis adalah Alumni Pesantren DDI Ujung Lare - Parepare)
BACA JUGA:
- DUKUNGGURUTTA AMBO DALLE SEBAGAI PAHLAWAN NASIONAL 2020
- GURUTTA AMBODALLE DAN NAMA-NAMA ASHABUL KAHFI
- ANREGURUTTAAMBO DALLE; Maha Guru Dari Bumi Bugis
- ALASAN USUL GELAR PAHLAWAN NASIONAL AGKH. AMBO DALLE
- BIOGRAFIANREGURUTTA AMBO DALLE RUJUKAN PENTING DI MALAYSIA
- MENGENANG 12TAHUN WAFATNYA GURUTTA AMBO DALLE
- PROFILANREGURUTTA AMBO DALLE
- GURUTTA AMBO DALLE PEJUANG KHARISMATIK, VISIONER
- GURUTTA AMBO DALLE PERLU DIAKUI NEGARA SEBAGAI PAHLAWAN NASIONAL
- KEPAHLAWANAN GURUTTA AMBO DALLE SEPERTI JEND. SUDIRMAN
- GURUTTA AMBO DALLE: PEJUANG MENDIDIK PEJUANG?
- GURUTTA AMBO DALLE PAHLAWAN MULTI TALENTA
- AGKH. ABD RAHMAN AMBO DALLE PEJUANG MELAWAN KEBODOHAN
- AGKH. ABD RAHMAN AMBO DALLE BERJASA TERHADAP KEUTUHAN NKRI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar